Kegaduhan

Menghempaskan bokong di kursi ruanganku, tak dipungkiri jika masih sedikit ada rasa nyeri di hati ini, bagaimanapun kisah rumahtangga ku dengan mas Yudha terjalin cukup lama, meskipun hubungan yang tercipta sangatlah hambar dan terkesan menyakitkan, tetap saja sisi nuraniku sebagai perempuan terasa sedih namun tak lagi bisa mengeluarkan air mata, air mataku sudah habis untuk menangisi hari hari sulit saat masih tinggal dirumah itu, dan kini tidak akan kubiarkan air mata ini jatuh menangisi orang orang yang ada disana, meskipun masih menyimpan perih, itu hal yang wajar dan manusiawi.

tok tok.... pintu terdengar diketuk dari luar, dan disusul suara bela yang tengah memanggil.

" masuk saja bel, nggak dikunci kok." sambut ku yang masih tetap memilih untuk berleha di kursi.

" wa, ini ada mba Ida juga." terdengar suara bela yang sedang berjalan mendekat.

mbk Ida juga ikut kesini batinku, dan lekas ku buka mata yang sedari tadi terpejam sambil menyenderkan kepala di senderan kursi, nampak mbak Ida sudah berdiri dan terlihat begitu anggun dengan gamis syar'i nya.

" Mbak, maaf aku nggak tau kalau ada Mbak Ida juga." segera aku berdiri dan mengulurkan tangan untuk bersaliman yang dilanjutkan dengan berpelukan seolah kita sangat lama tidak berjumpa.

" nggak papa, sepertinya kamu capek sekali wa " balas mbk Ida lembut.

" silahkan duduk mbak, bel, biar aku pesankan minum dulu, mau yang dingin apa anget?."

" nggak usah repot repot, kami kesini ingin ngobrol  aja sih, kangen lama nggak ketemu sama kamu wa." lanjut mbak Ida ramah.

" aah iya ya mbak, lama kita nggak ketemu, dari sejak aku meninggalkan rumah mas Yudha, dan juga tidak pernah saling kontak, duh baru sadar kalau kita sedang di fase mis komunikasi." kami pun tertawa bersama menyadari kalau sama sama tak saling bertukar kabar.

"gimana dengan pendaftaran sekolah barunya Hasna bel?" aku beralih pada Bella yang sedari tadi asik dengan ponselnya.

" kamu nggak usah hawatir wa, semua udah beres, mulai besok Hasna sudah bisa masuk di sekolah barunya, tuh tanya sama si bos cantik, benar nggak mbak?" tunjuk bela ke mbak Ida dan dijawab dengan anggukkan oleh wanita yang selalu tampil anggun itu.

" Tadi aku ketemu mas Yudha." bela maupun mbak Ida langsung menatap ke arahku dengan ekspresi terkejut.

"terus?" sambung bela kepo.

" tadi sebelum aku kesini, mampir belanja dulu di supermarket, dan disana ketemu mbak Yeni, tau nggak dia ngapain?". bela dan mbak Ida pun terlihat menggeleng bersamaan .

sebelum melanjutkan cerita, aku menarik nafas dalam-dalam, agar hati yang tadi sempat gundah kembali baik baik saja.

"mbak Yeni bikin ulah seperti biasa, niatnya ingin mempermalukan ku, tapi justru dia yang aku bikin malu"  lantas aku menceritakan semua yang terjadi saat belanja di supermarket tadi, mbak Ida dan Bella justru ketawa terpingkal pingkal mendengar ceritaku.

"kamu hebat wa, sekarang jauh lebih berani melawan kezaliman dari keluarga suamimu, pertahankan, jangan mau lagi kamu di injak injak oleh mereka, buktikan pada mereka kalau kamu bukan Halwa yang dulu, dan kalau kamu jauh lebih sukses dari mereka, aku yakin mereka akan nangis darah melihat kesuksesanmu, paling ujung ujungnya mengemis memintamu untuk kembali kerumah itu." ucap Bella berapi api dan di iyakan oleh Mbak Ida.

Brak brak, terdengar suara gaduh di luar, kami bertiga saling pandang , menerka nerka apa yang sedang terjadi diluar, saat akan beranjak tiba tiba salah satu karyawan ku datang dengan wajah paniknya.

"ada apa, apa yang terjadi diluar hen?" tanyaku pada heni yang masih terlihat panik dan pucat.

"itu itu Bu, diluar ada ibu mertuanya bu Halwa juga mbak Yeni, mereka mengamuk Bu."

"ngamuk gimana hen, ngomongnya yang jelas, pelan pelan, ini minum dulu." ku sudorkan air kemasan dalam botol agar Heni minum dulu dan bisa tenang kembali.

"itu mertuanya Bu Halwa marah marah saat kami melarang membawa belanjaannya, habisnya beliau tidak mau membayar Bu, dan itu belanjaan yang diambil banyak banget, saat kami hadang dan ingin mengambil lagi apa yang dibawa, justru Bu Imah mengamuk, gebrak gebrak meja dan ngorat ngarit dagangan yang ada di atas etalase sambil marah marah nggak jelas.

" kurang ajar, siapa dia, selalu berbuat seenaknya." aku langsung lari keluar dengan emosi memburu, tak akan kubiarkan mereka berbuat seenak jidatnya, habis sudah kesabaranku, dan nampak Bella juga mbak Ida mengekori langkahku yang setengah berlari.

" hentikan " seketika ibunya mas Yudha langsung menghentikan aksinya yang membuat jantungku berpacu cepat, barang barang yang tadi tertata rapi sudah berhamburan tak jelas, bahkan terlihat ibu mertuaku sedang mencekal lengan salah satu karyawan ku yang dibantu oleh mbk Yeni.

" apa yang ibu dan mbak Yeni lakukan, kenapa toko bisa berantakan seperti ini?" tak lagi ingin berbicara sopan, dingin dan juga dengan rasa benci pada kedua wanita di hadapanku ingin rasanya menjambak dan mencakar mereka, tapi niat itu urung kulakukan, aku tak ingin mengotori tanganku apa lagi kalau sampai harus berurusan dengan pihak berwajib hanya cuma meladeni orang orang yang sudah tak sehat hati dan akalnya ini, memalukan.

"akhirnya kamu muncul juga, Halwa sekarang ikut ibu pulang, rumah sudah berantakan tidak ada yang membersihkan belum lagi setiap hari repot harus membeli makanan diluar, sekarang kamu ikut ibu pulang dan tetap jadi menantu yang baik dan patuh padaku juga suamimu." Bu Imah justru bicara tanpa menjawab pertanyaan yang aku lontarkan, dasar mengesalkan, lama lama aku bisa hilang kewarasan menghadapi manusia manusia aneh ini.

"hentikan Bu, aku bukan menantumu lagi, sebentar lagi surat cerai akan aku dapatkan, dan berhenti menyuruhku untuk jadi pembantu gratisan kalian, dan satu lagi, ibu juga mbak Yeni harus bertanggung jawab dengan kekacauan di toko ini, kalau tidak aku tidak segan segan untuk melaporkan kalian ke polisi."

"sudah berani melawan ya kamu, jangan harap Yudha mau menceraikan kamu, aku sudah menyuruhnya untuk mengabaikan surat panggilan sidang dari pengadilan, biar prosesnya dipersulit dan kalian gagal bercerai." sungut Bu Imah dengan percaya diri, dasar ibu dan anak sama saja, sama sama sok pintar dan sok tau, lakukan saja apa yang menurut kalian benar, justru aku berterima kasih kelau mas Yudha tidak mendatangi panggilan sidang, itu artinya tidak ada mediasi, dan proses akan berjalan cepat dan lancar, semoga mereka tidak berubah pikiran dan tidak pernah tau kebenaran dari pikiran dangkalnya, uuuuh rasanya sedikit lega.

" terserah ibu dan mas Yudha, aku hanya akan melakukan sesuai prosedur saja, kalaupun nanti kami gagal bercerai, itu artinya mas Yudha adalah jodohku, itu saja sih." balasku santai, agar tidak nampak aku terlihat senang dengan ketidak hadiran mas Yudha dalam persidangan.

" sombong sekali kamu Halwa, duitmu sudah banyak apa, sok sok an gugat cerai segala, lebih baik kamu kembali kerumah dan lakukan seperti yang selama ini kamu lakukan, lumayan kan dapat tempat tinggal gratis dan bisa makan enak tiap hari tanpa kamu repot kerja." Bu Imah bicara dengan lancar dan pongah, tanpa berpikir kalau ucapannya justru akan mempermalukan dirinya sendiri, dasar orang tua aneh luar biasa.

" owh iya kah? perasaan apa yang kalian makan itu hasil dari keringatku, jadi yang benar justru kalianlah yang numpang hidup padaku, dan satu lagi, selama ini kalian memperlakukan aku seperti pembantu, coba hitung berapa gaji pembantu saat ini, satu juta dikalikan berapa tahun usia pernikahanku dengan anakmu Bu? wooouuu pasti jumlah yang fantastis, harusnya aku bisa kaya, tapi sayangnya kalian hanya memeras tenagaku saja, bukan begitu Bu?.

" dasar menantu kurang ajar". Bu Imah sudah mulai emosi karena merasa dipermalukan, biarkan saja, toh itulah kebenaran yang ada selama ini di kehidupan rumahtangga ku dengan mas Yudha, harus menjadi tulang punggung juga pembantu buat mereka tanpa sekalipun mendapatkan hakku sebagai seorang istri dan menantu.

" kenapa Bu? tapi benar kan apa yang saya ucapkan?" jawabku santai.

saat Bu Imah akan melayangkan pukulan pada wajahku, tiba tiba rombongan pak RT dan beberapa warga menghentikan niat wanita yang masih berstatus mertuaku, wajahnya langsung memucat, nampak tubuhnya bergetar dengan pandangan mata yang tak tentu arah menandakan betapa ibu sangat cemas dan ketakutan.

entah bagaimana pak RT juga warga bisa datang tiba tiba, tapi aku yakin pasti ada ikut campur Bella disini, biarkan saja, biar Bu Imah jera, wanita itu harus diberi peringatan keras agar bisa berpikir sebelum bertindak yang merugikan orang lain.

Terpopuler

Comments

Teti Suhaeti

Teti Suhaeti

kok ada ya mertua kaya bu Imah ... ngeri banget

2023-05-17

1

Tri Soen

Tri Soen

Diiiih gak ada kapok2 nya ya keluarga parasit slalu bikin ulah masih mending pengemis lha ini bilang nya keluarga terhormat tapi gak punya malu banget ...

2023-04-18

0

Me'me Merry

Me'me Merry

aduhhh ibu mertua kok pedes ya kalo ngomong

2023-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Aku dan seluruhku
2 Mati rasa
3 untuk kali ini saja
4 Rencana
5 memutuskan pergi
6 Aku juga bisa melawan
7 pergi
8 Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9 Pengadilan
10 kedatangan ibu mertua di toko
11 keluarga toxis
12 POV Yudha
13 POV Halwa 1
14 POV Halwa 2
15 Pelukan hangat bunda
16 Panggilan beruntun
17 Surat dari pengadilan
18 kamu jual aku beli
19 Selamat tinggal Mas
20 Kegaduhan
21 Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22 putusan sidang
23 Calon menantu baru
24 menuntut pembagian gono gini
25 POV Halwa
26 kamera pengawas
27 hanya mantan
28 Baku hantam
29 menginap
30 Yeni histeris karma si mulut pedas
31 Duda Ganteng
32 Bugh bugh rasakan ini
33 Penjara
34 pergi
35 sudah tak cinta
36 kabur
37 kedatangan Dewi
38 Penangkapan
39 Dilamar
40 Amukan Bu imah
41 Bu Imah lagi
42 Lamaran kedua Dafi
43 menjual rumah
44 di bantu Bu Sarah
45 kamu sudah dewasa, nak!
46 Rencana Bu Imah
47 lelahnya Bu imah
48 acara lamaran
49 kedekatan Dafi ke Hasna
50 Hadirnya Wati si pembuat masalah
51 arti persahabatan
52 menuntut balik
53 Bu Imah menemui jarwo
54 kecerdikan Jarwo
55 perubahan sikap Yeni
56 Niat Bu imah
57 keterkejutan Bu Imah
58 kemunculan Dafi
59 sepasang mata
60 Kebencian Wati
61 terbongkar
62 kekalutan Bu Imah
63 perjanjian
64 Bebas
65 Balas dendam
66 rencana jahat Wati dan ibunya
67 kembalinya pak Suko
68 talaq tiga
69 rencana
70 berharap rujuk
71 abaikan
72 niat buruk yudha
73 kemunculan yudha
74 Kedatangan Wati ke toko
75 Santet
76 pertemuan Yeni dan Jarwo
77 uang belanja
78 Di usir
79 surat perjanjian
80 Mbah Muro
81 hutan kematian
82 Perhiasan palsu
83 kontrakan
84 berkumpul kembali
85 penyakit Jarwo
86 pertolongan ustadz Roziq
87 kembali pada yang mengirim
88 bau tak sedap.
89 memanfaaatkan
90 bertemunya Wati dengan Yudha
91 Rencana
92 mendatangi rumah mewah Halwa
93 serangan tajam Halwa pada Yudha
94 penolakan Hasna
95 the power of emak emak
96 badut tua pemilik kontrakan
97 Vidio yang tersebar
98 Wati dilamar pak Tarman
99 mencari mahar
100 Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101 ditolak
102 mendapat restu
103 Firasat
104 Sah
105 menatap dingin
106 kembali di tangkap
107 tempat tinggal baru
108 kedatangan Yeni
109 Episode Tamat
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Aku dan seluruhku
2
Mati rasa
3
untuk kali ini saja
4
Rencana
5
memutuskan pergi
6
Aku juga bisa melawan
7
pergi
8
Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9
Pengadilan
10
kedatangan ibu mertua di toko
11
keluarga toxis
12
POV Yudha
13
POV Halwa 1
14
POV Halwa 2
15
Pelukan hangat bunda
16
Panggilan beruntun
17
Surat dari pengadilan
18
kamu jual aku beli
19
Selamat tinggal Mas
20
Kegaduhan
21
Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22
putusan sidang
23
Calon menantu baru
24
menuntut pembagian gono gini
25
POV Halwa
26
kamera pengawas
27
hanya mantan
28
Baku hantam
29
menginap
30
Yeni histeris karma si mulut pedas
31
Duda Ganteng
32
Bugh bugh rasakan ini
33
Penjara
34
pergi
35
sudah tak cinta
36
kabur
37
kedatangan Dewi
38
Penangkapan
39
Dilamar
40
Amukan Bu imah
41
Bu Imah lagi
42
Lamaran kedua Dafi
43
menjual rumah
44
di bantu Bu Sarah
45
kamu sudah dewasa, nak!
46
Rencana Bu Imah
47
lelahnya Bu imah
48
acara lamaran
49
kedekatan Dafi ke Hasna
50
Hadirnya Wati si pembuat masalah
51
arti persahabatan
52
menuntut balik
53
Bu Imah menemui jarwo
54
kecerdikan Jarwo
55
perubahan sikap Yeni
56
Niat Bu imah
57
keterkejutan Bu Imah
58
kemunculan Dafi
59
sepasang mata
60
Kebencian Wati
61
terbongkar
62
kekalutan Bu Imah
63
perjanjian
64
Bebas
65
Balas dendam
66
rencana jahat Wati dan ibunya
67
kembalinya pak Suko
68
talaq tiga
69
rencana
70
berharap rujuk
71
abaikan
72
niat buruk yudha
73
kemunculan yudha
74
Kedatangan Wati ke toko
75
Santet
76
pertemuan Yeni dan Jarwo
77
uang belanja
78
Di usir
79
surat perjanjian
80
Mbah Muro
81
hutan kematian
82
Perhiasan palsu
83
kontrakan
84
berkumpul kembali
85
penyakit Jarwo
86
pertolongan ustadz Roziq
87
kembali pada yang mengirim
88
bau tak sedap.
89
memanfaaatkan
90
bertemunya Wati dengan Yudha
91
Rencana
92
mendatangi rumah mewah Halwa
93
serangan tajam Halwa pada Yudha
94
penolakan Hasna
95
the power of emak emak
96
badut tua pemilik kontrakan
97
Vidio yang tersebar
98
Wati dilamar pak Tarman
99
mencari mahar
100
Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101
ditolak
102
mendapat restu
103
Firasat
104
Sah
105
menatap dingin
106
kembali di tangkap
107
tempat tinggal baru
108
kedatangan Yeni
109
Episode Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!