Mati rasa

Pukul enam sore aku baru pulang dari toko. Alhamdulillah hari ini toko lumayan rame, jika tiap hari seperti ini terus, saldo tabunganku akan semakin banyak, aku bisa secepatnya membeli rumah sendiri, meskipun rumah sederhana. Tapi setidaknya aku bisa lepas dari keluarga demit seperti mereka.

Selama ini, kubiarkan mereka selalu merendahkanku, bahkan memperlakukan aku layaknya pembantu. Kalau saja bukan karena Hasna putriku, tak Sudi bertahan untuk di tindas oleh keluarga mereka. Namun apa dayaku, aku yang tak punya siapa siapa, dan belum punya cukup uang, mengharuskan diri ini bertahan dalam tekanan mereka.

Mereka hanya tau aku bekerja jadi pelayan toko dengan gaji sembilan ratus ribu perbulan, itu pun dirampas ibu mertua lima ratus ribu, dan sisa yang empat ratus selalu diminta paksa mas Yudha, kalau tidak kuberikan pasti dia akan menghajarku habis habisan, pernah sampai tubuh ini penuh lebam karena amukkannya.

Itulah kenapa, aku tidak pernah jujur jika sebenarnya toko tempat dimana aku bekerja adalah toko milikku sendiri, aku bisa membangun toko itu dari hasil menulis di beberapa platform kepenulisan, hasil yang kudapat lebih dari cukup dan tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Setiap bulan, saldo selalu bertambah dan aku selalu menyembunyikan ATM milikku di tempat yang aman, biarlah mereka mengira aku wanita miskin dan bo**h untuk dimanfaatkan. Kurang sedikit lagi, aku harus mampu dan kuat untuk beberapa bulan kedepan, sebelum aku membeli rumah. Aku akan lebih dulu menggugat mas Yuda. Sudah banyak bukti KDRT yang dia lakukan padaku, dan bagaimana dia memperlakukan Hasna putrinya sendiri, semua Vidio itu sudah kuamankan untuk menjadi bukti memudahkan gugatanku nantinya. Selain temperamental, Mas Yuda juga sangat gemar selingkuh, aku diam bukannya bodoh, tapi hanya menunggu waktu untuk meledakkan bom kehancuran bagi mereka.

Saat kaki ini baru menginjakkan teras rumah, ibu mertua sudah menyambutku dengan sikap sinisnya.

"Baru pulang kamu? kerja gaji tidak seberapa saja, pulang hingga malam, apa kamu sengaja membuat kami semua sakit, karena lapar hah?" Suara lantang ibu mertua menyambutku nyalang.

"Ditoko tadi lagi rame Bu, ibu tau sendirikan itu toko masih baru dibuka dan pelayannya hanya ada dua orang. Jadi ya mau gimana, nggak mungkin aku pulang, sedangkan tenagaku masih dibutuhkan disana. kalau aku tidak nurut apa kata pemilik toko, apa ibu mau aku dipecat? Lalu ibu tidak dapat uang lima ratus ribu tiap bulannya?"

Sengaja. kutekankan kata lima ratus ribu, untuk menyentilnya. Biar mikir kalau sudah merampas yang bukan haknya.

"Heleh alasan saja kamu! uang lima ratus itu anggap saja kamu bayar uang sewa dirumah ini. kamu itu hanya numpang. Enak saja mau serba gratis, listrik itu bayar pake uang, ngerti kamu?" ibu melotot tak suka ke arahku.

"Terserah ibu saja, aku capek mau mandi." Bodoh amat dengan kemarahan ibu, badanku sudah terasa lengket dan mulai bau, rasanya ingin segera bertemu dengan air untuk menyegarkan raga yang sudah lelah akibat berjibaku dengan pekerjaan seharian.

"Eeeh! eeeh! mau kemana kamu?

Dasar orang miskin, mau berlagak sok capek segala. Kamu ya! Kerja baru jadi pelayan saja sudah belagu." mbk Yeni mencekram lenganku erat, sampai terasa perih, keterlaluan.

"Auuuwww sakit! lepaskan mbak." Aku meringis kesakitan dan berusaha untuk melepaskan cengkramannya dari lengan ini.

"Enak saja mau pergi begitu saja. Cepat bikinin kami makan malam, sudah ada ayam sama tempe di dapur. kami mau makan penyetan. Jangan lupa bikin sambelnya yang super pedes. Sana buruan! aku sudah kelaparan." Perintahnya bak majikan.

"Mbak kelaparan ya?

Punya tangan kan?

Punya kaki yang masih bisa jalan?

Kenapa tidak masak sendiri saja? semua bahan sudah tersedia, kenapa harus nunggu aku?

jangan salahkan aku, jika kalian kelaparan." kuhempaskan cengkraman tangan kakak iparku itu dengan tenaga full, sampai membuatnya hampir terjungkal, bodoh amat.

"Dulu aku akan nurut, karena aku masih berusaha menghargai kalian, tapi tidak untuk saat ini dan seterusnya. Aku bukan pembantu gratis kalian." ku langkahkan kaki dengan cepat masuk ke dalam kamar putriku lalu menguncinya dari dalam, tubuh yang ingin segara diguyur harus kutahan dulu, lebih baik istirahat dan makan nasi bungkus yang tadi sempat aku beli diluar. Dua bungkus nasi goreng untukku dan Hasna, biar saja mereka kelaparan, salahnya sendiri tidak mau berusaha memasak.

Saat aku sedang menikmati nasi goreng dengan Hasna, pintu digedor gedor dari luar, suara ibu mertua nampak murka, namun tak kuperdulikan. Biar saja mereka mengumpat dan memakiku, toh itu sudah jadi menu tiap hari bagiku.

Hasna pun sudah tak kaget lagi dengan keadaan ini, dia yang makin dewasa, makin paham bagaimana harus bersikap. GadisKu itu sudah mampu bersikap dan berpikir dewasa lebih cepat dari usianya.

"Kenyang bund, nasi goreng pak Mamad memang the best dari dulu. makasih ya bund, sudah selalu baik dan sayang sama Hasna."

"Itu sudah jadi kewajibannya bunda sayang, kamu itu nyawa kedua bunda,semangat bunda. Permata hatinya bunda. Hasna harus selalu ingat pesan bunda, jaga rahasia. insyaallah sebentar lagi bunda akan punya rumah baru, kita akan pindah dari sini sayang, kita akan mulai jalani kehidupan baru."

"Bunda akan pisah sama papa?" Ada kilat kesedihan di kedua bola mata anak gadisku.

"Hasna tidak setuju nak?" Tanyaku dengan hati hati.

"Hasna selalu mendukung apapun yang menurut bunda baik, karena Hasna tau, bunda pasti sudah memikirkan semua. Hasna juga nggak mau lihat bunda terus dihina oleh nenek, budhe, dan semua orang dirumah ini. Bunda berhak bahagia, dan Hasna akan selalu ada untuk bunda."

"Trimakasih sayang. Maafin bunda ya nak, kalau bunda sudah tidak mampu lagi bertahan."

"Hasna paham posisi bunda, Hasna sudah dewasa, Hasna cukup mengerti keadaan ini bund, jadi bunda jangan terlalu hawatirkan Hasna. Justru Hasna hawatir jika bunda tetap bertahan dirumah ini, yang ada bunda akan semakin tersiksa."

"Iya sayang, trimakasih nak. Anak bunda sudah dewasa ternyata." kupeluk tubuh putriku dengan perasaan bahagia, hanya dia satu satunya yang aku punya, hanya dia tempat untuk berbagi, Hasna gadis yang baik dan cerdas, tidak banyak bicara tapi sangat peka terhadap apapun, dialah yang selalu membantuku, untuk mengumpulkan semua bukti kekejaman keluarga ini.

Tak ada lagi suara ibu mertua dan mbk Yeni, mungkin mereka capek teriak teriak, biarkan saja. Aku sudah tak ingin lagi perduli.

Jika ada yang tanya dimana suamiku?

Pasti jawabannya kerja lembur, padahal dia sedang berada ditempat selingkuhannya, dan akan pulang tengah malam, setiap hari selalu begitu, entahlah rasa cemburu itu sudah hilang, seiring rasa sakit yang tergores setiap hari, mati rasa itulah yang kurasakan saat ini, hingga aku tak perduli dengan apa yang dia lakukan diluaran sana, toh masih ada Alloh, biarlah tanganNYA yang bekerja, aku percaya akan selalu ada balasan dalam setiap perbuatan, sebagai hamba aku hanya cukup meyakiniNYA.

Sepertinya aku harus segera mengajukan gugatan, dan kalaupun aku akan terusir dari rumah ini sebelum aku punya rumah, aku bisa tidur di toko bersama Hasna, disana ada dua kamar dan lengkap dengan dapur juga kamar mandi, aku sengaja meminta tukang untuk membuatkan dua kamar, dapur dan kamar mandi di belakang toko, untuk berjaga jaga jika suatu saat mereka mengusirku, jadi aku tak perlu lagi mencari tempat tinggal.

#jika sudah tidak ada lagi sakinah, mawadah, warohmah dalam rumah tangga,maka tak akan ditemukan surga didalam nya,lalu untuk apa bertahan dalam neraka yang penuh dengan api kebencian.

Terpopuler

Comments

Afika Simaremare

Afika Simaremare

sabar

2024-01-24

0

Juragan Jengqol

Juragan Jengqol

semangat..... 💪🏻💪🏻💪🏻

2024-01-24

0

Suherni 123

Suherni 123

bener,, rumah tangga yang sudah tak sehat untuk apa di pertahankan

2023-10-14

0

lihat semua
Episodes
1 Aku dan seluruhku
2 Mati rasa
3 untuk kali ini saja
4 Rencana
5 memutuskan pergi
6 Aku juga bisa melawan
7 pergi
8 Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9 Pengadilan
10 kedatangan ibu mertua di toko
11 keluarga toxis
12 POV Yudha
13 POV Halwa 1
14 POV Halwa 2
15 Pelukan hangat bunda
16 Panggilan beruntun
17 Surat dari pengadilan
18 kamu jual aku beli
19 Selamat tinggal Mas
20 Kegaduhan
21 Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22 putusan sidang
23 Calon menantu baru
24 menuntut pembagian gono gini
25 POV Halwa
26 kamera pengawas
27 hanya mantan
28 Baku hantam
29 menginap
30 Yeni histeris karma si mulut pedas
31 Duda Ganteng
32 Bugh bugh rasakan ini
33 Penjara
34 pergi
35 sudah tak cinta
36 kabur
37 kedatangan Dewi
38 Penangkapan
39 Dilamar
40 Amukan Bu imah
41 Bu Imah lagi
42 Lamaran kedua Dafi
43 menjual rumah
44 di bantu Bu Sarah
45 kamu sudah dewasa, nak!
46 Rencana Bu Imah
47 lelahnya Bu imah
48 acara lamaran
49 kedekatan Dafi ke Hasna
50 Hadirnya Wati si pembuat masalah
51 arti persahabatan
52 menuntut balik
53 Bu Imah menemui jarwo
54 kecerdikan Jarwo
55 perubahan sikap Yeni
56 Niat Bu imah
57 keterkejutan Bu Imah
58 kemunculan Dafi
59 sepasang mata
60 Kebencian Wati
61 terbongkar
62 kekalutan Bu Imah
63 perjanjian
64 Bebas
65 Balas dendam
66 rencana jahat Wati dan ibunya
67 kembalinya pak Suko
68 talaq tiga
69 rencana
70 berharap rujuk
71 abaikan
72 niat buruk yudha
73 kemunculan yudha
74 Kedatangan Wati ke toko
75 Santet
76 pertemuan Yeni dan Jarwo
77 uang belanja
78 Di usir
79 surat perjanjian
80 Mbah Muro
81 hutan kematian
82 Perhiasan palsu
83 kontrakan
84 berkumpul kembali
85 penyakit Jarwo
86 pertolongan ustadz Roziq
87 kembali pada yang mengirim
88 bau tak sedap.
89 memanfaaatkan
90 bertemunya Wati dengan Yudha
91 Rencana
92 mendatangi rumah mewah Halwa
93 serangan tajam Halwa pada Yudha
94 penolakan Hasna
95 the power of emak emak
96 badut tua pemilik kontrakan
97 Vidio yang tersebar
98 Wati dilamar pak Tarman
99 mencari mahar
100 Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101 ditolak
102 mendapat restu
103 Firasat
104 Sah
105 menatap dingin
106 kembali di tangkap
107 tempat tinggal baru
108 kedatangan Yeni
109 Episode Tamat
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Aku dan seluruhku
2
Mati rasa
3
untuk kali ini saja
4
Rencana
5
memutuskan pergi
6
Aku juga bisa melawan
7
pergi
8
Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9
Pengadilan
10
kedatangan ibu mertua di toko
11
keluarga toxis
12
POV Yudha
13
POV Halwa 1
14
POV Halwa 2
15
Pelukan hangat bunda
16
Panggilan beruntun
17
Surat dari pengadilan
18
kamu jual aku beli
19
Selamat tinggal Mas
20
Kegaduhan
21
Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22
putusan sidang
23
Calon menantu baru
24
menuntut pembagian gono gini
25
POV Halwa
26
kamera pengawas
27
hanya mantan
28
Baku hantam
29
menginap
30
Yeni histeris karma si mulut pedas
31
Duda Ganteng
32
Bugh bugh rasakan ini
33
Penjara
34
pergi
35
sudah tak cinta
36
kabur
37
kedatangan Dewi
38
Penangkapan
39
Dilamar
40
Amukan Bu imah
41
Bu Imah lagi
42
Lamaran kedua Dafi
43
menjual rumah
44
di bantu Bu Sarah
45
kamu sudah dewasa, nak!
46
Rencana Bu Imah
47
lelahnya Bu imah
48
acara lamaran
49
kedekatan Dafi ke Hasna
50
Hadirnya Wati si pembuat masalah
51
arti persahabatan
52
menuntut balik
53
Bu Imah menemui jarwo
54
kecerdikan Jarwo
55
perubahan sikap Yeni
56
Niat Bu imah
57
keterkejutan Bu Imah
58
kemunculan Dafi
59
sepasang mata
60
Kebencian Wati
61
terbongkar
62
kekalutan Bu Imah
63
perjanjian
64
Bebas
65
Balas dendam
66
rencana jahat Wati dan ibunya
67
kembalinya pak Suko
68
talaq tiga
69
rencana
70
berharap rujuk
71
abaikan
72
niat buruk yudha
73
kemunculan yudha
74
Kedatangan Wati ke toko
75
Santet
76
pertemuan Yeni dan Jarwo
77
uang belanja
78
Di usir
79
surat perjanjian
80
Mbah Muro
81
hutan kematian
82
Perhiasan palsu
83
kontrakan
84
berkumpul kembali
85
penyakit Jarwo
86
pertolongan ustadz Roziq
87
kembali pada yang mengirim
88
bau tak sedap.
89
memanfaaatkan
90
bertemunya Wati dengan Yudha
91
Rencana
92
mendatangi rumah mewah Halwa
93
serangan tajam Halwa pada Yudha
94
penolakan Hasna
95
the power of emak emak
96
badut tua pemilik kontrakan
97
Vidio yang tersebar
98
Wati dilamar pak Tarman
99
mencari mahar
100
Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101
ditolak
102
mendapat restu
103
Firasat
104
Sah
105
menatap dingin
106
kembali di tangkap
107
tempat tinggal baru
108
kedatangan Yeni
109
Episode Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!