Panggilan beruntun

Pagi pagi sekali Halwa sudah terjaga, sudah menjadi kebiasaan Halwa bangun di jam tiga pagi, melaksanakan sholat tahajud dan menghabiskan waktu membaca Alquran hingga kumandang adzan subuh terdengar, rutinitas yang selalu Halwa lakoni di beberapa tahun terakhir ini, semenjak begitu banyak himpitan dalam beban kehidupannya, saat itu Halwa terus merenung dan menghabiskan waktu hanya untuk menangis dan meratapi nasibnya, semua terasa berat dan semakin sulit, entah bagaimana awalnya, Halwa dengan niat dan keyakinan merubah mindset nya, lebih mendekatkan diri pada sang pemilik kehidupan, sejak saat itu, kemudahan kemudahan selalu Halwa dapatkan, hingga Halwa terus meyakini jika janji Alloh itu pasti.

setelah menyelesaikan kewajiban dua rokaatnya, Halwa berniat untuk menyiapkan sarapan pagi, karena hari kemarin bibi yang bekerja dirumah bela ijin pulang kampung.

" wah harum banget, kamu lagi bikin apa wa?" tiba tiba bela muncul dan langsung mengendus ngendus bau asap dari masakan yang dibikin Halwa.

" ini cuma bikin tongseng ayam sama Cha sawi, karena pas buka kulkas bahan yang ada cuma ayam sama sawi aja, jadi aku masak ini saja, gimana kamu doyan kan?" Halwa menjawab pertanyaan sahabatnya dengan sambil terus fokus pada sayur diatas kompor dan mengaduknya pelan.

" aku itu apa aja doyan, asal Mateng aja wa."

" iya sih, lagi pula kamu juga nggak bisa masak soalnya, iya kan?. Halwa menyebik jahil ke arah sahabatnya dan dibalas cengiran oleh bela.

" ini aku harus bantuin apa wa, kayaknya udah hampir selesai, biar nanti aku yang nyuci perabotan kotornya saja ya, impas...kamu yang masak, aku yang beberes."

" oke, sip". Halwa mengacungkan dua jempolnya sambil mengerling ke arah Bella dan disambut tawa renyah oleh Bella.

makanan sudah tersaji semua diatas meja, Halwa, Bella, dan Hasna menikmati dalam diam, tidak ada percakapan hingga semua makanan yang ada di piring tandas tak tersisa.

" Bel, nanti kamu ke rumah mba Ida jam berapa? dan kalian jadi daftarin Hasna hari ini?."

" nanti jam sembilan aku berangkat kerumah mba Ida, lalu kita mau ke toko kain dulu, mau lihat lihat buat pesenan baju kebaya di butik, baru nanti langsung temui saudaranya mba Ida buat daftarin Hasna sekalian bawa persayaratannya, kamu udah siapin kan?"

" owh oke, udah aku siapin semua kok dari tadi malam, tinggal minta surat pindah dari sekolah Hasna saja."

" itu mah gampang wa, bisa nyusul belakangan katanya, kalau langsung kenal orang dalam semua jadi mudah."

" yasudah, aku percayakan semuanya sama kamu, dan bilang sama mba Ida terima kasih dariku ya, hari ini aku juga mau belanja untuk kebutuhan toko, tapi agak siangan, mau setor tulisan dulu."

" oke kalau begitu, habis ini biar Hasna berangkat sekolahnya sama aku aja, sekalian aku mau ke tempat fotocopy, Hasna mau kan?"

" iya Tante, Hasna sih ngikut saja apa kata bunda juga Tante."

Hasna dan Bella sudah berangkat dan kini Halwa sendirian dirumah, setelah beberes halaman, Halwa memasukkan baju baju kotor ke mesin cuci,  sambil menunggu Halwa memilih untuk melanjutkan tulisannya di laptop, kali ini Halwa sedang menulis tentang kisah seorang gadis kecil yang masih SD tapi sudah mengenal kehidupan bebas hingga di usianya yang masih belia dia hamil tanpa tau siapa ayah janin dalam kandungannya, kisah ini berjudu Ibu Jangan Dorong Aku Ke Neraka, cerita yang cukup menguras emosi dan air mata, banyak komentar komentar miris dari netizen dan tak sedikit yang berkomentar simpati pada sosok Yani yang menjadi tokoh utama di cerita Ibu Jangan Dorong Aku Ke Neraka dan semua itu membuat Halwa semakin semangat melanjutkan ceritanya.

saat sedang asik mengetik tiba tiba ponsel yang kuletakkan di samping laptop berbunyi, tertera nama mas Yudha memanggil, ada apa lagi lelaki itu menghubungiku, rasanya moodku langsung berubah buruk, tak ingin semakin pusing, memilih mengabaikan panggilan dari mas Yudha hingga empat kali panggilan tak terjawab darinya.

akhirnya dia menyerah juga, tak lagi mengulangi panggilan tapi sepertinya lelaki itu tak mau menyerah, selang beberapa menit ponselku berbunyi yang menandakan ada pesan masuk dari mas Yudha.

[ kenapa telponku tidak diangkat?]

[aku mau bicara, aku telpon, kamu harus mengangkatnya, ini perintah dari suamimu]

ciiih, lagaknya kayak sudah menjadi suami yang bener saja, makin muak dengan sikap seenaknya, tak berniat sedikitpun untuk membalas pesannya, biar dia tau, kalau aku tak lagi mau tau tentangnya, saat ponsel kembali kuletakkan diatas meja, panggilan dari mas Yudha kembali masuk, lagi lagi aku memilih mengabaikannya, biarkan saja demi menyelamatkan hatiku dari rasa sakit, paling juga dia akan berkata kasar, sudah hapal.

hingga panggilan kelima baru ponselku terbebas dari suara yang hampir membuat emosiku meledak, belum lagi rasa kesal ini hilang, kembali mas Yudha mengirim pesan beruntun yang dihiasi dengan umpatan umpatan kasarnya, aaah sudahlah lebih baik aku non aktifkan saja, dari pada mengganggu konsentrasiku menulis, aman dan bebas dari gangguan laki laki arogan itu, bodoh amat, terkadang bersikap masa bodo adalah pilihan terbaik dikala kondisi tertentu demi kesehatan jiwa.

Terpopuler

Comments

Ernadina 86

Ernadina 86

👍👍👍👍

2023-02-24

0

Ida Blado

Ida Blado

knp gk di blokir aja markonah

2022-12-13

3

Sulati Cus

Sulati Cus

blokir ae dan hapus aja

2022-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Aku dan seluruhku
2 Mati rasa
3 untuk kali ini saja
4 Rencana
5 memutuskan pergi
6 Aku juga bisa melawan
7 pergi
8 Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9 Pengadilan
10 kedatangan ibu mertua di toko
11 keluarga toxis
12 POV Yudha
13 POV Halwa 1
14 POV Halwa 2
15 Pelukan hangat bunda
16 Panggilan beruntun
17 Surat dari pengadilan
18 kamu jual aku beli
19 Selamat tinggal Mas
20 Kegaduhan
21 Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22 putusan sidang
23 Calon menantu baru
24 menuntut pembagian gono gini
25 POV Halwa
26 kamera pengawas
27 hanya mantan
28 Baku hantam
29 menginap
30 Yeni histeris karma si mulut pedas
31 Duda Ganteng
32 Bugh bugh rasakan ini
33 Penjara
34 pergi
35 sudah tak cinta
36 kabur
37 kedatangan Dewi
38 Penangkapan
39 Dilamar
40 Amukan Bu imah
41 Bu Imah lagi
42 Lamaran kedua Dafi
43 menjual rumah
44 di bantu Bu Sarah
45 kamu sudah dewasa, nak!
46 Rencana Bu Imah
47 lelahnya Bu imah
48 acara lamaran
49 kedekatan Dafi ke Hasna
50 Hadirnya Wati si pembuat masalah
51 arti persahabatan
52 menuntut balik
53 Bu Imah menemui jarwo
54 kecerdikan Jarwo
55 perubahan sikap Yeni
56 Niat Bu imah
57 keterkejutan Bu Imah
58 kemunculan Dafi
59 sepasang mata
60 Kebencian Wati
61 terbongkar
62 kekalutan Bu Imah
63 perjanjian
64 Bebas
65 Balas dendam
66 rencana jahat Wati dan ibunya
67 kembalinya pak Suko
68 talaq tiga
69 rencana
70 berharap rujuk
71 abaikan
72 niat buruk yudha
73 kemunculan yudha
74 Kedatangan Wati ke toko
75 Santet
76 pertemuan Yeni dan Jarwo
77 uang belanja
78 Di usir
79 surat perjanjian
80 Mbah Muro
81 hutan kematian
82 Perhiasan palsu
83 kontrakan
84 berkumpul kembali
85 penyakit Jarwo
86 pertolongan ustadz Roziq
87 kembali pada yang mengirim
88 bau tak sedap.
89 memanfaaatkan
90 bertemunya Wati dengan Yudha
91 Rencana
92 mendatangi rumah mewah Halwa
93 serangan tajam Halwa pada Yudha
94 penolakan Hasna
95 the power of emak emak
96 badut tua pemilik kontrakan
97 Vidio yang tersebar
98 Wati dilamar pak Tarman
99 mencari mahar
100 Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101 ditolak
102 mendapat restu
103 Firasat
104 Sah
105 menatap dingin
106 kembali di tangkap
107 tempat tinggal baru
108 kedatangan Yeni
109 Episode Tamat
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Aku dan seluruhku
2
Mati rasa
3
untuk kali ini saja
4
Rencana
5
memutuskan pergi
6
Aku juga bisa melawan
7
pergi
8
Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9
Pengadilan
10
kedatangan ibu mertua di toko
11
keluarga toxis
12
POV Yudha
13
POV Halwa 1
14
POV Halwa 2
15
Pelukan hangat bunda
16
Panggilan beruntun
17
Surat dari pengadilan
18
kamu jual aku beli
19
Selamat tinggal Mas
20
Kegaduhan
21
Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22
putusan sidang
23
Calon menantu baru
24
menuntut pembagian gono gini
25
POV Halwa
26
kamera pengawas
27
hanya mantan
28
Baku hantam
29
menginap
30
Yeni histeris karma si mulut pedas
31
Duda Ganteng
32
Bugh bugh rasakan ini
33
Penjara
34
pergi
35
sudah tak cinta
36
kabur
37
kedatangan Dewi
38
Penangkapan
39
Dilamar
40
Amukan Bu imah
41
Bu Imah lagi
42
Lamaran kedua Dafi
43
menjual rumah
44
di bantu Bu Sarah
45
kamu sudah dewasa, nak!
46
Rencana Bu Imah
47
lelahnya Bu imah
48
acara lamaran
49
kedekatan Dafi ke Hasna
50
Hadirnya Wati si pembuat masalah
51
arti persahabatan
52
menuntut balik
53
Bu Imah menemui jarwo
54
kecerdikan Jarwo
55
perubahan sikap Yeni
56
Niat Bu imah
57
keterkejutan Bu Imah
58
kemunculan Dafi
59
sepasang mata
60
Kebencian Wati
61
terbongkar
62
kekalutan Bu Imah
63
perjanjian
64
Bebas
65
Balas dendam
66
rencana jahat Wati dan ibunya
67
kembalinya pak Suko
68
talaq tiga
69
rencana
70
berharap rujuk
71
abaikan
72
niat buruk yudha
73
kemunculan yudha
74
Kedatangan Wati ke toko
75
Santet
76
pertemuan Yeni dan Jarwo
77
uang belanja
78
Di usir
79
surat perjanjian
80
Mbah Muro
81
hutan kematian
82
Perhiasan palsu
83
kontrakan
84
berkumpul kembali
85
penyakit Jarwo
86
pertolongan ustadz Roziq
87
kembali pada yang mengirim
88
bau tak sedap.
89
memanfaaatkan
90
bertemunya Wati dengan Yudha
91
Rencana
92
mendatangi rumah mewah Halwa
93
serangan tajam Halwa pada Yudha
94
penolakan Hasna
95
the power of emak emak
96
badut tua pemilik kontrakan
97
Vidio yang tersebar
98
Wati dilamar pak Tarman
99
mencari mahar
100
Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101
ditolak
102
mendapat restu
103
Firasat
104
Sah
105
menatap dingin
106
kembali di tangkap
107
tempat tinggal baru
108
kedatangan Yeni
109
Episode Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!