POV Halwa 2

Setelah bernegosiasi dengan ibu, aku mulai mempersiapkan diri, ternyata tetangga sekitar banyak yang ingin menggunakan tenagaku, tanpa harus berfikir aku mengiyakan, dengan syarat memperbolehkan Hasna aku bawa, dan juga meyakinkan jika Hasna akan anteng dan tidak mengganggu pekerjaanku nantinya, Alhamdulillah semua setuju, dan tidak sedikit yang menunjukkan rasa iba, aaah aku tak ingin terlalu ambil pusing, aku harus bangkit dari keterpurukkan ini, tidak ada yang mau mengabdikan diri pada orang yang tak menghargai kita, itu sama halnya memelihara kebodohan.

aku mulai menjalani rutinitas baruku, dan meskipun lelah raga ini, tapi saat menerima upah yang tak seberapa, rasa lelah itu hilang dan berganti semangaat untuk terus mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit, dan senangnya saat jumlah uang yang dibutuhkan hampir terpenuhi, Alhamdulillah sebentar lagi, aku akan daftar jadi reseller, bismillah semoga Alloh mudahkan jalan ini.

hari ini aku sedang menggosok dirumahnya Mbak Ida, tetangga yang hampir tak pernah terlihat keluar rumah, Mbak Ida suaminya bekerja jadi PNS, masih muda dan belum mempunyai momongan, orangnya baik dan sangat lembut dalam berbicara, saat aku lagi fokus menyetrika baju dalam keranjang, dengan senang hati mba Ida membantu menjaga hasna, sepertinya mba Ida sudah merindukan kehadiran seorang anak, wajar saja, pernikahan mba Ida sudah hampir empat tahun, tapi belum juga mendapat momongan.

" mba Halwa, saya salut sama mba, meskipun mas Yudha pekerja kantoran, tapi mba Halwa masih mau bekerja keras seperti ini." mba Ida tiba tiba ada di sampingku, ikut duduk di kursi kayu tak jauh dari tempat aku menyetrika bajunya, akupun hanya tersenyum menahan rasa hati yang terasa teriris, punya suami mapan tak berarti aku pun juga akan ikut hidup mapan, justru yang kualami sebaliknya, menjadi pembantu gratis di rumah keluarga suamiku, dengan uang sepuluh ribu sehari, miris bukan?.

mba Ida masih menatapku lekat, seolah ada yang ingin disampaikan tapi seperti tak enak hati atau bingung bagaimana menyampaikannya.

" kenapa mba? jangan melihatku begitu, takutnya mba nanti jatuh cinta loh sama saya!." aku berusaha untuk mencairkan suasana, siapa tau Mbak Ida jadi tak sungkan jika memang benar ingin mengatakan sesuatu.

"aah mba Halwa bisa aja, mmmmm saya hanya sedang berpikir saja, tapi mau nanya langsung sama mbak Halwa kok sungkan, takutnya nanti menyinggung perasaan mbak Halwa." mba Ida tersenyum tipis, aah cantiknya , memang cantik itu dari bagaimana cara merawatnya, asal ada uang pasti yang kusam dan jelek akan berubah bening dan kinclong.

" tanya saja mbak, insya Alloh saya nggak papa, nggak perlu sungkan."

" aku sering dengar dari ibu ibu pas waktu belanja sayur di mamang, kalau mbak Halwa selalu diperlakukan buruk sama keluarganya mas Yudha, apa benar begitu mbak? maaf kalau saya terkesan ingin tau, jika benar kenapa mba diam, sama saja mbak sudah menyakiti diri mbak sendiri." mba Ida menatapku dengan tatapan iba, sorot matanya sangat meneduhkan, apa aku ceritakan saja semua sesak ini, agar rasa yang selalu menekan dada sedikit berkurang.

" iya mbak, tapi bagaimana saya melawan, sedangkan saya sudah tidak punya siapa siapa lagi, hidup didunia ini hanya sebatang kara, kalau saya terusir dari rumah, bagaimana nasib Hasna, saya tidak sanggup jika harus membawa Hasna hidup terlunta lunta dijalanan." tak terasa air mata ini seketika luruh, entah kenapa aku mudah sekali menangis saat mengingat perlakuan mas Yudha dan keluarganya.

nampak mba Ida menarik nafasnya dalam, aku bisa lihat dari tatapan matanya, ada kasihan yang tertuju padaku.

" mba Halwa mau jadi penulis kayak saya? kalau mau nanti saya ajari sampai bisa, dan hasilnya juga lumayan, gimana, mba Halwa mau?"

" penulis mba? saya hanya tamatan SMK , dan tidak punya laptop, rasanya kok mustahil to mbak, kalau mba Ida kan sarjana dan pasti ilmunya jauh lebih tinggi." bagaimana bisa mba Ida menawariku sebagai penulis seperti dirinya, membayangkan saja aku tidak berani, sadar diri jika kemampuan masih jauh dari sana.

" tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini mba, asal ada niat dan kemauan, insya Alloh pasti ada jalan, awali dengan bismillah, jalani dengan Laqawalla Walla quata illabillah, dan insya Alloh ditutup dengan Alhamdulillah, yakin bisa mba, nanti saya ajari mba Halwa sampai bisa, saya bisa yakin seperti ini, karena saya melihat mba Halwa itu orang yang cerdas dan jujur saya kagum dengan cara bicara dan sikap mba halwa."

" caranya bagaimana mba, saya harus bayar berapa untuk bisa jadi penulis kayak mba Ida? karena jujur, saya belum ada uang." meskipun sungkan, aku berusaha bicara jujur tentang kondisi keuanganku, karena setahuku, jadi penulis itu tidak mudah dan bayarnya juga mahal, itu yang aku tau , untuk benar tidaknya aku memang tidak begitu paham.

mba Ida justru tersenyum, dan tangannya mulai melipat baju dalaman nya yang ada dikeranjang yang sudah disisihkan, karena mba Ida tidak memperbolehkanku untuk menyentuhnya, pamali katanya.

" nggak begitu juga sih mbak, sekarang jamannya sudah serba mudah, cukup masuk di aplikasi aplikasi kepenulisan dan daftar lalu ikuti aturannya, kita sudah bisa jadi penulis dan mendapatkan gaji, kalau tidak punya laptop, hape juga bisa kok, nggak ribet pokoknya, nanti saya ajarin caranya, kapanpun mba Halwa ada waktu dan berminat, saya siap membantu."

Waktu terus berjalan, uang hasil kerja cuci gosok sudah cukup bahkan lebih untuk modal jadi reseller Snack yang lagi booming, Alhamdulillah.

dan akupun juga sudah mulai nulis di salah satu aplikasi berkat bantuan mba Ida yang dengan sabar dan telaten mengajariku hingga aku bisa mendapatkan tiga juta rupiah untuk tulisan pertamaku yang aku kasih judul mertuaku Nerakaku, kisah yang aku ambil dari kisah ku sendiri, dan tentu dengan menggunakan akun nama samaran, hanya aku dan mba ida yang tau nama penaku didunia Maya.

Tak terasa waktu terus bergulir, usaha online Snack ku makin berkembang dan mendapatkan untung yang bisa dibilang besar dalam satu bulannya, pun dengan tulisan tulisanku, setiap bulannya selalu menerima pendapatan yang tidak sedikit, hingga sampai akhirnya aku bisa membeli tanah dan membangun toko sembako yang lumayan besar menurutku.

aku mulai mengalami perubahan dalam hidupku, bisa membeli apapun yang aku mau, mencukupi dan menyenangkan Hasna, anakku satu satunya, dan semua itu tentu aku lakukan tanpa sepengetahuan mas Yudha dan keluarganya, dan akupun juga mulai menyusun rencana untuk pergi dari rumah yang hanya menghadirkan luka serta kesengsaraan untukku dan anakku.

berkat bantuan bela sahabatku, akhirnya aku dengan penuh keyakinan keluar dari rumah yang bertahun tahun menjadikanku sebagai pembantu gratisan, dan seperti dugaanku, mba Yeni maupun ibu mertua kalang kabut dengan kepergian ku, bagaimana tidak, selama ini mereka hanya mengandalkan aku untuk memenuhi hidupnya, sudah numpang hidup masih juga numpang tenaga buat bersih bersih, aku hanya ingin membuktikan ucapan mereka, yang selalu bilang kalau aku tidak akan berani keluar rumah hanya karena aku tidak punya apa apa dan mereka selalu menganggap aku hanyalah perempuan miskin, tapi nyatanya justru merekalah yang miskin, buktinya baru beberapa hari aku meninggalkan rumah itu, mereka sudah kakang kabut mencariku.

Bahkan nampak mas Yudha juga mulai ikut ikutan mencariku, dia rela bolak balik datang ke toko untuk menemuiku dan pasti ingin membujukku, tapi aku selalu menghindar dan tak Sudi untuk menemui mereka, bukan takut hanya saja aku sudah males kalau harus adu mulut dengannya, bikin pusing dan tambah sakit hati saja, orang sepertinya tak pernah bisa untuk diajak bicara baik baik, dan sambil menunggu surat putusan dari pengadilan, lebih baik aku menghindarinya saja, akan jauh lebih membuat hati ini lebih tenang dan tenteram.

aku yakin, setelah beberapa kali gagal menemuiku, mas Yudha pasti akan menggunakan Hasna untuk memancingku keluar dari persembunyian, tapi aku sudah mempersiapkan itu semua, dengan bantuan bela dan mba ida, Hasna sudah pindah ke sekolah baru, sekolah nomer satu di kota ini, dan hanya orang tertentu saja yang bisa menemui dan menjemput Hasna, bela sudah mendaftarkan nama nama yang tidak boleh menemui atau menjemput Hasna pada kepala sekolah, hingga aku merasa tenang, karena sekolah baru Hasna sangat terjaga keprivasiannya dan begitu ketat, meskipun untuk itu aku harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit, semoga Alloh memampukan aku untuk bisa memberikan yang terbaik untuk masa depan gadis kecilku.

Hidup itu sesungguhnya ujian, tinggal bagaimana kita menerima dan menyikapi ujian tersebut, dan disinilah peran keimanan dan ketakwaan kita bekerja, mau memilih berjuang atau menyerah, mau menerima dengan iklas atau justru membenci takdir yang ada, mau berubah lebih baik atau justru masuk dalam kesesatan, semua kembali pada diri masing masing.

Terpopuler

Comments

Mama Rika

Mama Rika

lanjutkan

2024-12-09

0

Rafanda 2018

Rafanda 2018

pov trus sampai end

2024-03-28

0

Chintya Wijaya

Chintya Wijaya

ruwet thor baca karya mu diulang² terus

2024-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 Aku dan seluruhku
2 Mati rasa
3 untuk kali ini saja
4 Rencana
5 memutuskan pergi
6 Aku juga bisa melawan
7 pergi
8 Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9 Pengadilan
10 kedatangan ibu mertua di toko
11 keluarga toxis
12 POV Yudha
13 POV Halwa 1
14 POV Halwa 2
15 Pelukan hangat bunda
16 Panggilan beruntun
17 Surat dari pengadilan
18 kamu jual aku beli
19 Selamat tinggal Mas
20 Kegaduhan
21 Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22 putusan sidang
23 Calon menantu baru
24 menuntut pembagian gono gini
25 POV Halwa
26 kamera pengawas
27 hanya mantan
28 Baku hantam
29 menginap
30 Yeni histeris karma si mulut pedas
31 Duda Ganteng
32 Bugh bugh rasakan ini
33 Penjara
34 pergi
35 sudah tak cinta
36 kabur
37 kedatangan Dewi
38 Penangkapan
39 Dilamar
40 Amukan Bu imah
41 Bu Imah lagi
42 Lamaran kedua Dafi
43 menjual rumah
44 di bantu Bu Sarah
45 kamu sudah dewasa, nak!
46 Rencana Bu Imah
47 lelahnya Bu imah
48 acara lamaran
49 kedekatan Dafi ke Hasna
50 Hadirnya Wati si pembuat masalah
51 arti persahabatan
52 menuntut balik
53 Bu Imah menemui jarwo
54 kecerdikan Jarwo
55 perubahan sikap Yeni
56 Niat Bu imah
57 keterkejutan Bu Imah
58 kemunculan Dafi
59 sepasang mata
60 Kebencian Wati
61 terbongkar
62 kekalutan Bu Imah
63 perjanjian
64 Bebas
65 Balas dendam
66 rencana jahat Wati dan ibunya
67 kembalinya pak Suko
68 talaq tiga
69 rencana
70 berharap rujuk
71 abaikan
72 niat buruk yudha
73 kemunculan yudha
74 Kedatangan Wati ke toko
75 Santet
76 pertemuan Yeni dan Jarwo
77 uang belanja
78 Di usir
79 surat perjanjian
80 Mbah Muro
81 hutan kematian
82 Perhiasan palsu
83 kontrakan
84 berkumpul kembali
85 penyakit Jarwo
86 pertolongan ustadz Roziq
87 kembali pada yang mengirim
88 bau tak sedap.
89 memanfaaatkan
90 bertemunya Wati dengan Yudha
91 Rencana
92 mendatangi rumah mewah Halwa
93 serangan tajam Halwa pada Yudha
94 penolakan Hasna
95 the power of emak emak
96 badut tua pemilik kontrakan
97 Vidio yang tersebar
98 Wati dilamar pak Tarman
99 mencari mahar
100 Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101 ditolak
102 mendapat restu
103 Firasat
104 Sah
105 menatap dingin
106 kembali di tangkap
107 tempat tinggal baru
108 kedatangan Yeni
109 Episode Tamat
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Aku dan seluruhku
2
Mati rasa
3
untuk kali ini saja
4
Rencana
5
memutuskan pergi
6
Aku juga bisa melawan
7
pergi
8
Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9
Pengadilan
10
kedatangan ibu mertua di toko
11
keluarga toxis
12
POV Yudha
13
POV Halwa 1
14
POV Halwa 2
15
Pelukan hangat bunda
16
Panggilan beruntun
17
Surat dari pengadilan
18
kamu jual aku beli
19
Selamat tinggal Mas
20
Kegaduhan
21
Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22
putusan sidang
23
Calon menantu baru
24
menuntut pembagian gono gini
25
POV Halwa
26
kamera pengawas
27
hanya mantan
28
Baku hantam
29
menginap
30
Yeni histeris karma si mulut pedas
31
Duda Ganteng
32
Bugh bugh rasakan ini
33
Penjara
34
pergi
35
sudah tak cinta
36
kabur
37
kedatangan Dewi
38
Penangkapan
39
Dilamar
40
Amukan Bu imah
41
Bu Imah lagi
42
Lamaran kedua Dafi
43
menjual rumah
44
di bantu Bu Sarah
45
kamu sudah dewasa, nak!
46
Rencana Bu Imah
47
lelahnya Bu imah
48
acara lamaran
49
kedekatan Dafi ke Hasna
50
Hadirnya Wati si pembuat masalah
51
arti persahabatan
52
menuntut balik
53
Bu Imah menemui jarwo
54
kecerdikan Jarwo
55
perubahan sikap Yeni
56
Niat Bu imah
57
keterkejutan Bu Imah
58
kemunculan Dafi
59
sepasang mata
60
Kebencian Wati
61
terbongkar
62
kekalutan Bu Imah
63
perjanjian
64
Bebas
65
Balas dendam
66
rencana jahat Wati dan ibunya
67
kembalinya pak Suko
68
talaq tiga
69
rencana
70
berharap rujuk
71
abaikan
72
niat buruk yudha
73
kemunculan yudha
74
Kedatangan Wati ke toko
75
Santet
76
pertemuan Yeni dan Jarwo
77
uang belanja
78
Di usir
79
surat perjanjian
80
Mbah Muro
81
hutan kematian
82
Perhiasan palsu
83
kontrakan
84
berkumpul kembali
85
penyakit Jarwo
86
pertolongan ustadz Roziq
87
kembali pada yang mengirim
88
bau tak sedap.
89
memanfaaatkan
90
bertemunya Wati dengan Yudha
91
Rencana
92
mendatangi rumah mewah Halwa
93
serangan tajam Halwa pada Yudha
94
penolakan Hasna
95
the power of emak emak
96
badut tua pemilik kontrakan
97
Vidio yang tersebar
98
Wati dilamar pak Tarman
99
mencari mahar
100
Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101
ditolak
102
mendapat restu
103
Firasat
104
Sah
105
menatap dingin
106
kembali di tangkap
107
tempat tinggal baru
108
kedatangan Yeni
109
Episode Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!