kamu jual aku beli

Aku mendapatkan kabar dari Aziz, kalau dua hari akan ada sidang pertama gugatan cerai ku, dan Aziz memintaku untuk tidak usah datang, agar mempermudah prosesnya, semua bukti  perselingkuhan, KDRT, dan semua chat hinaan serta penolakan soal nafkah sudah kuberikan pada Aziz, dan dengan bukti bukti tersebut Aziz bilang, pengadilan akan dengan mudah mengabulkan gugatan ku, Aziz memintaku untuk tenang dan menunggu kabar baik saja.

aku sudah tak sabar untuk benar benar lepas dari keluarga itu, rasanya hidupku terlalu berat jika terus berurusan dengan mereka, karena selalu aja  ada masalah yang diciptakan oleh orang orang itu dengan pikirannya yang ajaib tak masuk akal sama sekali.

pukul satu siang, saat aku hendak pergi untuk belanja kebutuhan toko, Hasna tiba tiba muncul dan mengucap salam, sepertinya anak itu pulang lebih cepat, karena biasanya jam dua siang Hasna baru pulang, setelah mengucap salam Hasna mencium punggung  tanganku dan langsung pamit masuk ke kamar untuk berganti baju.

ku urungkan niatku untuk berangkat, memilih menunggu Hasna berganti baju dan berniat untuk menemaninya makan siang dulu, kebetulan sayur yang kumasak tadi pagi masih ada dan masih hangat, karena tadi sempat ku panaskan dulu.

"loh bunda masih disini? kan tadi pas Hasna datang bunda sudah bersiap untuk berangkat kerja, kenapa?." Hasna kaget saat keluar dari kamarnya, aku masih berdiri di depan pintu kamar menungguinya keluar.

"iya bunda sengaja nungguin Hasna, bunda ingin temani Hasna makan siang dulu, yuuk Hasna makan dulu, tadi bunda sudah panasi sayurnya, nanti setelah Hasna selesai makan, bunda baru berangkat." Halwa menggandeng tangan gadisnya untuk menuju ke dapur, menyeret salah satu kursi dan meminta Hasna duduk, dengan cekatan ku tuangkan nasi juga sayur kepiring  lalu menyodorkannya dan meminta Hasna untuk menghabiskan.

"Dihabiskan.... bunda bikinin minum es sirup kelapa mau?"

" mau bund, jangan manis manis ya." dengan mata berbinar Hasna mengiyakan tawaranku, Hasna sangat merindukan kebersamaan dan kehangatan seperti ini, karena selama ini, aku terlalu capek mengerjakan perintah nenek dan budhenya, sehingga kebersamaan dengannya terasa hambar bahkan hampir tak pernah ada.

Setelah selesai belanja kebutuhan toko, aku berniat untuk mampir ke supermarket, membeli semua kebutuhan dapur untuk mengisi kulkas dirumahnya Bella yang hampir kosong, dipikir pikir tidak ada salahnya jika aku yang belanja, karena Bella  sibuk dan tidak pernah kepikiran dengan isi kulkas, maklum karena Bella tidak pernah menyentuh dapur beserta isinya, semua sudah Bella pasrahkan pada bibi yang sudah bekerja untuknya semenjak dia masih dalam kandungan, bela terlahir kaya dari orok, selalu dimanja dan tidak dibolehkan bekerja berat, semua kebutuhannya sudah biasa disiapkan, maklum orang kaya.

setelah dirasa cukup, semua kebutuhan seperti sayur, daging, ayam, telur, sosis, ikan, dan makanan siap saji juga tak lupa membeli beraneka rasa mie instan, beserta beberapa cemilan,  mendorong troli yang hampir penuh dengan beraneka ragam kebutuhan dapur menuju kasir.

" wah ada yang lagi banyak uang nih, belanja sampai menggunung gitu." ucap Yeni ketus dan berusaha menghentikan langkahku dengan mencekal pergelangan tangan dengan erat, sakit.

"Lepaskan mbak, tanganku sakit."

"dasar tak tau diri kamu ya, kamu enak enakan belanja dan senang senang, sedangkan dirumah suami dan mertuamu kelaparan, dimana nuranimu hah?" mba Yeni bicara dengan suara lantang, sengaja mengundang perhatian pengunjung lainnya, aku tau dia ingin mempermalukan ku, tapi kali ini aku tak akan diam saja dengan mulut pedasnya itu.

" siapa yang tak tau diri mbak? adik mbak atau bahkan mbak sendiri? sinisku dan mbak Yeni langsung melotot tak suka ke arahku, siapa takut, kamu jual aku beli mbak.

" mas Yudha tidak pernah mau memberiku nafkah,  dan aku keluar dari rumah ibumu, karena aku sudah lelah kalian jadikan pembantu gratisan, bahkan setelah memeras tenagaku kalian juga mengambil hakku dengan harus menopang isi perut kalian dari hasil kerja kerasku, nggak malu? dasar parasit?." ejekku.

" perlu mbak tau, aku sudah melayangkan gugatan cerai di pengadilan, dan dua hari lagi akan ada sidang pertama, aku yakin jika surat panggilan dari pengadilan sudah mendarat cantik dirumah mbak, iya kan? sudahlah mbak, jangan permalukan diri mbak sendiri, malu nantinya." aku berniat kembali mendorong troli yang penuh dengan belanjaanku, tapi dengan kasar mbak Yeni menahannya.

" kamu masih punya hutang pada keluargaku, jadi jangan seenaknya pergi begitu saja, bayar sewa tidurmu dirumah ibuku selama ini." balas mbak Yeni dengan begitu pedenya, hampir semua mata kini tertuju pada kami, malu? tentu saja aku sangat malu, tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk mbak Yeni, wanita itu terus saja mengoceh tanpa jeda, kalau dia sadar harusnya malu dengan semua yang dia ucapkan, tak ada yang masuk akal, bahkan mulai terdengar bisik bisik dari beberapa pengunjung yang dari tadi menonton keributan yang terjadi antara aku dan calon mantan iparku itu, bulsyit memang, tapi aku tak gentar sama sekali, selama aku dipihak yang benar, aku akan terus menghadapi perempuan ajaib satu ini, karena jika aku diamkan dia akan semakin menjadi, aku tak ingin lagi bodoh, dengan terus berdiam diri.

" bayar sewa? maksudnya mbak? kok aku nggak paham ya, sejak kapan seorang istri harus bayar uang sewa jika tinggal dirumah mertuanya, dan harusnya mbak Yeni sadar, aku yang sangat dirugikan disini, setiap hari aku bekerja seperti pembantu dan bahkan setiap hari makanan yang kalian makan aku loh yang membeli bahannya dengan uangku, sekali lagi u ang ku, paham mbak?" mbak Yeni melotot tak suka karena aku berkata dengan nada yang lumayan keras, sengaja! biar orang lain menilai menurut pikirannya masing masing, aku tak perduli, biarkan! hatiku bahkan sudah kebas dengan sikap gila keluarga mas Yudha.

" sebentar lagi, aku dan mas Yudhi akan menjadi mantan, jadi berhentilah mengusikku, dan jangan pernah memintaku untuk memenuhi kebutuhan perut kalian, tak Sudi, dan tak akan lagi, kita lihat, sebenarnya siapa yang miskin, aku atau kalian?

minggir, aku mau lewat." kudorong paksa troliku untuk maju ke antrian kasir, meladeni orang seperti mbak Yeni tak akan ada habisnya, yang ada justru makin bikin mules dan emosi saja, kutinggalkan mba Yeni yang masih ternganga, dari ekspresinya terlihat shock dengan sikapku yang tak lagi takut bahkan begitu berani dan tenang menghadapinya, mba Yeni berlalu dengan menghentakkan kakinya , aku melirik dari ekor mataku, kusunggingkan senyum tipis, bernafas lega karena berhasil lepas dari sikap absurd wanita itu.

kasir tak begitu antri kurang satu orang lagi, setelah itu giliranku, karena insiden dengan mba Yeni waktuku terbuang sia sia, belum lagi perut sudah minta di isi, sudah keroncongan dari tadi.

kukeluarkan satu persatu belanjaanku dari troli dan bruukk, tiba tiba mba Yeni muncul sambil meletakkan keranjang belanjaannya dimeja kasir dengan kasar, spontan aku maupun mba kasir kaget dibuatnya.

" maaf Bu, tolong antri dulu di belakang." ucap mbak kasir kesal pada mba Yeni.

" nggak perlu antri, jadikan satu saja sama punya dia, biar dibayar sekalian, dia adikku.". hah....enak sekali wanita ini berucap, dipikir aku Sudi membayar belanjaan nya, tidak akan Maemunah,Nooooo!!

mba kasir melihat ke arahku seakan meminta jawaban dariku.

" gimana Bu, apa ini juga dihitung sekalian? tanya mba kasir ramah.

" iya hitung sekalian" jawab mbak Yeni pede.

" tidak mbak, aku tidak punya urusan dengan nya." jelas aku menolak tak terima enak saja.

" jadi ini gimana Bu?" mba kasir mulai kesal.

" hitung dulu punyaku saja mba, lalu baru hitung punya ibu ini, tapi kita bayarnya sendiri sendiri." selaku dengan santai, masih berusaha tenang agar emosi tidak menguasai ku.

" hitung sekalian punyaku ke tagihannya sekalian mbak, aku tak mau tau, biar dia yang bayar semua, dasar perhitungan." sungut mbak Yeni dengan tak tau malunya.

kuhembuskan nafas dalam, berusaha mengontrol emosi yang mulai ingin meledak, menghadapi keluarga mas Yudha memang harus memerlukan kesabaran yang ekstra, astagfirullah.

menyadari raut mukaku yang mulai memerah, mbak kasir melanjutkan menghitung belanjaanku yang tinggal beberapa dan langsung mengatakan berapa jumlah yang harus kubayar tanpa menyentuh satupun belanjaan dari ranjang mbak Yeni.

" semua lima ratus tujuh puluh tiga ribu Bu". tanpa banyak bicara, langsung kusudorkan kartu ATM ke arah mbak kasir, rasanya sangat lelah dan ingin segera meninggalkan tempat ini, mbak Yeni sudah membuat moodku berantakan tanpa sisa, menyebalkan.

" loh loh nggak bisa begitu, gimana dengan belanjaanku?" ucap mbak Yeni kesal sekaligus panik, berusaha bersikap bodoh amat, dan melangkah pergi meninggalkan wanita bermulut pedas itu, syukurin, rasain kamu mbak, entahlah kenapa melihat wajah paniknya membuatku senang, astagfirullah, sekali lagi aku beristighfar.

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Jangan mau diperalat terus Hasna dasar keluarga parasit gak tau malu udah putus urat malu nya ya ...

2023-04-18

2

Ernadina 86

Ernadina 86

astagfirullah aku pun senang 😁

2023-02-24

0

Nor Azlin

Nor Azlin

hahahaha aku sangat senang banget sama kamu halwa kerana berani membungkam mulut pedas dari si yeni enak aja mau nyuruh kamu bayar ...bukan selama ini suami nya masih memberi nafkah buatnya bayar aja dengan uwang sendiri...pedulikan orang seperti itu tau meminta kamu bayar dengar rasa tidak malu enak aja jadi kamu yah yeni kalau aku jadi suaminya udah aku cerai kan biar tau rasa

2023-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Aku dan seluruhku
2 Mati rasa
3 untuk kali ini saja
4 Rencana
5 memutuskan pergi
6 Aku juga bisa melawan
7 pergi
8 Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9 Pengadilan
10 kedatangan ibu mertua di toko
11 keluarga toxis
12 POV Yudha
13 POV Halwa 1
14 POV Halwa 2
15 Pelukan hangat bunda
16 Panggilan beruntun
17 Surat dari pengadilan
18 kamu jual aku beli
19 Selamat tinggal Mas
20 Kegaduhan
21 Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22 putusan sidang
23 Calon menantu baru
24 menuntut pembagian gono gini
25 POV Halwa
26 kamera pengawas
27 hanya mantan
28 Baku hantam
29 menginap
30 Yeni histeris karma si mulut pedas
31 Duda Ganteng
32 Bugh bugh rasakan ini
33 Penjara
34 pergi
35 sudah tak cinta
36 kabur
37 kedatangan Dewi
38 Penangkapan
39 Dilamar
40 Amukan Bu imah
41 Bu Imah lagi
42 Lamaran kedua Dafi
43 menjual rumah
44 di bantu Bu Sarah
45 kamu sudah dewasa, nak!
46 Rencana Bu Imah
47 lelahnya Bu imah
48 acara lamaran
49 kedekatan Dafi ke Hasna
50 Hadirnya Wati si pembuat masalah
51 arti persahabatan
52 menuntut balik
53 Bu Imah menemui jarwo
54 kecerdikan Jarwo
55 perubahan sikap Yeni
56 Niat Bu imah
57 keterkejutan Bu Imah
58 kemunculan Dafi
59 sepasang mata
60 Kebencian Wati
61 terbongkar
62 kekalutan Bu Imah
63 perjanjian
64 Bebas
65 Balas dendam
66 rencana jahat Wati dan ibunya
67 kembalinya pak Suko
68 talaq tiga
69 rencana
70 berharap rujuk
71 abaikan
72 niat buruk yudha
73 kemunculan yudha
74 Kedatangan Wati ke toko
75 Santet
76 pertemuan Yeni dan Jarwo
77 uang belanja
78 Di usir
79 surat perjanjian
80 Mbah Muro
81 hutan kematian
82 Perhiasan palsu
83 kontrakan
84 berkumpul kembali
85 penyakit Jarwo
86 pertolongan ustadz Roziq
87 kembali pada yang mengirim
88 bau tak sedap.
89 memanfaaatkan
90 bertemunya Wati dengan Yudha
91 Rencana
92 mendatangi rumah mewah Halwa
93 serangan tajam Halwa pada Yudha
94 penolakan Hasna
95 the power of emak emak
96 badut tua pemilik kontrakan
97 Vidio yang tersebar
98 Wati dilamar pak Tarman
99 mencari mahar
100 Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101 ditolak
102 mendapat restu
103 Firasat
104 Sah
105 menatap dingin
106 kembali di tangkap
107 tempat tinggal baru
108 kedatangan Yeni
109 Episode Tamat
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Aku dan seluruhku
2
Mati rasa
3
untuk kali ini saja
4
Rencana
5
memutuskan pergi
6
Aku juga bisa melawan
7
pergi
8
Yeni terkena imbas kepergian Halwa
9
Pengadilan
10
kedatangan ibu mertua di toko
11
keluarga toxis
12
POV Yudha
13
POV Halwa 1
14
POV Halwa 2
15
Pelukan hangat bunda
16
Panggilan beruntun
17
Surat dari pengadilan
18
kamu jual aku beli
19
Selamat tinggal Mas
20
Kegaduhan
21
Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
22
putusan sidang
23
Calon menantu baru
24
menuntut pembagian gono gini
25
POV Halwa
26
kamera pengawas
27
hanya mantan
28
Baku hantam
29
menginap
30
Yeni histeris karma si mulut pedas
31
Duda Ganteng
32
Bugh bugh rasakan ini
33
Penjara
34
pergi
35
sudah tak cinta
36
kabur
37
kedatangan Dewi
38
Penangkapan
39
Dilamar
40
Amukan Bu imah
41
Bu Imah lagi
42
Lamaran kedua Dafi
43
menjual rumah
44
di bantu Bu Sarah
45
kamu sudah dewasa, nak!
46
Rencana Bu Imah
47
lelahnya Bu imah
48
acara lamaran
49
kedekatan Dafi ke Hasna
50
Hadirnya Wati si pembuat masalah
51
arti persahabatan
52
menuntut balik
53
Bu Imah menemui jarwo
54
kecerdikan Jarwo
55
perubahan sikap Yeni
56
Niat Bu imah
57
keterkejutan Bu Imah
58
kemunculan Dafi
59
sepasang mata
60
Kebencian Wati
61
terbongkar
62
kekalutan Bu Imah
63
perjanjian
64
Bebas
65
Balas dendam
66
rencana jahat Wati dan ibunya
67
kembalinya pak Suko
68
talaq tiga
69
rencana
70
berharap rujuk
71
abaikan
72
niat buruk yudha
73
kemunculan yudha
74
Kedatangan Wati ke toko
75
Santet
76
pertemuan Yeni dan Jarwo
77
uang belanja
78
Di usir
79
surat perjanjian
80
Mbah Muro
81
hutan kematian
82
Perhiasan palsu
83
kontrakan
84
berkumpul kembali
85
penyakit Jarwo
86
pertolongan ustadz Roziq
87
kembali pada yang mengirim
88
bau tak sedap.
89
memanfaaatkan
90
bertemunya Wati dengan Yudha
91
Rencana
92
mendatangi rumah mewah Halwa
93
serangan tajam Halwa pada Yudha
94
penolakan Hasna
95
the power of emak emak
96
badut tua pemilik kontrakan
97
Vidio yang tersebar
98
Wati dilamar pak Tarman
99
mencari mahar
100
Perasaan nyaman sudah merubah hati Wati
101
ditolak
102
mendapat restu
103
Firasat
104
Sah
105
menatap dingin
106
kembali di tangkap
107
tempat tinggal baru
108
kedatangan Yeni
109
Episode Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!