Seluruh acara pernikahan kecil-kecil yang diadakan oleh kedua belah pihak akhirnya telah selesai di adakan. Semua tamu undangan pun juga sudah turut kembali kerumah mereka masing-masing. Dan tinggallah kini hanya Erland, Maura dan kedua orangtua perempuan itu yang tengah berada didalam kamar Maura.
Rencana setelah acara pernikahan itu selesai, Maura di boyong oleh Erland ke rumah mereka pribadi. Maura yang sebenarnya tak ikhlas harus meninggalkan rumah ternyamannya itu ia kini merengek kepada kedua orangtuanya yang tengah membantu dirinya untuk mengemasi pakaian yang akan perempuan itu bawa.
"Ma, Pa. Maura tidak mau pergi dari sini. Maura mau tinggal sama Mama dan Papa saja," pinta Maura.
Namun tak ada balasan dari dua orang itu, mereka masih fokus ke kegiatan mereka masing-masing. Jujur saja, Maura sudah mengatakan kalimat yang sama berulang kali setelah dirinya tau kepindahannya yang akan di lakukan hari ini.
"Ma, Pa. Ayolah. Maura ini hanya anak satu-satunya Mama sama Papa lho. Kalian nanti akan merasa menyesal dan kesepian karena telah mensetujui ucapan laki-laki sial---" Maura mengatupkan bibirnya kala mendapat tatapan tajam dari kedua orangtuanya yang tau jika Maura akan mengatakan Erland adalah laki-laki sialan.
"Sekali lagi kamu bilang suami kamu laki-laki sialan. Papa tidak akan segan-segan buat jahit mulut kamu itu. Tidak baik Maura berucap seperti itu kepada suami kamu sendiri. Dia itu surga kamu sekarang. Jadi jaga ucapanmu," perintah Louis dengan tegas. Ia tak mau melihat sang putri bersikap durhaka kepada suaminya sendiri.
Maura yang mendapat teguran dari sang Papa pun ia kini mencebikkan bibirnya dengan ekor mata yang melirik kearah Erland yang tampak biasa-biasa saja, malah laki-laki itu tampak terus membantu mertuanya mengepaki keperluan Maura. Sebelum Maura kini kembali angkat suara.
"Ck iya-iya. Tapi Pa, Maura boleh kan tetap tinggal disini," kata Maura yang masih mencoba untuk membujuk orangtuanya agar ia tak keluar dari rumah tersebut.
"Tidak bisa." Bukan Louis yang menjawab permintaan yang kesekian kalinya dari Maura tadi melainkan Dian lah yang menjawabnya.
"Ma," rengek Maura.
"Orang yang sudah berumah tangga itu sebaiknya memiliki rumah sendiri mau itu hanya ngekos atau menyewa saja karena perlu kamu tau Maura. Dengan kamu yang hidup jauh dari kedua orangtuamu atau mertuamu bisa membuat kamu hidup mandiri. Dan point yang lebih pentingnya lagi, jika kalian sedang ada masalah tak akan ada yang bisa mencampuri masalah kalian itu yang justru akan membuat rumah tangga kalian akan retak nantinya karena yang pasti jika rumah tangga kalian tengah tertimpa sebuah masalah dan kamu mengadu ke Mama karena tinggal bersama di rumah ini, maka Mama sama Papa pasti akan membela kamu begitu juga dengan sebaliknya. Maka untuk menghindari semua itu, satu-satunya caranya ya hanya dengan kalian tinggal satu rumah sendiri tanpa menumpang di rumah kedua orangtua kalian. Dan ini juga sudah menjadi kewajiban kamu sebagai seorang istri, Maura yang harus mengikuti kemanapun suamimu pergi. Kamu juga harusnya bersyukur karena Erland sudah menyiapkan rumah untuk kalian sendiri. Jadi lebih baik kamu sekarang diam jika tidak mau membantu kita untuk mengemasi semua barang-barang kamu ini. Jangan banyak protes lagi, jika sampai kamu protes. Mama tidak akan segan-segan untuk merobek mulut kamu," ucap Dian panjang lebar.
Maura yang mendengar hal itu cukup membuat dirinya melongo. Sebelum ia menghentak-hentakkan kakinya dan memilih untuk duduk di atas ranjang dengan bersedekap dada dengan tatapan lurus kearah Erland yang diam-diam tengah menyunggingkan senyumannya dengan mata yang kini ia alihkan kearah Maura.
"Apa lihat-lihat? Mau aku colok?!" galak Maura yang lagi-lagi perbuatannya itu langsung mendapat tatapan tajam dari kedua orangtuanya.
"Tidak sopan, Maura!" peringat Louis yang membuat Maura memutar bola matanya malas. Ia memilih untuk diam setelahnya karena percuma saja dirinya meminta kedua orangtuanya untuk mencegah dirinya dibawa pergi oleh Erland karena tampaknya Mama dan Papanya justru sangat senang dirinya pergi dari rumah mereka. Dan karena hal itu membuat Maura mendengus kasar. Ia hanya bisa pasrah saja sekarang, mengikuti kemauan Erland yang sebenarnya sudah di sepakati oleh dirinya waktu itu. Namun jika untuk tunduk dengan laki-laki itu, jangan harap, batin Maura diiringi dengan senyum miringnya yang tak ada satupun orang di dalam satu ruangan yang sama dengannya melihat senyuman penuh dengan kelicikan itu. Walaupun dirinya sudah menikah dengan Erland, ia tak akan pernah merubah sifatnya yang ia miliki ini karena kebebasan dirinya sudah tertuang dalam surat perjanjian pernikahan waktu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Hany
Maura jangan berulah,kamu pasti akan kesulitan mau kemanapun,karena ATM berjalan mu Uda di blokir sama ortumu,jd kamu cuma bs mengandalkan Erland saja,jd patuhlah SM titah sang Baginda Erland🤭
2022-12-12
3
Radya Arynda
yuuuuhuuuuuu, , , semangaaaat caaantik💪💪💪💪💪
2022-12-12
1
Indar
lanjut kak, semangat 💪💪
2022-12-11
2