Dengan perasaan dongkol, Maura keluar dari dalam butik tersebut menuju ke mobil Erland. Ia tak peduli jika Erland tengah kesusahan membawa baju pengantin itu.
Maura membanting pintu mobil mahal tersebut untuk melupakan rasa kesalnya.
"Sialan. Kenapa bisa seperti ini sih? Kenapa bisa kartu ATM-ku tidak bisa di gunakan? Padahal jelas-jelas kemarin kartu ini masih bisa aku gunakan. Ishhh menyebalkan!" erang Maura dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Hentakan dan gerutuan dari Maura terhenti kala Erland telah masuk kedalam mobil itu.
Dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk menenangkan Maura, Erland justru terdiam dan langsung menjalankan mobilnya ke tempat yang di pinta oleh Maura tadi.
Maura yang melihat keterdiaman dari Erland pun ia berdecak sebal, lalu dengan pura-pura tak sengaja ia merentangkan kedua tangannya hingga salah satu tangannya mengenai wajah Erland cukup keras yang membuat laki-laki itu mendesis kesal.
"Kamu apa-apa sih?!" kesal Erland dengan menyingkirkan tangan Maura dari hadapan wajahnya.
"Ehhh kena kamu ya. Sorry gak sengaja," ucap Maura dengan diam-diam tersenyum puas setidaknya emosinya itu tersalurkan.
Erland yang mendengar ucapan dari Maura, ia hanya memutar bola matanya malas dan daripada dirinya berdebat dengan Maura, lebih baik ia kembali fokus kejalan didepannya itu.
"Rasain emang enak kena tampol. Salah siapa tadi ngatain aku belagu. Huh," batin Maura bersorak bahagia didalam hatinya.
Tak berselang lama mobil Erland telah sampai di cafe yang di minta oleh Maura tadi.
"Turun!" perintah Erland yang berhasil membuat Maura mengalihkan pandangannya kearah laki-laki tersebut.
"Sabar," balas Maura dan setelahnya ia turun dari dalam mobil tersebut.
Setelah Maura menutup pintu mobil Erland, mobil tersebut melaju kembali membelah jalanan ibu kota. Dimana kepergian dari Erland tadi membuat Maura melongo tak percaya. Ia kira Erland akan menunggu dirinya menyelesaikan urusannya dengan sopir taksi yang sudah menunggunya didalam cafe itu. Tapi ternyata, laki-laki itu justru meninggalkannya tanpa mengucapkan kata perpisahan terlebih dahulu. Bahkan kebaya yang baru saja Erland beli, ikut terbawa oleh laki-laki tersebut.
"Sumpah demi apapun laki-laki itu menyebalkan!" sebal Maura yang mungkin nanti saat dirinya sudah tinggal satu rumah dengan Erland, ia akan darah tinggi karena menghadapi laki-laki yang sering membuatnya kesal setengah mati.
Setelah puas menggerutu dan memberikan sumpah serapahnya kepada Erland, Maura kini bergegas masuk kedalam cafe itu. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut cafe tersebut sampai ia menemukan laki-laki paruh baya yang tengah celingukan kesana kemari seperti orang bingung.
Maura mendekati laki-laki tersebut dan tanpa dipersilahkan duduk terlebih, Maura sudah duduk di hadapan laki-laki tersebut.
"Pak," panggil Maura yang berhasil mengalihkan perhatian dari sopir taksi tersebut.
"Ehhh mbak baru sampai ya?" Maura menganggukkan kepalanya.
"Jadi gimana? Apa mobil taksi bapak belum ketemu sampai saat ini?" tanya Maura yang membuat sopir taksi tersebut menghela nafas berat sebelum ia menggelengkan kepalanya.
"Saya sudah mencoba untuk mencari mobil taksi saya di tempat kita malam itu di hadang oleh para begal itu. Tapi setelah saya sampai di tempat itu saya sudah tidak melihat ada mobil taksi yang berada di pinggir jalan itu," jelas sopir taksi dengan ekspresi wajah sedihnya.
Maura yang melihat kesedihan yang terpancar di wajah sopir taksi tersebut, ia merasa kasihan.
"Bapak jangan sedih gitu dong. Kalau bapak sedih, bawaannya saya juga ikut sedih. Dan bapak tenang saja. Kita akan menyerahkan kasus ini ke pihak berwajib biar para pihak berwajib yang mengusut tuntas kasus ini dan mobil taksi bapak segera di temukan."
"Mbak yakin mau membawa kasus ini ke kepolisian?" Maura menganggukkan kepalanya dengan mantap.
"Kalau begitu kapan kita akan melaporkannya?"
"Lebih cepat lebih baik." Maura berdiri dari duduknya.
Dimana hal itu diikuti oleh sopir taksi tersebut dan barulah dua orang berbeda jenis kelamin tersebut keluar dari dalam cafe itu.
"Bapak bawa mobil atau motor tidak?" tanya Maura. Tidak lucu bukan kalau dia dan sopir taksi itu jalan kaki menuju ke polres setempat.
"Bawa kok mbak."
"Bagus kalau begitu saya nebeng bapak."
"Ohhhh baiklah mbak. Mari." Sopir taksi tersebut jalan terlebih dahulu dari Maura menuju ke motor miliknya.
"Ini mbak helmnya." Sopir taksi itu menyodorkan helm ke arah Maura yang langsung diterima oleh perempuan tersebut dan segera memakainya. Dimana setelah keduanya sudah memakai helm masing-masing, dua orang itu langsung naik ke atas motor milik sopir taksi tersebut. Lalu setelahnya barulah motor itu berjalan.
Dimana setiap pergerakan dari dua orang itu tadi tak lepas dari tatapan mata seseorang yang berada di dalam mobil di sebrang cafe tersebut. Jangan tanya siapa orang itu jika bukan Erland lah orangnya.
"Umur sih boleh muda tapi tipenya yang tua. Sangat memprihatinkan cih," gumam Erland yang menyangka jika sopir taksi itu tadi adalah kekasih Maura. Dan setelah mengucapkan hal tersebut ia menjalankan mobilnya, kini ia benar-benar pergi. Tidak lagi mengawasi Maura apalagi mengikuti perempuan itu. Biarkan saja Maura bersenang-senang dengan kekasihnya itu, ia tidak akan menggangu kebersamaan mereka berdua, batin Erland.
2 jam kemudian, Maura telah sampai didepan rumah kedua orangtuanya dengan diantar oleh sopir taksi tersebut.
"Terimakasih atas tumpangannya ya pak. Dan ini uang ganti bensinnya. Saya tidak menerima penolakan sama sekali," ucap Maura kala sopir taksi itu ingin menolak uang yang ia berikan itu.
Dimana ucapan dari Maura tersebut membuat sopir taksi itu menghela nafas dengan tangan yang terpaksa menerima uang dari Maura tersebut.
"Baiklah saya terima uang dari mbak Maura. Tapi saya juga mau mengucapkan banyak-banyak terimakasih ke mbak Maura yang sudah membantu saya untuk mengurus tentang masalah di malam itu kepada pihak kepolisian," ujar sopir taksi tersebut.
"Ya elah pak jangan berterimakasih dengan saya karena hilangnya mobil taksi bapak kan gara-gara saya juga yang memberikan ide agar kita pergi meninggalkan mobil itu. Jadi jangan berterimakasih ke saya karena apa yang saya lakukan ini adalah bentuk tanggungjawab saya juga untuk menepati janji saya ke bapak," ucap Maura.
"Tapi tetap saja saya berterimakasih ke mbak Maura." Maura menghela nafas panjang.
"Baiklah-baiklah. Saya terima permintaan maaf dari bapak," ucap Maura pada akhirnya.
"Syukurlah kalau mbak Maura menerima ucapan terimakasih dari saya. Kalau begitu saya permisi dulu ya mbak." Maura tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.
"Hati-hati dijalan ya pak. Dan terimakasih atas tumpangannya," ucap Maura.
"Sama-sama mbak. Saya pamit dulu, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," balas Maura sebelum motor yang dikendarai oleh sopir taksi itu melaju menjauh dari hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Hany
bang er masak Uda punya pikiran buruk aja,masak iya,Maura yg notabenya anak orang kaya mau,pacaran sama bapak bapak,apalagi bukan orang kaya,pakai motor lagi,sedangkan bang er kan tau kalau Maura suka foya2 mau di gerogoti apanya bapak tua itu,ada2 aja bang erlan ini, kwkwkw 😅
2022-12-12
4
Entin Fatkurina
makin salah paham saja bang er pada maura, lanjut lanjut lanjut lanjut
2022-12-08
1
atun nurarifin
lanjut kak Yeni...ug ga double ato triple up lagi kak...sehat selalu dan semangat 😊
2022-12-08
2