Setelah motor yang di naiki oleh sopir taksi sudah tak Maura lihat lagi, ia bergegas untuk masuk kedalam rumah kedua orangtuanya. Ia cukup lega karena mungkin sebentar lagi permasalahan tentang pembegalan yang terjadi di malam itu akan segera tuntas yang berarti ia tak perlu merasa bersalah atas sopir taksi itu.
Dengan langkah riang gembiranya ia memasuki rumah tersebut tanpa mengucapkan kata permisi atau mengucapakan kata salam terlebih dahulu. Namun langkah kakinya itu terhenti kala ia melihat ada seseorang yang tengah duduk di ruang tamu dengan Dian. Dimana kedatangannya itu mengalihkan atensi kedua orang tersebut.
Maura yang melihat tatapan mata dari dua orang itu ia memutar bola matanya malas. Dan daripada dirinya sebal sendiri dengan dua orang itu ia memilih untuk melanjutkan langkahnya. Jangan ditanya, kenapa Maura bisa sebal dengan Dian yang merupakan ibundanya sendiri jika bukan karena masalah ATM yang tak bisa lagi ia gunakan.
Tapi baru beberapa langkah Maura berjalan, suara Dian menghentikan langkahnya.
"Mau kemana kamu? Masuk ke rumah tidak mengucap salam terlebih dahulu dan main nyelonong masuk begitu saja! Tidak sopan!" omel Dian yang lagi-lagi membuat Maura memutar bola matanya malas sebelum dirinya menolehkan kepalanya kearah kedua orang itu lalu dengan senyuman yang ia buat-buat ia berucap, "Assalamualaikum."
Maura yang sudah mengucapkan salam itu ia kembali melangkah, namun Dian kembali menghentikannya.
"Maura!"
"Ck, apa lagi sih? Maura udah ngucapin salam lho tadi yang artinya Maura sudah boleh dong pergi ke kamar," ucap Maura.
"Gak, gak ada ke kamar ke kamaran segala. Kamu tidak lihat apa kalau di hadapan Mama saat ini ada calon suamimu? Harusnya kamu nyamperin dia ajak dia ngobrol bukan malah berniat untuk pergi ke kamar. Kamu ini ya Astaga! Sini buruan!"
"Ohhhh ada calon suami Maura ya. Maaf tadi Maura kira dia monyet nyasar." Dian yang mendengar ucapan dari Maura, ia memelototkan matanya kearah Maura sebelum dirinya berdiri dari posisi duduknya lalu mendekati sang putri yang tengah saling adu tatapan tajam dengan Erland.
Tapi beberapa saat setelahnya, Maura lebih dulu memutus tatapan mereka karena ia merasakan jika ada tangan yang mendarat di telinganya. Dan dengan rintihan kesakitan, Maura menolehkan kepalanya kearah sampingnya. Dimana ia bisa menemukan sang ibunda tercinta lah yang berdiri disampingnya dengan tangan yang menjewer telinganya.
"Awssss Ma, sakit," rintih Maura untuk kesekian kalinya kala ia merasakan jika jeweran di telinganya semakin menjadi.
"Mama tidak peduli mau kamu merasakan rasa sakit kek atau tidak. Karena ini adalah balasan buat kamu karena sudah lancang ngatain calon suami sendiri dengan kata monyet. Perlu kamu tau Maura, entah kamu mau bercanda atau tidak perkataanmu itu benar-benar tidak sopan," omel Dian untuk yang kesekian kalinya. Dan sepertinya Dian tau alasan yang akan dipakai oleh Maura sehingga ia menyelipkan kata bercanda di ucapannya tadi.
Sedangkan Maura, perempuan itu tak kehabisan akal sehingga ia bisa menjawab ucapan dari Dian sebelumnya.
"Maura tau itu tidak sopan. Tapi Mama tau tidak alasan Maura ngatain dia seperti itu tadi karena dia, laki-laki tidak bertanggungjawab yang udah ninggalin Maura sendirian di salah satu cafe. Dan Mama ini sebenarnya orangtuanya siapa sih? Kenapa Mama lebih membela dia? Padahal Mama tidak tau alasanku melakukan itu. Apa yang dia lakukan itu lebih kejam tau Ma daripada yang Maura tadi ucapkan. Dan satu lagi kenapa Mama sama Papa tega blokir ATM Maura? Maura benar-benar malu saat di butik tadi dan ini semua gara-gara Mama dan Papa. Maura juga malu gara-gara di tinggal sendirian di cafe dan ini semua gara-gara dia. Dia yang memiliki status masih calon suami saja sudah berani menelantarkan calon istrinya. Bagaimana besok kalau kita sudah nikah? Dan karena ini, Maura memutuskan untuk tidak melanjutkan acara pernikahan kita berdua! Alias pernikahan Maura dan laki-laki sialan itu, batal!" ucap Maura dengan menggebu-gebu. Bahkan saking emosinya, ia sampai menyentak tangan Dian dari telinganya. Maura kini berlari menjauh dari sang ibunda dan Erland yang masih duduk anteng melihat setiap adegan drama yang tengah Maura perankan.
Dian yang melihat kepergian Maura, ia bersedekap dada sembari berteriak, "Upacara pernikahanmu dengan Erland tidak bisa di batalkan karena pernikahan kalian berdua akan di selenggarakan besok!"
Maura yang mendengar perkataan dari Dian, ia hampir terhuyung ke belakang saking ia mengerem laju larinya saat berada di anak tangga. Dan dengan mulut yang terbuka lebar ia menatap kearah Dian.
"Apa?!" teriak Maura sangat shock.
"Jangan bercanda ya Ma. Pernikahan sialan itu akan di adakan 4 hari lagi jadi masih bisa di batalkan!" sambungnya.
"Tidak ada yang bercanda. Apa yang keluar dari mulut Mama tadi benar adanya. Pernikahan kalian di majukan menjadi besok karena lebih cepat lebih baik."
Maura yang niatnya tadi mau ke kamarnya dengan tangis buayanya itu. Bahkan hatinya yang tadi sempat bersorak bahagia karena ia pikir sudah akan terbebas dari jeratan Erland, semua kebahagiaan yang ia rasakan tadi hanya sesaat saja. Dan mungkin setelah ini tangisannya yang tadi hanya ia buat-buat akan menjadi tangisan sungguhan. Maura kini turun kembali untuk memprotes ucapan dari Dian tadi.
"Walaupun acara pernikahan itu akan diadakan besok. Tapi tetap saja masih bisa di batalkan. Pokoknya Maura mau pernikahan ini di batalkan karena Maura tidak mau hidup selamanya dengan laki-laki yang tidak bertanggungjawab seperti dia."
"Kalau kata Mama tidak bisa ya tidak bisa. Mau kamu nangis darah sekalipun pernikahan itu akan tetap berlangsung. Lagian kamu sendiri yang dulu minta Erland buat nikahin kamu jadi jangan buat malu Mama. Ini sudah menjadi keputusanmu dari awal jadi kamu harus bisa mempertanggungjawabkannya. Dan satu lagi, dekorasi pernikahan kalian hampir selesai dikerjakan. Mubasir jika tidak di gunakan." Maura semakin melongo di buatnya. Disatu sisi ia tak ingat kapan dirinya mengajak Erland menikah karena yang ia ingat hanyalah sesumbar sialan itu. Dimana sesumbar itu bukan berarti sebuah ajakan menurut Maura. Sedangkan disisi lain, ia bingung dengan ucapan sang Mama yang katanya dekorasi hampir selesai di kerjakan tapi sedari tadi Maura menginjakkan kakinya kedalam rumah tersebut ia tak melihat ada sedikitpun dekorasi pengantin didalam sana. Karena pernikahan itu akan diadakan di rumah ini yang otomatis rumah ini lah yang akan di dekorasi.
"Mama jangan bohong! Kalau Mama bilang dekorasi pernikahan sudah hampir selesai di kerjakan, buktinya mana? Di dalam rumah ini masih kosong plompong begini."
"Kalau kamu tidak percaya cek aja sendiri di halaman belakang. Pernikahan kalian akan di gelar secara out door. Dan jika kamu nanti sudah melihat dekorasi itu, cabut kata-kata kamu yang berniat untuk membatalkan pernikahanmu sendiri jika tidak mau nyawa kamu yang akan Mama cabut."
Maura berdecak setelah mendengar ucapan dari Dian itu.
"Jika Maura tidak melihatnya maka pernikahan ini benar-benar batal." Dian memutar bola matanya malas.
Dan tanpa menunggu balasan dari Dian kembali, Maura berlari menuju ke halaman belakang rumah tersebut. Dimana saat dirinya baru sampai, tubuhnya di buat lemas seketika saat melihat banyak orang yang tengah mondar-mandir memasang dekorasi pernikahan seperti yang di katakan oleh Dian sebelumnya. Dan hal tersebut membuat Maura kini benar-benar mengeluarkan air mata sungguhannya.
Gagal sudah ia lepas dari jeratan Erland yang ia pikir sudah di depan mata tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Hany
bang er Uda ngadu pastinya pada mama Dian,sabar bang er,Maura gak selingkuh kok
2022-12-12
2
Indar
yg sabar ya maura, semoga stelah ini kebahagiaan kamu dapatkan 🤗lanjut kak semangat 💪💪
2022-12-09
3
Entin Fatkurina
sabar maura, sabar sabar.
2022-12-09
2