"What?!" teriak Maura kalau ia telah tersadar dari keterpakuannya tadi.
Orang-orang yang berada di dalam cafe itu kini menatap ke arah Maura setelah mendengar teriakan dari perempuan itu yang sangat nyaring hingga membuat mereka semua terganggu akan teriakan itu.
Erland yang tadinya sempat terkejut, ia kini menutup wajahnya karena malu menjadi pusat perhatian banyaknya orang yang ada di dalam cafe itu, sembari berkata, "Bisakah kamu tidak teriak-teriak seperti tadi? Apa kamu tidak malu menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sini?"
Maura menolehkan kepalanya ke segala arah, melihat ke sekelilingnya. Dimana ucapan dari Erland tadi benar adanya jika dirinya kini tengah menjadi pusat perhatian dari banyaknya pengunjung cafe tersebut. Dimana pandangan orang-orang itu dibalas dengan cengiran oleh Maura.
"Maaf maaf telah mengganggu waktu tenang kalian. Tadi saya tidak sengaja berteriak. Jadi sekali lagi maaf ya dan silakan menikmati waktu santai kalian lagi," ujar Maura meminta maaf ke semua pengunjung di cafe itu tanpa melunturkan cengiran di bibirnya disebut.
Permintaan maaf dari Maura itu hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh sebagian orang disana dan sebagian yang lainnya hanya bersikap cuek bebek tanpa memberikan balasan apapun.
Maura yang sudah melihat semua orang kembali ke posisi mereka masing-masing ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah Erland yang masih menutup wajahnya.
"Stttt heyyy," panggil Maura dengan desisannya.
Dimana hal itu membuat Erland kini menyingkirkan tangannya yang tadi ia gunakan untuk menutup wajahnya.
"Aku punya nama jadi lain kali panggil aku dengan namaku bukan hanya panggil aku dengan cara berdesis seperti tadi," protes Erland.
"Ck, laki satu ini banyak maunya. Haishhhh," gumam Maura yang sayangnya masih bisa didengar oleh Erland.
"Terserah aku lah, mau aku banyak mau kek atau tidak itu bukan urusanmu," balas Erland.
"Baiklah-baiklah terserah kamu. Dan lebih baik kita kembali ke topik pembicaraan kita tadi. Apa tambahan perjanjian yang kamu minta terakhir tadi aku tidak salah dengar kalau tidak ada kata cerai di pernikahan kita berdua ini?" tanya Maura untuk memastikan jika ia tadi tak salah dengar.
"Tidak. Apa yang kamu dengar tadi benar. Tidak ada kata cerai untuk pernikahan kita," jelas Erland.
"Yang benar saja. Kalau kita tidak bercerai bagaimana saat kita menemukan orang yang benar-benar cocok untuk kita berdua?"
"Katakan saja yang sebenarnya jika aku ataupun kamu sudah menikah tapi tidak menutup kemungkinan jika kita juga akan menikah dengan orang yang nantinya mungkin akan kita cintai." Maura yang tidak mengerti ia mengurutkan keningnya.
"Maksud kamu?" tanya Maura.
"Maksudku. Kamu ataupun aku tetap boleh menikah lagi tanpa ada kata cerai dari hubungan kita berdua. Dan saat itu terjadi kita tetap harus satu rumah dengan membawa pasangan kita masing-masing. Dalam istilah lain, aku boleh memiliki dua orang istri yang satu kamu dan yang satunya perempuan yang aku cintai. Begitu juga dengan kamu yang boleh mempunyai dua suami, yang pertama aku dan yang kedua laki-laki yang kamu cintai. Bagaimana, Apa kamu sudah paham apa yang aku maksud ini?" Maura tampak berpikir sesaat sebelum ia memutuskan mengiyakan dengan cara menganggukkan kepalanya. Karena ia rasa point perjanjian dari Erland itu juga tidak merugikan dirinya.
"Baiklah kalau begitu aku setuju. Dan apa ada tambahan lagi?" tanya Maura sembari mengambil bolpoin yang berada di atas meja di depannya itu.
"Aku rasa sudah cukup. Kamu?"
"Aku pun juga merasa kalau perjanjian ini sudah sangat cukup untuk menjalin rumah tangga denganmu," ujar Maura yang membuat Erland kini menganggukkan kepalanya.
Dimana setelahnya tak ada lagi percakapan dari mereka berdua, Maura yang tengah fokus dengan surat perjanjian tersebut untuk menulis point tambahan. Sedangkan Erland, ia fokus dengan ponselnya untuk memberitahukan ke salah satu anak buahnya untuk segera mempersiapkan pernikahan dirinya dan Maura yang akan diadakan dengan sederhana.
"Aku sudah selesai menambahkan point di surat perjanjian ini," ujar Maura kala tugasnya telah selesai. Dan ucapan dari Maura itu membuat Erland menaruh ponselnya dan setelahnya ia melirik ke arah kertas perjanjian tersebut.
"Oke, kalau begitu kamu sudah boleh tanda tangan di bagian pihak perempuan di atas materai." Maura menganggukan kepalanya lalu menandatangani sesuai dengan perintah Erland tadi. Kemudian setelahnya ia menyerahkan kertas perjanjian tersebut ke hadapan Erland yang membuat Erland dengan otomatis juga menandatangani surat perjanjian itu di bagian pihak laki-laki.
"Karena semuanya telah selesai kamu boleh pergi sekarang juga," ujar Erland yang membuat Maura melototkan matanya.
"Astaga, kamu ini ya benar-benar tidak berperasaan. Bukannya nawarin makan atau kalau tidak minum buat menghilangkan dahaga setelah berlari sejauh hampir 2 km. Ini malah diusir. Benar-benar ya kamu!" geram Maura yang ingin sekali membogem wajah laki-laki di depannya itu. Namun sayang ia bakal tidak tega melakukannya karena ia tak ingin merusak wajah tampan Erland.
"Ohh kamu mau minum dan makan ya?" Maura memejamkan matanya dengan dada yang naik turun. Sepertinya perempuan itu sudah tak tahan lagi untuk tak meluapkan kekesalannya itu.
Hingga setelah ia membuka matanya, ia berdiri dari duduknya sembari berkata, "Tidak perlu. Aku sudah kenyang dan tidak haus lagi. Terimakasih."
Maura kini beranjak dari hadapan Erland dan saat dirinya sampai di depan pintu cafe itu, ia membuka pintu tersebut dengan kasar dan menutupnya dengan membanting pintu itu hingga menimbulkan suara cukup keras yang untungnya tak membuat pintu kaca tersebut pecah. Ia pun juga tidak memperdulikan orang-orang yang ada di dalam cafe itu yang terpenting ia sudah meluapkan emosinya.
Jika saja ia tadi membawa dompet yang berisi sejumlah uang, ia tak akan meminta Erland untuk mentraktirnya karena ia bisa membelinya sendiri. Namun sayang, ia tadi salah mengambil dompet yang hanya berisi 20 ribu saja tanpa ada kartu ATM dan lain sebagainya bahkan kartu SIM pun ia tak membawanya. Dimana uang itu hanya bisa ia gunakan untuk membayar parkir mobilnya tadi. Dan karena salah mengambil dompet, ia juga harus terpaksa berjalan kaki lagi sejauh hampir 2 kilo untuk sampai ke restoran di mana ia menitipkan mobilnya itu.
Sedangkan Erland yang melihat Apa yang dilakukan oleh Maura tadi, ia tersenyum sebelum dirinya berdiri dan ikut pergi dari cafe itu tak lupa dengan meletakkan sejumlah uang untuk membayar minuman yang telah ia pesan tadi di atas meja yang ia gunakan. Ia sebenarnya tidak berniat untuk tidak mentraktir Maura, tapi dia tadi melakukan hal tersebut hanya untuk mengerjai Maura saja, sekaligus untuk melatih Maura agar lebih hemat lagi. Karena setelah menikah dengannya nanti Erland akan tetap merahasiakan identitas aslinya dan akan tetap mengaku sebagai seorang sopir di rumah keluarga kandungnya sendiri, entah sampai kapan dia juga tidak tahu. Dan karena hal tersebut, pastinya Maura dan dirinya akan hidup sederhana tanpa kemewahan yang mereka nikmati sejak mereka kecil sampai saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Rita Mahyuni
ciannnn maura....sabar ya...ntar dinafkahin 2 jt perbulan...miris...x ...kedepan dunia maura abu2...he he...bistu berwarna krn 22 bucin
2023-02-27
1
Elizabeth Zulfa
😱😱😱😱😱
gila bener nih mreka....
2023-02-10
1
Hany
semangat buat dek Yeni,ayo makin semangat nulisnya,biar makin banyak up nya😊💪😘
2022-12-11
2