Seperti yang di perintahkan oleh Dian tadi, belum sampai 30 menit, Maura telah keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang lebih fresh dari sebelumnya walaupun terlihat tertekuk dengan kerucutan di bibirnya.
"Ganti baju kamu dengan pakaian yang sopan," perintah Dian yang ternyata dia sedari tadi menunggu Maura.
Maura hanya bisa mencebikkan bibirnya dan dengan cepat ia mengambil kaos oblong dan hotpantsnya. Kemudian setelahnya ia memakai pakaiannya itu.
Dimana saat dirinya sudah selesai, teriakan cetar membahana dari Dian memekakkan telinganya.
"Astaga Maura! Mama tadi kan bilang pakai pakaian yang sopan! Tapi kamu malah pakai pakaian seperti ini yang terlihat kamu kaya tidak pakai celana. Astaga, ganti sekarang!" Maura mendengus kesal sebelum ia kini angkat suara.
"Ma, ini pakaian Maura yang paling sopan yang Maura punya," balas Maura yang membuat Dian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin. Pasti kamu punya baju yang layak kamu pakai. Setidaknya ya dress lah selutut." Dian yang tak percaya dengan ucapan sang anak perempuannya itu ia berjalan mendekati Maura yang masih berdiri didepan lemarinya.
Dian membuka lemari tersebut, ia memilah-milah baju yang tertata rapih di dalam lemari tersebut. Dimana selama ia memilah-milah baju Maura, ia dibuat melongo kala menemukan pakaian yang benar-benar menurut dirinya tak layak di pakaian. Bagaimana tidak, sebagian besar pakaian Maura adalah crop top, celana saja hotpants, memang ada celana panjang tapi robek bagian paha, beberapa kaos oblong yang sering Maura pakai di rumah, dress pun pasti bagian kerahnya turun sangat bawah hingga memperlihatkan belahan dadanya, bahkan ada yang bolong di belakang yang memperlihatkan punggung Maura. Dress-dress itu juga kelihatan press body jika dipakai oleh Maura dan kebanyakan potongan dress itu diatas lulut, jika ada yang sampai mata kaki maka terdapat belahan samping yang sampai memperlihatkan pahanya jika di pakai. Dan hal tersebut membuat Dian sadar jika Maura telah ikut gaya orang barat saat berpenampilan.
Dian kini menghela nafas karena tidak secara langsung ia mensetujui ucapan dari Maura tadi jika pakaian yang melekat di tubuh Maura saat ini adalah pakaian yang paling sopan yang perempuan itu punya.
Dian menutup kembali pintu lemari tersebut dengan satu tangan yang ia gunakan untuk memijit kepalanya yang terasa nyut-nyutan itu.
"Kamu tunggu disini sebentar. Jangan kemana-mana, awas saja kalau sampai kamu kabur dari dalam kamar ini. Karena jika Mama bisa menangkap kamu, Mama gantung kamu di pohon toge," ancam Dian sebelum dirinya beranjak keluar dari dalam kamar Maura.
Dimana ucapan dari Dian tadi justru membuat Maura terkekeh geli.
"Ada-ada saja si emak satu itu," gumam Maura dengan gelengan kepalanya. Namun tak urung ia menjalankan perintah dari Dian untuk tidak pergi kemana-mana atau bahkan kabur dari kamarnya. Ia menunggu kehadiran Dian kembali dengan menyibukkan dirinya dengan ponsel ditangannya, sekaligus untuk mencoba menghubungi sopir taksi yang memiliki nasib sial sama sepertinya pada malam itu.
Beberapa saat setelahnya, Dian telah kembali kedalam kamar Maura dengan membawa sepotong gaun di tangannya.
"Pakai!" Dian menyodorkan gaun tadi ke hadapan Maura.
Maura mengalihkan pandangannya dengan kerutan di keningnya.
"Gaun siapa ini, Ma?" Bukannya langsung menjalankan perintah dari Dian tadi, Maura justru bertanya kepada wanita yang telah melahirkannya itu.
"Punya Mama. Pakai sekarang. Jangan membuang-buang waktumu lagi dan jangan membuat calon suamimu menunggu terlalu lama," ucap Dian dengan garangnya.
"Ya elah Ma, pakai pakaian ini aja lah. Maura malas ganti soalnya." Dian yang mendengar ucapan keberatan dari Maura, ia memberikan tatapan tajam setajam laser kearah mata Maura yang membuat gadis itu berdecak. Jika sang Mama sudah memberikan tatapan tajam seperti itu, maka Maura hanya bisa menurut daripada semua fasilitas yang dia miliki di cabut oleh sang Mama.
"Iya-iya. Maura ganti," ucap Maura pada akhirnya. Dan dengan malas ia mengambil gaun tersebut lalu mengganti pakaiannya tepat dihadapan Dian yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Maura yang telah selesai mengganti pakaiannya itu, ia berlari kecil menuju ke depan kaca untuk melihat penampilannya.
"Ya ampun, aku kelihatan kuno banget sih," gerutu Maura yang kecewa dengan penampilannya saat ini.
"Kuno gundulmu. Dress itu keluaran terbaru dari brand ternama yang didesain khusus untuk para remaja yang kebetulan sangat pas untuk Mama," ujar Dian membela dress milikinya itu.
"Remaja mana yang mau beli dress kayak gini. Yang beli berarti buta tentang fashion," celetuk Maura.
"Sialan. Berani-beraninya kamu ngatain Mama buta fashion," tutur Dian yang siap melupakan emosinya itu kepada Maura.
Maura yang sadar jika dirinya salah berucap pun ia memukul bibirnya.
Dimana pukulan yang ia lakukan ke dirinya sendiri terhenti kala suara Dian kembali ia dengar.
"Sini kamu. Mama akan kasih pelajaran ke kamu yang sudah lancang ngatain Mamanya sendiri!" Dian berjalan mendekati Maura yang membuat gadis tersebut kini memelototkan matanya.
Dan sebelum Dian menggapai dirinya, ia lebih dulu menghindar dengan cara berlari. Dimana hal itu otomatis membuat Dian yang emosinya belum tersalurkan ikut berlari mengejar anaknya itu yang kini sudah keluar dari dalam kamar pribadinya dengan terus berteriak, "Maaf Ma. Maura tidak bermaksud ngatain Mama buta fashion!"
"Tidak bermaksud your eyes, Mama dengar sendiri ya dengan telinga Mama kalau jelas-jelas kamu ngatain orang yang beli itu buta fashion yang otomatis kamu ngatain Mama. Dasar anak kurang ajar, sialan. Awas saja kalau sampai Mama bisa ngangkap kamu, Mama akan bejek-bejek kamu dan akan Mama jadikan kamu manusia geprek!" balas Dian tak mau kalah.
"Jangan dong Ma. Ishhh Mama jahat banget sih!" teriak Maura sembari menuruni anak tangga.
"Mama tidak perduli. Jadi kesini kamu! Mama akan memberikan mulut kamu itu pelajaran!"
"Gak mau. Maura minta maaf Ma. Beneran, suwer deh Maura tadi tidak bermaksud berkata seperti itu. Maaf Ma!"
Dua perempuan itu masih saling kejar-kejaran dengan teriakan yang saling menyahut satu sama lain hingga kegaduhan itu membuat semua orang yang berada di rumah tersebut mengalihkan atensi mereka ke sumber suara yang saat ini sudah berada di lantai utama. Tak terkecuali dengan Erland dan Louis yang harus menghentikan percakapan diantara keduanya tadi dan kini mereka berdua menatap kearah Maura dan Dian yang tengah berlari kearah mereka berdua.
Dimana sesampainya Maura di ruang tamu, lebih tepatnya disamping Erland, ia langsung meraih lengan laki-laki itu hingga membuat Erland otomatis berdiri dari posisi duduknya tersebut.
"Berangkat sekarang dan jangan banyak tanya!" ucap Maura. Dimana setelah ia mengucapkan hal tersebut, ia berlari kembali keluar dari rumah tersebut dengan tangan yang masih memegang erat lengan Erland yang ikut berlari bersamanya tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Hany
bang er,calon istrimu bener2 ya,semoga kamu sabar membimbing dia😁
2022-12-11
2
Entin Fatkurina
lucunya tingkah maura dan mama nya, lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut
2022-12-05
4
Miyura Rajati
lanjutlah othor...
2022-12-05
1