"Sialan sialan sialan. Laki-laki tidak modal, pelit, sok cool lagi! Mati udah sana biar aku tidak jadi menikah dengan dia. Gak kebayang seberapa menderitanya aku nanti jika nikah dengan dia. Menyebalkan!" gerutu Maura di sela langkah kakinya yang menelusuri jalan raya ibukota tersebut.
Baru kali ini ia dibuat sebal setengah mati dengan kaum Adam yang biasanya mereka selalu mengejar-ngejar dirinya.
Maura terus menggerutu dengan sumpah serapah yang tentunya ia ditujukan untuk Erland. Hingga…
Tinnnn!!!
Maura dibuat terkejut dengan bunyi klakson yang sangat nyaring tepat di belakangnya padahal dirinya sudah berjalan di pinggir jalan raya itu.
"Sialan! Siapa lagi manusia yang mengganggu hidupku ini," geram Maura sebelum dirinya menolehkan kepalanya ke arah orang yang membunyikan klakson tadi. Dimana saat ia sudah melihat orang tersebut ia berdecak sebal kemudian ia melanjutkan langkah kakinya tadi.
Orang yang sekarang tengah naik motor matic yang tadi sempat mengagetkan Maura, dia juga turut menjalankan motornya itu hingga berada di samping tubuh Maura.
"Naik!" perintah orang itu yang tak lain adalah Erland sendiri. Laki-laki itu pergi dari cafe tadi bukan untuk langsung pulang ke rumah melainkan ia yang memang berhati baik, menyusul kepergian Maura dan berniat untuk mengantarkan perempuan itu ke tempat tujuannya.
Maura yang mendapatkan perintah pun, ia membisu, tidak mengiyakan atau menolak atau bahkan langsung naik ke atas motor tersebut melainkan ia terus melanjutkan langkah kakinya tersebut dengan tatapan mata lurus ke depan. Tak ingin menghadap bahkan melirik sedikitpun ke arah Erland.
"Naik sekarang sebelum aku berubah pikiran!" ucap Erland kembali. Namun respon yang diberikan oleh Maura tetap sama yaitu diam.
"Maura!" Panggil Erland penuh dengan penekanan.
Maura yang mendengar namanya dipanggil dengan suara berat akhirnya ia menghentikan langkah kakinya dan dengan terpaksa ia melirik sekilas ke arah Erland sembari berkata, "Tidak, terima kasih."
Maura kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Erland yang kini tengah menghela nafas panjang.
"Tumpangan yang aku berikan kali ini gratis. Jika memang kamu mau. Tapi kalau tidak ya tidak masalah, toh aku tidak rugi. Aku hanya menawarkan bantuan saja. Lagian lebih enak diantar motor olehku daripada jalan kaki dengan menempuh jalan hampir 2 kilo. Dan aku yakin jika kamu masih nekat jalan kaki, nanti malam kaki kamu itu akan sakit. Jadi aku tawarkan sekali lagi ke kamu, mau ikutin aku naik motor ini atau tidak?" ulang Erland.
Maura tampak terdiam, memikirkan ucapan yang Erland tadi lontarkan. Sebenarnya benar juga apa yang dikatakan oleh Erland tadi. Nanti kalau dia masih memaksakan dirinya tetap berjalan sejauh hampir 2 kilo kakinya nanti malam pasti akan sangat sakit. Tapi jika ia menerima tawaran dari Erland, gengsi dia masih besar untuk menerimanya.
"Kesempatan tidak datang dua kali," ujar Erland yang membuat Maura kini tersadar dari keterdiamannya itu.
Dan dengan berdecak sebal, Maura memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Erland yang berhenti lumayan jauh darinya. Kemudian ia berjalan menghampiri Erland yang membuat laki-laki itu diam-diam menyunggingkan senyum miringnya.
"Sudah aku katakan kalau---"
"Tidak perlu dan terima kasih atas tawarannya," ujar Maura memutus ucapan dari Erland tadi dengan diakhiri ia memukul kepala Erland menggunakan tas kecil yang ia bawa itu untuk meluapkan emosinya yang masih menggebu-gebu tersebut. Dan barulah setelah itu ia berlari menjauh dari Erland yang tampaknya sebentar lagi akan mengamuk.
Erland yang mendapat pukulan dari Maura, ia mendesis dengan memegang kepalanya yang terasa nyut-nyutan itu.
"Sialan. Aku sudah berniat baik dengan menawarkan tumpangan untukmu tapi kamu malah membalasnya dengan sebuah pukulan. Aku sumpahin nanti malam kamu tidak akan bisa jalan sampai pagi hari. Biar tahu rasa kamu!" teriak Erland agar Maura mendengar sumpahnya itu.
"Maaf, sumpahmu itu tidak akan mempan untukku!" balas Maura dengan menolehkan kepalanya ke arah Erland sesaat sebelum ia kembali fokus ke jalanan di depannya.
"Kita lihat saja nanti," balas Erland yang sudah tidak berteriak seperti tadi.
"Gila, sakitnya lama juga kerasanya. Di dalam tas dia isinya apa sih? Ya Tuhan sampai bikin kepala pusing begini. Sialan memang perempuan itu," sambung Erland yang masih saja merasakan akibat dari perbuatan Maura tadi.
Saat Erland tengah merasa kesakitan, Maura yang sudah benar-benar jauh dari Erland pun ia tertawa puas setelah melampiaskan emosinya tadi.
"Rasain kamu. Emang enak kena hantam batu." Tangan Maura kini bergerak mengambil batu dari dalam tasnya tersebut yang entah kapan batu itu ia masukkan ke dalam sana.
"Thanks ya batu sudah membantuku memberikan pelajaran ke laki-laki pelit itu and see you," ucap Maura sembari membuang batu yang sudah berperan memberikan pelajaran ke Erland tadi.
Dan masih dengan senyum penuh kepuasannya tersebut, ia melanjutkan langkahnya.
Satu jam telah berlalu, akhirnya Maura telah sampai di restauran tempat dirinya menitipkan mobilnya tadi. Dan karena ia tak ingin mengulur waktu lagi, Maura kini menghampiri salah satu tukang parkir yang tadi pagi ia temui.
"Pak, mau ambil mobil," ucap Maura yang membuat tukang parkir itu menatap ke arahnya dari atas sampai bawah. Sepertinya tukang parkir itu terkejut dengan penampilan Maura yang cukup lusuh dengan rambut yang lepek dan keringat yang membanjiri wajah perempuan tersebut. Tampilan Maura benar-benar beda jauh dari penampilannya tadi pagi yang sangat cantik dan fresh.
"Neng habis lari marathon ya?" tanya tukang parkir tersebut.
"Bukan Pak. Saya tidak habis lari maraton tapi saya tadi di kejar anjing gila," jawab Maura yang membuat tukang parkir itu tanpa terkejut.
"Ehhh beneran Neng? Ya ampun kok bisa sih Neng di kejar anjing gila? Ketemunya di mana Neng dengan anjing itu? Dan dimana hewan itu sekarang?" tanya tukang parkir tersebut dengan memberondong pertanyaan ke Maura.
Maura yang mendapat banyak pertanyaan pun ia menghela nafas dan dengan menampilkan fake smile-nya ia menjawab, "Bapak tenang saja. Anjing itu sudah saya lempar pakai batu tadi dan mungkin kepala si anjing sekarang tengah benjol, jadinya dia tidak mengejar saya lagi sekarang. Terima kasih ya Pak sudah menjaga mobil saya di sini. Saya permisi dulu. Mari Pak."
Maura yang mendapat pertanyaan dari tukang parkir tersebut, ia menyerahkan uang yang ia punya tadi sekaligus berpamitan kepada tukang parkir itu.
"Ehhh sama-sama Neng. Ini kuncinya. Hati-hati di jalan ya Neng." Maura menganggukan kepalanya dan setelah dirinya mengambil kunci mobilnya itu. Ia bergegas menuju ke mobilnya dan segera menjalankan mobil dengan membunyikan klakson tanda pamitnya kepada beberapa tukang parkir tersebut. Sebelum dirinya benar-benar meninggalkan tempat itu untuk menuju ke kediaman kedua orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Hany
kalau Uda 1 atap,apa gak seperti Tom n Jerry tu😅😅😅
2022-12-11
2
Entin Fatkurina
jadi nggak sabar nunggu mereka menikah pasti nanti selalu bertengkar seperti tom dan jerry, lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut
2022-11-30
3
pisces
karma kan er..slh sendiri gak beliin Maura minum
2022-11-30
1