Brak! Bruk! Derr!
Maura yang telah terburu-buru karena waktu yang tersisa tinggal 5 menit lagi membuat dirinya tidak berlari dengan baik. Hingga sesekali ia menabrak sesuatu di depannya. Dia hanya bisa meringis kesakitan dan dengan sekuat tenaga ia sempat membanting pintu kamarnya sebelum dirinya berlari menuruni anak tangga.
"Bik!" teriak Maura kalau dirinya telah sampai di lantai bawah rumahnya dengan mata yang disibukkan untuk mencari kunci mobilnya.
Beberapa art yang mendengar panggilan dari Maura tadi, mereka juga berlari mendekati Maura.
"Nona, ada apa?" tanya salah satu art.
Maura yang mendengar suara dari art tadi, ia menolehkan kepalanya ke arah belakang tepat di mana para art saat ini berdiri.
"Aku mau pergi dulu sebentar," izin Maura yang diangguki oleh art tersebut.
Maura yang melihat anggukan itu, ia kembali berlari untuk keluar dari rumah. Tapi baru sampai tengah-tengah, ia merubah arah tujuannya dan berlari kembali ke hadapan para art tadi.
"Mama sama Papa sudah tahu kalau aku pulang?" tanya Maura.
"Untuk Nyonya dan Tuan belum ada yang tahu Nona. Kita belum memberitahu mereka tentang kepulangan Nona." Maura menganggukkan kepalanya.
"Baiklah. Tetap jangan kasih tahu ke mereka jika aku pulang. Biar aku yang memberitahu sendiri ke mereka nanti."
"Baik Nona," jawab para art tersebut dengan kompak.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Bye." Maura kembali berlari hingga sampai di garasi rumah tersebut. Dia dengan cepat naik ke dalam mobil sang ibunda kemudian ia segera menjalankan mobil tersebut membelah jalanan yang ia harapkan tak ada kata macet dalam perjalanannya kali ini. Kalau sampai jalanan macet, tamatlah riwayatnya hari ini juga.
Tapi sayang seribu sayang harapannya itu tak dikabulkan oleh Tuhan. Jalanan yang tengah ia lewati saat ini benar-benar macet total hingga membuat mobil yang ia kendari saat ini tak bisa bergerak sama sekali dan hal tersebut membuat dirinya benar-benar kesal setengah mati. Mana waktu yang tersisa tinggal 2 menit lagi dan tak mungkin ia bisa datang tepat waktu.
"Sumpah demi apapun kalau aku bisa mengutuk jalanan ini, pasti akan aku kutuk menjadi lebih lebar lagi dan mobil-mobil di depanku akan aku hilangkan agar tak menghalangi jalanku," gumamnya penuh dengan kekesalan.
"Aku tidak bisa terus menunggu jalanan ini menjadi lancar kembali. Aku harus segera turun dan lebih baik berlari menuju ke lokasi. Karena jika aku berlari, kemungkinan aku telat hanya beberapa menit saja yang mungkin masih bisa dimaafkan oleh laki-laki itu. Tapi jika aku menunggu jalan ini sampai tidak macet lagi, bisa berjam-jam aku telat datang ke sana yang aku yakini pasti laki-laki itu sudah mengumpulkan masa untuk mendemo rumahku. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Aku harus memarkirkan mobil ini ke---" Maura menatap ke sekelilingnya, dimana ia kini melihat jika tak jauh dari posisi mobilnya saat ini berhenti ada sebuah restoran.
"Aku harus memarkirkan mobil ini ke restoran itu," sambungnya. Dan dengan cepat ia keluar dari dalam mobilnya tersebut kemudian ia berlari masuk ke dalam area restoran itu hingga sampai ia bertemu dengan tukang parkir restoran tersebut.
"Pak Pak Pak!" panggil Maura yang membuat 3 tukang parkir yang tengah duduk santai itu menolehkan kepalanya ke arah Maura.
"Ehhh ada apa neng?" tanya salah satu tukang parkir tersebut saat Maura telah sampai di hadapan mereka.
"Pak tolong parkirkan mobil saya ke dalam restoran ini. Dan saya titip sebentar di sini karena saya sekarang tengah buru-buru. Ini kuncinya dan jenis mobilnya Honda Brio warna putih dengan plat B 1234 MR," ucap Maura dengan menyerahkan kunci mobil ke tangan salah satu tukang parkir tersebut.
"Udah dulu ya Pak. Saya buru-buru dan titip mobil saya. Assalamualaikum." Tanpa menunggu balasan salam dari para tukang parkir itu, Maura kembali berlari menuju ke tempat tujuan utama dirinya dengan sesekali ia melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya disebut. Di mana jam itu menunjukkan pukul 10.05.
"Sialan. Aku sudah terlambat 5 menit," ucap Maura di sela berlarinya. Dan setelah melihat jika dirinya sudah telat ia menambah kecepatan larinya, berharap ia tak terlambat lebih dari satu jam.
Sedangkan di sisi lain, Erland berdecak kesal kala perempuan yang ia tunggu tak kunjung menampakan batang hidungnya padahal saat ini sudah pukul 10.30 siang yang artinya dia sudah menunggu Maura selama 40 menit.
"Apa dia menganggap jika ucapanku tadi malam adalah sebuah gurauan saja sampai dia tidak menempati janji yang telah kita berdua sepakati? Hmm cukup berani juga tuh perempuan dan sepertinya dia juga menantangku. Baiklah kalau begitu jangan salahkan aku jika di depan rumahnya akan banyak orang berdatangan," ujar Eland sembari mengambil ponselnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja di depannya untuk ia gunakan untuk menghubungi salah satu temannya agar temannya itu segera mengumpulkan orang-orang yang akan ia kerahkan ke rumah Maura.
Namun saat tangannya ingin mendinial nomor temannya tersebut, pintu cafe yang tadi tertutup rapat tiba-tiba dibuka dengan kencang hingga menimbulkan bunyi lonceng yang sengaja ditaruh di atas pintu itu berbunyi nyaring membuat seluruh pengunjung cafe itu mengalihkan pandangan ke arah seseorang yang baru saja tiba. Tak terkecuali dengan Erland yang kini menatap nyalang ke arah orang yang baru saja sampai tersebut yang ternyata adalah perempuan yang sedari tadi ia tunggu kedatangannya.
Maura yang menjadi pusat perhatian itu, ia tak memperdulikan dengan tatapan orang-orang yang berada di cafe tersebut. Karena ia memilih untuk fokus melihat ke seluruh penjuru cafe untuk menemukan laki-laki yang berjanjian dengannya. Dan saat ia menemukan posisi Erland berada, ia menelan salivanya dengan susah payah kala mendapat tatapan mematikan dari Erland tersebut. Tapi beberapa saat setelahnya ia mendudukkan kepalanya sesaat sembari berucap, "Tenang, jangan takut dengan laki-laki itu."
Dan dengan berdehem sesaat juga menegakkan kembali kepalanya, Maura kini berjalan mendekati Erland.
Saat dirinya telah sampai, tanpa disuruh terlebih dahulu Maura langsung duduk berhadapan dengan Erland.
"Sekarang pukul 10:35 yang artinya kamu telat setengah jam lebih dari perjanjian yang kita buat," ujar Erland yang membuat Maura yang sebenarnya tengah mengatur nafasnya yang ngos-ngosan itu sembari tangannya menyeka keringat dengan tangannya, kini ia mencabikan bibirnya sebagai respon atas ucapan Erland tadi namun tak urung ia juga bersuara.
"Macet," jawab Maura dengan singkat.
Dimana hal itu membuat Erland memutar bola matanya malas sebelum tangannya kini bergerak untuk mengambil sebuah sapu tangan yang berada di saku jaketnya itu dan melemparnya tepat dihadapan Maura.
"Jangan jorok jadi perempuan. Lap keringatmu dengan sapu tangan itu," ujar Erland yang membuat Maura berdecak. Namun tak urung tangannya mengambil sapu tangan milik Erland tersebut untuk ia gunakan untuk menyeka keringatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
ini Erland si triplets kah??
tp bkannya dulu dia dah punya pacar za wktu sma & niat mau nikahin dia kok skrg mommy nya dia jdi jomblo sejati Sampek umurnya 28th 🤔🤔🤔
2023-02-10
1
Hany
sabar bang er,jangan buat anak orang jantungan 😅😅😅
2022-12-10
4
Entin Fatkurina
lanjut dan tetap semangat semangat semangat semangat semangat semangat
2022-11-28
2