Suasana kembali menghangat. Entah, ada angin apa Balthis memberikan pelukan hangat pada Eiger. Seolah semua mata memandang bahwa hubungan mereka sedang baik-baik saja. Dibalik semua itu ternyata tersimpan masalah yang sangat pelik.
"Terima kasih. Kamu sudah mau datang," ucap Balthis.
"Sama-sama. Anggap saja ini wujud balas budiku pada Tuan," jawab Eiger lirih. Dia tidak lemah, tetapi mengikuti ke mana air mengalir.
Eiger melepaskan pelukannya. Saat semua orang meminta foto bersama, Jean mendadak menjadi ibu peri yang baik hati. Padahal sebelumnya, dia sangat anti sekali terhadap putranya.
"Terima kasih, Sayang. Berkat kamu, Papa baik-baik saja," ucap Jean sembari mengelus pipi Eiger.
"Cih, itu hanya pencitraan saja! Bagaimana kalau orang-orang tahu apa yang terjadi sebenarnya?" ucap batin Blerim.
David pun melakukan hal yang sama. Supaya semua orang percaya bahwa hubungan keluarga ini sedang baik. Padahal ada masalah besar yang menimpanya.
Setelah drama pura-pura itu berhasil meyakinkan semua orang. Kini mereka mulai membaur untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan. Nampak Eiger menyapa para tamu dengan sangat ramah.
"Selamat menikmati. Maaf, kedatanganku agak terlambat. Sebenarnya hari ini sudah siap semuanya, tetapi ada hal yang perlu diluruskan lagi," jelas Eiger.
"Wah, apa itu? Jika Tuan berkenan menjawabnya, kami akan merasa senang sekali."
"Masalah hati. Kalian semua pasti tahu, bukan? Hati adalah urusan yang paling rumit daripada sekadar bisnis," jawab Eiger tenang. Padahal hatinya sudah hancur dari berbagai sudut.
"Wah, inilah yang kami sukai dari Anda, Tuan. Segala sesuatunya selalu mengesampingkan urusan pribadi dan bisnis."
"Anda benar, Tuan. Maka dari itu, aku sengaja menunda menerima tonggak kepemimpinan dari papa karena menyelesaikan urusan hati lebih dulu. Bukan berarti aku tidak mau, tetapi jika aku menerima tahta ini bersamaan dengan istriku nanti, maka akan jauh lebih membahagiakan lagi. Tinggal beberapa bulan saja. Anda pasti bersabar, bukan?"
Siapa pun pasti akan bersabar menunggu kabar bahagia itu. Beruntung hari ini semua orang masih menganggap Willard adalah perusahaan yang cukup bagus untuk menanamkan modal, bekerja sama, dan memiliki usaha yang tidak hanya satu.
Kebohongan yang diciptakan Eiger sebenarnya hanya untuk mengulur waktu saja. Anggap saja dia sedang membalas kebaikan keluarga besarnya itu.
"Eiger, kemarilah!" panggil Blerim. Sebenarnya pria ini tidak yakin kalau Eiger akan datang.
"Ya, Uncle?"
"Aku berterima kasih kepadamu. Berkat kau semuanya aman terkendali," puji Blerim.
"Itu hanya sebuah kebetulan saja, Uncle."
"Itu tidak mungkin. Tuhan pasti merencanakan ini semua untukmu." Sekali lagi Blerim memberikan kesan yang sangat berarti.
"Apakah ini semua rencanamu?" bisik David pada Blerim.
David memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi. Kenapa seolah serba kebetulan? Itu juga karena David mencurigai Blerim sebagai pelaku sebenarnya.
"Memangnya kamu pikir aku yang membuat skenario ini? Tidak sama sekali, David! Kalau kamu menuduh aku, coba tanyakan pada kakakmu, Balthis!" jawab Blerim lirih, tetapi penuh penekanan.
Blerim pikir David akan percaya 100 persen ucapannya barusan? Tidak. Adik bungsunya itu selalu menaruh curiga jika Blerim yang melakukan semua ini.
Selain David, Balthis dan Jean pun mendekat. Di tangan Jean, sebuah piring kecil berisi puding yang sengaja dibawa untuk putranya. Drama selanjutnya pun dimulai.
"Sayang, coba kamu cicipi puding ini," pinta Jean. Dia menyodorkan sendok yang berisi puding siap untuk dimakan oleh Eiger.
Eiger sempat melirik Blerim untuk meminta persetujuan pria itu. Blerim mengangguk kecil supaya Eiger mau menerima perlakuan baik mamanya itu. Eiger membuka mulutnya. Jean menyuapkan satu sendok puding coklat di tangannya.
"Terima kasih, Ma. Ini rasanya enak sekali," ucap Eiger. Sebagai anak yang baik, dia juga harus memerankan drama sebaik mungkin.
Hanya sebuah pencitraan, Jean kemudian menyerahkan satu piring kecil puding itu ke tangan Eiger. Laki-laki itu langsung menerimanya kemudian memakannya sampai habis. Sejujurnya, Eiger merasa sangat lapar. Seharusnya dia memilih appetizer lebih dulu ketimbang dessert.
Selesai menikmati dessert paksaan yang diberikan Jean, Eiger memilih mengambil minuman. Dia tidak mungkin meminta tolong mamanya yang hanya berpura-pura baik itu.
David ternyata mengikutinya. Tidak puas dengan jawaban Blerim, pria itu mendekati Eiger. Sama halnya seperti yang dilakukan oleh Jean, David hanya berpura-pura untuk menggali informasi.
"Bagaimana kamu bisa datang ke sini?" tanya David.
Eiger menoleh sambil memegang gelas minumannya. "Aku melihat live di televisi, Uncle."
"Oh, ya? Kamu pikir aku percaya begitu saja? Tidak, Eiger! Kurasa kamu dan kak Blerim yang sudah merencanakan semua ini, bukan?"
Sangat tidak manusiawi saat Eiger datang untuk membantunya. Dia malah dituduh melakukan tindakan kejahatan yang tidak pernah dilakukan sama sekali. Jika bukan karena Eiger merasa mempunyai balas budi pada keluarga Willard, bisa saja Eiger menantang fighting bungsu dari keluarga Willard itu.
"Terserah Uncle. Apa pun yang kuucapkan tidak pernah ada benarnya di mata kalian. Selain itu, jangan tuduh uncle Blerim dalam hal ini. Dia tidak ada sangkut pautnya!"
Suara Eiger sedikit meninggi. Dia kesal pada sikap David padanya. Kalaupun tidak mengucapkan terima kasih, setidaknya jangan menuduh yang bukan-bukan.
Balthis juga mendekat. Dia memiliki urusan yang berbeda dengan Eiger. Bukan untuk menuduh atau memojokkan dirinya. Dia memberikan kode pada David untuk mundur. Adiknya itu pun menuruti.
"Papa?" Eiger terkejut.
"Hemm, drama malam ini sudah berakhir. Sebelumnya aku mengucapkan terima kasih karena kau sudah datang dan menolongku."
"Sama-sama, Pa. Papa mau minum?" Eiger menawarkan segelas minuman di tangannya.
Balthis menggeleng. "Urusanku ke sini bukan untuk itu."
Eiger mengembalikan gelas kosong ke meja. Dia beralih menatap pria yang biasa disebut papa itu. Tatapan penuh harap bahwa ucapan Jean tempo hari adalah sebuah kebohongan. Dia berharap bisa mengembalikan lagi posisi mereka seperti semula. Sebagai keluarga utuh yang terdiri dari orang tua dan anak.
"Apa yang ingin Papa katakan?"
Beruntung masih banyak orang di sini sehingga Eiger bisa memanggilnya seperti itu. Namun, telinga Balthis seakan menolak panggilan yang ditujukan padanya. Rasanya muak, ingin memuntahkan cairan di hadapan Eiger. Pandangan Balthis jijik terhadap anak muda yang sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa itu.
Blerim melihat kakak dan Eiger sedang berduaan. Mungkin ini saatnya dia maju untuk melindungi Eiger. Bagaimanapun Eiger masih bagian dari hidupnya yang tidak bisa terpisahkan. Namun, langkah Blerim terhenti saat mendengar ucapan dari mulut Balthis.
"Berapa yang kau minta?" tanya Balthis.
Sangat menyesakkan dada saat Balthis memberikan sebuah harga pada ketulusan Eiger. Pria itu sudah dibutakan dengan keegoisan yang sudah mendarah daging. Kalau sudah seperti ini, Blerim berharap bahwa Elov tidak akan pernah kembali.
Eiger menatap tajam wajah pria paruh baya itu. Antara kesal dan muak bahwa ketulusannya dipertaruhkan. Akankah Eiger menerima tawaran Balthis atau malah menolaknya secara langsung?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments