Berada di kantor tidak membuat Balthis tenang. Dia justru merasa bersalah pada keluarga besarnya. Setelah rahasia ini terbongkar, maka tugas selanjutnya adalah mencari keberadaan Elov. Anaknya itu harus ditemukan dalam waktu dekat. Walaupun sangat sulit, dia akan melibatkan orang-orang penting.
"Maafkan Papa, Eiger. Kami tidak tahan menyimpan rahasia selama ini. Aku bingung harus mencari Elov ke mana?"
Sembari menatap keluar jendelanya, sesekali Balthis memegang nyeri dadanya. Dia takut tidak bisa bertemu dengan Elov dalam waktu dekat.
Ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Balthis kembali ke tempat duduknya. Dia sudah tahu siapa yang datang sepagi ini.
"Masuk!" ucap Balthis.
Blerim menuju ke hadapan kakaknya. Sebagai bawahan dan keluarga yang baik, niatnya ingin membantu Balthis pun akan diutarakan pada kakaknya.
"Kalau kamu datang ke sini hanya untuk membahas Eiger, sebaiknya kamu keluar saja. Aku sedang tidak ingin membahas itu," ucap Balthis lagi.
Blerim sedikit kesal pada kakaknya. Selama ini keluarga besar dianggap sebagai apa kalau rahasia sebesar ini hanya mereka yang tahu?
"Aku hanya ingin membantu menemukan anakmu, Kak. Kalau kamu merasa aku mengganggumu, aku akan keluar sekarang."
Blerim memiliki kepentingan lain. Tidak hanya menggali informasi mengenai keponakannya yang hilang, tetapi dia ingin tahu alasan apa dibalik hilangnya bayi kakaknya.
Masih terasa janggal sekali. Seharusnya kalau anaknya hilang, baik Balthis atau Jean sudah seharusnya melaporkan pada polisi. Namun, mengapa seolah tidak terjadi apa pun di masa lalu. Bahkan, kepulangan Eiger pun diberikan penyambutan layaknya bayi keluarga besar Willard.
Setelah berpikir, tak ada salahnya Balthis membagi dukanya pada adiknya itu. Selama ini Blerim sudah sangat baik sekali padanya. Tidak hanya Blerim, tetapi David pun selalu baik. Tak perlu dicemaskan lagi kalau adik-adiknya itu tahu masalah yang sebenarnya.
"Baiklah. Aku akan jujur padamu," ucap Balthis.
Penjelasan yang akan diuraikan pada adiknya itu nyatanya harus terhenti manakala David masuk ke ruangannya. Dia mendadak meminta Balthis untuk segera datang ke ruang rapat. Dia melupakan jadwal penting sepagi ini.
"Kak, apa kau akan terus berada di ruangan ini? Seharusnya kau sudah ada di ruang meeting dari 5 menit yang lalu," tegur David.
Blerim hampir melupakan hal sepenting ini. Dia juga harus ada di ruang rapat bersama kakak dan adiknya itu.
"David, aku minta maaf. Aku memikirkan Eiger, sehingga pagi ini langsung berbincang dengan Kak Balthis. Ayo!" Blerim menyadari kesalahannya. Dia yang biasanya sangat disiplin dan bertanggung jawab.
Masalah keponakannya itu sangat menyita perhatian Blerim. Sejujurnya Eiger adalah anak muda yang menurutnya cocok untuk menjadi penerus tahta Willard. Namun, kalau mengingat hilangnya keponakan tunggalnya itu, Blerim agak kecewa.
Balthis ataupun Jean sudah mengorbankan Eiger demi menutupi kesalahannya di masa lalu. Blerim yakin kalau Elov itu tidak hilang ataupun menghilang. Mungkin ada sesuatu hal yang benar-benar menjadi privasi kedua kakaknya.
Blerim mencurigai beberapa hal. Salah satunya untuk membalas budi atau sekadar membalas perbuatan orang lain.
Mereka kemudian pergi ke ruang meeting yang berada dua lantai di bawah ruangannya. Sehingga untuk mencapai sana, mereka harus menaiki lift.
"Kak, kamu masih berutang cerita padaku," ucap Blerim. Dia merasa tidak puas jika belum mendapatkan cerita secara utuh.
"Apakah ada yang tidak kuketahui, Kak?" tanya David pada Blerim.
"Rahasia masa lalu Kak Balthis. Kita harus mencari Elov. Apa kamu setuju?"
Sebagai seorang kakak, Blerim juga berhak membagi keluh kesah ataupun masalahnya. David setuju sekali untuk menemukan Elov. Apalagi tinggal beberapa bulan saatnya mereka mengumumkan penerus tahta yang sebenarnya. Kalau sampai Elov tidak ditemukan, maka mau tidak mau Eiger harus menggantikannya.
"David setuju, Kak. Kita akan menemukannya bersama-sama."
Antusias David memang luar biasa. Balthis merasa senang karena kedua adiknya itu mau membantunya. Walaupun nantinya Blerim dan David akan marah mengetahui kenyataan sebenarnya. Itu tidak akan menjadi masalah bagi Balthis.
Lain dengan pemikiran Blerim. Dia tidak akan menjadi orang sebodoh kakaknya. Beberapa hal yang harus menjadi keyakinannya bahwa Eiger lah yang pantas menjadi penerus tahta. Biarlah Blerim dan saudaranya berseteru karena dia yakin bahwa Eiger tetaplah yang pantas bagi keluarga besar Willard.
Blerim tidak yakin kalau sampai Elov ditemukan. Dia mungkin memiliki darah Willard, tetapi kelamaan di luaran sana jelas membuat perangai anak laki-laki itu akan jauh berbeda dengan sikap Eiger. Dia memang orang lain, tetapi kualitasnya melebihi keluarga besar Willard.
Berada di ruang rapat membuat Balthis dan Blerim merasa sangat lama sekali. Rapat yang berlangsung nyatanya membuat Blerim memikirkan Eiger. Hari ini dia tidak datang ke kantor lantaran masalah yang menimpanya. Namun, setelah dia kembali, Blerim akan membujuknya untuk melupakan sejenak masalah ini.
"Tuan Blerim, apa yang ingin Anda sampaikan dalam rapat ini?" tanya salah satu staf.
Sedari tadi Blerim terlihat tidak fokus dalam rapat ini. Pikirannya terus saja tertuju pada Eiger yang belum pulang dan tidak mengirimkan pesan apa pun. Sebagai seorang paman, dia malah lebih peduli daripada Balthis, papanya sendiri.
David akhirnya menyenggol lengan kakaknya supaya merespon pertanyaan stafnya barusan.
"Kak!" seru David.
"Ya. Ada apa?" Tanpa merasa bersalah, Blerim malah bertanya pada David.
"Blerim, staf bertanya padamu. Apakah ada yang ingin kamu sampaikan dalam rapat ini?" tegas Balthis.
"Oh, aku minta maaf pada kalian semua. Aku rasa setelah penjelasan Kak Balthis dan David itu sudah cukup bisa dimengerti. Lain waktu aku akan menambahkan. Untuk hari ini kurasa sudah lebih dari cukup."
Balthis dan David menggelengkan kepala. Mereka tidak menyangka kalau Blerim berubah seperti ini. Mereka kemudian mengakhiri rapat. Balthis meminta Blerim masuk ke ruangannya lebih dulu. Adiknya itu tidak biasa menjadi orang yang tidak konsisten mengurusi pekerjaan.
"Ada apa, Kak?" tanya Blerim saat berada di dalam ruangan Balthis.
"Apa yang kamu pikirkan? Jangan bilang kalau pikiranmu sedang tertuju pada Eiger?"
Justru Blerim yang tertegun. Sebagai seorang papa, nyatanya tak membuat Balthis khawatir sama sekali mengenai Eiger.
"Kak, kamu itu Papanya, tetapi kenapa tidak memiliki rasa khawatir sama sekali pada Eiger yang sampai saat ini belum pulang?"
Mata Balthis membulat sempurna. Dari kemarin rupanya belum selesai masalah ini. Dugaan Balthis benar kalau adiknya itu sedang memikirkan anak yang bukan anaknya.
"Blerim, lebih baik kamu tidak usah memikirkan anak itu. Dia hanya orang lain di keluarga kita. Apa kamu masih mau bertahan dengan kenyataan ini?"
Blerim menggebrak meja. Dia merasa kesal pada kakaknya yang tidak punya hati itu.
"Kak, setidaknya kamu punya rasa empati sedikit saja untuk anakmu itu. Walaupun dia bukan anakmu, tetapi coba pikirkan perasaannya. Selama ini dia hidup bersama kalian sudah cukup lama. Hanya karena dia orang lain, lalu Kakak mengabaikannya?"
Penjelasan ini belum cukup untuk menyadarkan seorang Balthis. Sikapnya yang selalu misterius membuat Blerim menaruh kecurigaan berlebihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments