Eiger memutuskan untuk tidak pulang malam ini. Dia sudah memberikan kabar pada Blerim untuk tidak mengkhawatirkannya. Papa dan mamanya yang menjadi orang terdekat malah tidak ada yang menghubunginya sama sekali. Mungkin saja setelah terbongkar bahwa Eiger bukan anaknya, bagi mereka sudah tidak penting lagi.
Eiger memutuskan untuk tidur di dalam mobil. Sebenarnya dia bisa saja menyewa penginapan, tetapi dia ingin menikmati keadaannya saat ini. Tertidur di dalam mobil bukan menjadi masalah. Biasanya Eiger tidur di kamarnya yang luas, empuk, dan nyaman itu. Perlahan Eiger harus membiasakan dirinya untuk tidak menikmati semua kemewahan itu.
Keesokan harinya, Eiger merasa kelelahan yang luar biasa. Tidak terbiasa tidur di dalam mobil membuatnya merasa badannya sakit sekali. Cepat atau lambat, Eiger pasti didepak dari keluarga besar Willard.
Pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang berada di tepi danau. Seperti terlihat hendak mengakhiri hidupnya karena wanita itu terlihat merentangkan tangannya dan siap untuk terjun ke dalam danau.
Eiger bergegas mendekat. Jangan sampai karena keberadaannya di sini akan menjadi saksi kematian seseorang yang ternyata bunuh diri di depan matanya.
"Hei, kalau ada masalah itu bukan seperti itu cara menyelesaikannya! Apa kamu mau mati sia-sia?" tanya Eiger.
Ucapannya barusan sebenarnya merupakan cerminan dari dirinya sendiri. Nyatanya Eiger kabur dari masalah yang dihadapinya saat ini.
Wanita itu menoleh. Terlihat masih muda sekali dan sangat sederhana. Pandangan mata Eiger tertuju padanya. Begitu pun sebaliknya dengan wanita muda itu.
"Hah? Aku? Bunuh diri?" Wanita itu menunjuk dirinya sendiri. "Ck, kamu tidak lihat kalau aku sedang olahraga?"
Pikirannya yang sangat kacau sehingga tidak menyadari apa yang sedang dikerjakan wanita itu. Wanita itu sedang melakukan stretching untuk memulai olahraga paginya. Namun, kedatangan Eiger telah mengganggu aktivitasnya.
"Maaf, aku kira kamu sedang mengalami banyak masalah. Lalu, kamu mengambil inisiatif yang sangat buruk, yaitu terjun ke dalam danau. Aku minta maaf, ya."
"Maaf, aku tidak sebodoh itu, Tuan. Walaupun aku bukan orang kaya, tetapi aku tidak mengambil alternatif yang menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Maksudku, kalau aku bunuh diri akan banyak orang yang merasa kehilangan aku. Keluarga, sahabat, teman-teman, dan lingkungan sekitarku."
Terdengar bijak dan menampar keras Eiger. Dia yang tidak memiliki siapa pun saat ini merasa ingin pergi sejauh mungkin. Hampir sama dengan apa yang diucapkan pada wanita muda itu. Bunuh diri.
Setelah mendengar penuturan gamblang, Eiger jadi tahu satu hal. Setidaknya kalau hidupnya terpuruk seperti ini, dia masih bisa bermanfaat untuk orang lain. Uncle Blerim benar, dia harus kembali dan menghadapi apa pun yang akan terjadi.
"Maaf, ucapanmu barusan terasa menampar jiwaku," ucap Eiger lirih.
"Wow, atau jangan-jangan yang ingin bunuh diri itu kamu, bukan aku! Tuan, hidup itu kesempatan terbaik yang diberikan Tuhan pada kita. Maka, jangan sia-siakan hidup hanya dengan menyalahi takdirnya. Siapa tahu saat ini Anda tidak beruntung atau mengalami masalah hidup. Namun, esok hari siapa tahu kehidupan Anda berubah menjadi lebih baik."
Eiger seperti mendengarkan orang tua yang menasihati anaknya. Kebenaran yang menyakitkan ternyata membuat seorang Eiger berubah drastis. Dari pria yang semula ramah, kini lebih banyak menjaga sikap. Bukan karena takut akan kehilangan Willard sepenuhnya, tetapi dia takut kalau tidak ada orang yang mau menerimanya.
"Maaf, Anda sudah mengganggu olahraga pagiku. Aku harus lekas kembali," pamitnya.
Justru Eiger malah tertarik padanya. Kata-kata yang menentramkan jiwa itu berhasil membuka lebar mata hatinya. Bahwa keputusasaan bukanlah cara terbaik untuk menghadapi suatu masalah.
"Tunggu! Siapa namamu?"
Wanita muda itu sudah melangkahkan kaki menjauh, tetapi ketika pria itu menanyakan namanya, dia sempat berbalik arah sejenak kemudian menjawab pertanyaan.
"Zoe. Namaku Zoe!" teriaknya.
"Hai. Aku Eiger!" balasnya dengan berteriak.
Rasanya tempat ini akan menjadi paling favorit dari segala tempat di muka bumi ini. Tidak dengan tempatnya yang menyimpan daya tarik, melainkan sebuah nama yang membuatnya menarik.
Keesokan harinya, beberapa anggota keluarga mansion menyalahkan Balthis dan Jean saat mengetahui Eiger tidak pulang. Seharusnya Jean bisa merangkul putranya yang sedang terpuruk itu.
"Kak, semalam Eiger tidak pulang," ucap David.
"Biarlah. Dia bukan anakku!" jawab Jean tegas.
"Kak, bagaimanapun dia tetap anakmu. Sejak bayi kalian merawatnya. Kalau memang ada rahasia besar, tidak seharusnya diumbar seperti kemarin. Kalau sudah seperti ini, bagaimana kalau banyak orang yang tahu kondisi keluarga kita? Akan dimanfaatkan banyak orang untuk mengambil keuntungan di balik kejadian ini," ucap Blerim menjelaskan.
"Blerim, kamu pikir kakakmu tidak bertarung dengan hatinya saat merawat Eiger dari kecil. Sejujurnya setiap hari Jean merasa tertekan karena kehilangan bayinya. Walaupun Eiger menjadi pengganti, tetapi itu belum cukup membuat kami bisa menerima keadaan ini. Bayangkan! Selama 27 tahun kami berperang batin," tegas Balthis.
Mereka kembali lagi pada aktivitas paginya. Balthis akan ke kantor, sedangkan Jean menyiapkan sarapan pagi semua orang. Jean tidak sendirian, melainkan dibantu beberapa pelayan mansion. Mengenai kejadian kemarin, tak banyak yang boleh diinformasikan pada orang luar. Walaupun mereka semua tahu kalau Eiger bukan tuan mudanya, tetapi mereka merasa kasihan padanya. Sikap Eiger bahkan jauh lebih baik daripada kedua orang tuanya.
"Sebenarnya, ke mana bayi kalian?" tanya Blerim.
Balthis dan Jean berpandangan. Ini pertanyaan yang sulit sekali dijawab. Lantaran bayi mereka itu sebenarnya tidak hilang, melainkan ada suatu hal yang menyebabkan mereka harus merelakan bayinya.
"Blerim benar, Kak. Ke mana bayi kalian?" Pertanyaan yang sama diulang oleh David.
"Aku sebaiknya ke kantor sekarang," pamit Balthis.
"Sayang, kamu harus sarapan dulu. Aku sudah menyiapkannya." Suara Jean sedikit meninggi, pasalnya suaminya itu kabur dari kenyataan pahit yang disembunyikan selama ini.
"Kak, kalian tidak boleh lari dari kenyataan ini. Kalaupun ada hal yang kalian sembunyikan, setidaknya beritahu kami supaya bisa mencari jalan keluarnya," ucap Blerim.
"Blerim, selesaikan sarapan pagimu! Aku tidak mau membahas masalah ini lagi," tegur Jean.
Jean ingin melupakan semua masalahnya, tetapi itu tidak akan mungkin lantaran Eiger akan terus berada di mansion ini sampai kapan pun.
Suasana sarapan pagi terasa hambar karena ketidakhadiran Eiger di sana. Piring yang biasa digunakan olehnya juga disiapkan pelayan. Namun, kekosongan itu membuat Blerim merasa hawa mansion banyak berubah setelah kejadian kemarin.
"Kak, aku akan membawa Eiger kembali," pamit Blerim.
Jean tidak menyahut. Setelah kepergian suaminya dan Blerim, tersisa David dan Jean di sana.
"Kak, kalau kamu tidak mau bercerita masa lalu itu, maka ceritakan padaku cara untuk menemukan Elov."
David sebenarnya memberikan angin segar. Sepertinya hanya David yang bisa mengerti kondisinya. Berbeda dengan Blerim yang selalu menyayangi Eiger sebagai keponakan tunggalnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments