Jam kerja berakhir dengan cepat. Blerim memiliki rencana yang tidak diketahui oleh David sebelumnya.
"Eiger, pulanglah bersama papamu. Uncle ada urusan dengan David."
Eiger merasa tidak nyaman harus pulang bersama dengan papanya. Walaupun dia ingin, tetapi Balthis pasti langsung menolaknya.
"Tapi, Uncle—"
"Aku yang akan mengatakan pada papamu."
"Tidak perlu, Uncle. Aku akan datang ke sana dan meminta izin untuk pulang bersama. Uncle tidak perlu ikut campur lagi."
Sampai kapan Eiger akan lari dari kenyataan ini? Perlahan ataupun cepat, memang semuanya harus diubah. Eiger keluar dari ruangannya menuju ke ruangan papanya.
"Ada apa?" tanya Balthis.
"Aku pulang bersama Papa."
Balthis mendongak. Kedatangan Eiger membuat perasaannya tidak nyaman sama sekali.
"Pulanglah dengan Blerim. Aku pulang dengan David."
"Uncle Blerim ada urusan dengan uncle David."
Satu kalimat panjang itu sudah cukup menjelaskan bahwa Eiger tidak bisa pulang dengan Blerim. Bisa saja dia naik taksi, tetapi mungkin ini permintaan Blerim sehingga Balthis tidak bisa menolaknya.
"Baiklah. Tunggu aku di tempat parkir! Sedikit lagi pekerjaanku selesai."
"Terima kasih."
"Hemm," jawab Balthis singkat.
Tidak lama, Balthis segera menyusul Eiger ke tempat parkir. Kemudian pria itu lekas melajukan mobilnya. Selama perjalanan pulang, baik Balthis ataupun Eiger tidak saling bicara. Seperti tersekat oleh sebuah tembok tinggi yang memisahkan mereka. Eiger pun tidak berani berucap walaupun ada keinginan. Dia hanya berusaha memberikan ruang untuk Balthis.
Sampai di mansion, Jean rupanya sudah menunggu di halaman. Dia tahu kalau suaminya akan datang. Bergegas dia menyambut suaminya kemudian melihat Eiger turun dari mobil yang sama. Jean mengerucutkan bibirnya. Dia tidak percaya bahwa suaminya malah berinteraksi dengan anak yang bukan anaknya itu.
Mengurungkan niat menyambut suaminya, Jean lebih dulu masuk ke mansion. Balthis menyusul saat melihat istrinya tidak senang dengan kedatangannya.
"Jean, tunggu!" teriak Balthis.
Wanita itu terus saja melangkahkan kakinya menuju ke kamar. Balthis menyusulnya ke sana. Saat Jean hendak mengunci pintunya, Balthis menahan pintu dengan salah satu kakinya.
"Jean, jangan seperti anak kecil!"
"Kau yang seperti anak kecil, Balthis. Kenapa kau pulang dengan anak itu? Aku tidak suka!"
Jean masih menahan pintunya supaya lekas menutup. Sementara Balthis mendorong agar terbuka. Usaha Jean rupanya kalah. Balthis bisa masuk dengan mudahnya kemudian pria itu menutup pintunya kembali.
"Kenapa sikapmu seperti itu?"
"Sayang, aku tidak suka kalau kau bersama dengan Eiger. Dia itu orang lain. Tolong jangan berikan kesempatan untuk dekat dengannya lagi. Sudah cukup selama 27 tahun kita hidup jauh dari Elov."
Balthis mengangguk paham. Namun, Jean belum tahu alasan apa yang menyebabkan Eiger bisa bersamanya.
"Blerim dan David ada urusan. Eiger dititipkan padaku. Tolong mengertilah, Jean!"
Bagi Jean, apa pun yang berhubungan dengan Eiger, dia sudah tidak suka sama sekali. Sampai Elov belum ditemukan, selama itulah dia akan bersikap buruk pada Eiger.
"Katakan pada Blerim untuk tidak mencoba mendekatkan anak itu pada kita. Kalau mereka mau supaya aku bersikap baik padanya, lebih baik temukan Elov. Beberapa hari lagi penobatan penggantimu akan segera digelar. Aku mau Elov ada di sana!"
Suara Jean yang meninggi membuat Balthis sangat terkejut. Tidak biasanya istrinya bertindak sekasar hari ini.
"Jean, jaga bicaramu! Aku juga menginginkan hal yang sama. Aku ingin Elov hadir di sana, tetapi aku tidak bisa menolak permintaan Blerim hari ini. Mungkin saja urusan ini untuk kita."
Jean menuju ke meja kerja suaminya. Dia ingat kalau di sana ada sebuah pistol yang selalu menjadi kebanggaan suaminya. Balthis bilang kalau pistol ini akan diberikan pada Elov suatu hari nanti.
Melihat istrinya memegang pistol itu, Balthis terkejut. Pistol itu memang kosong, tetapi bisa saja diisi peluru dengan cepat. Namun, efek yang ditimbulkan akan sangat fatal. Pistol berjuluk Desert Eagle sangat mematikan lawannya. Itulah sebabnya Balthis selalu menjauhkan pistol itu dari pelurunya.
"Di mana pelurunya?" tanya Jean. Dia terlihat sangat emosional.
"Tidak ada," kilah Balthis.
"Berikan padaku!" teriak Jean kalap.
Balthis mencoba merebut pistol itu. Dia tidak mau sampai Jean menemukan pelurunya. Tidak hanya dirinya yang dalam bahaya, Jean pun akan mengalami hal yang sama.
"Tidak, Jean. Kau tidak seharusnya memegang senjata itu. Itu hadiah untuk anak kita, Elov. Apa kau tidak merindukannya?"
Wanita mana yang tidak merindukan anaknya? Jean sangat merindukannya. Hati dan jiwanya hampir mati saat kehilangan Elov yang baru beberapa detik dimilikinya. Digantikan dengan Eiger bukan malah membuat wanita itu bahagia, tetapi dia hidup dalam duka selama ini.
"Balthis, aku sangat merindukannya. Lebih dari kau merindukan anak kita. Aku hampir gila. Kalau Elov tidak ditemukan, lebih baik aku akan mengakhiri hidupku!" ancam Jean.
Balthis mencoba merebut pistol itu kembali. Sehingga saat ini dia sudah memeluk istrinya. Dia berusaha membuat wanita itu membuka hatinya bahwa Elov pasti ditemukan.
"Stop, Jean! Stop mengatakan itu! Kau tahu, aku, Blerim, dan David sedang mencari keberadaan Elov. Kau tahu, karena kesalahan kita di masa lalu, kita kehilangan harta yang sangat berharga. Kekayaan yang kita miliki saat ini tidak sebanding dengan Elov. Kau tahu itu, kan?"
Memori Jean pun memutar kenangan masa lalunya. Saat dia memberikan bayi yang masih berwarna merah kepada orang lain. Pria bertopeng itulah yang membawanya. Dia hampir tidak mengenali siapa pria itu walaupun Jean tahu identitas sebenarnya. Setelah kejadian itu, Balthis mencoba memata-matai keberadaannya. Namun, mereka tidak meninggalkan jejak sama sekali.
"Aku tidak percaya itu, Balthis. Mereka sedang mencoba membuat Eiger menjadi Penerus Willard. Kau tahu, kesempatan Elov sangat tipis sekali. Tidak bisakah kau coba menyusun ulang jadwal itu?"
Jadwal yang sudah dibuat memang tidak bisa dibatalkan, tetapi mencari keberadaan Elov sedang dilakukan. Hal yang paling sulit adalah saat Elov tidak ditemukan dan hari H sudah di depan mata. Ada keraguan di mata Balthis bahwa Elov akan sulit ditemukan.
Jean mendorong tubuh suaminya. Dia lari ke balkon mansionnya. Dia tidak mempedulikan dirinya lagi. Dia ingin melompat dari balkon kalau sampai Elov tidak ditemukan.
Teriakan Balthis mengundang semua orang untuk keluar dari mansion. Termasuk Eiger yang saat ini berada tepat di bawah balkon. Sementara Jean meneriakkan penolakannya demi Elov, anak yang selama ini sangat dirindukannya.
"Kalau adik-adikmu tidak bisa menemukan Elov, sebagai gantinya aku akan mengakhiri hidupku. Kau akan terbebas dari masa kelam kita bersama, Balthis!"
"Jangan bodoh, Jean! Kalau kau akhiri hidupmu, bagaimana kalau Elov kembali? Apa yang akan kukatakan padanya?"
Semua orang yang ada di bawah balkon juga sangat histeris. Jean sudah naik ke atas pagar balkon itu. Sehingga satu lompatan saja maka Jean akan tewas.
"Ma, turunlah! Aku tidak akan lagi mengganggu kalian. Aku akan membantumu mencari keberadaan Elov. Aku berjanji," teriak Eiger dari bawah.
"Kau lihat, Jean! Bahkan anak yang sudah kita rawat pun menginginkan Elov kembali. Tolong turunlah. Paling tidak demi Elov!"
Jean masih berada di posisinya. Dia menginginkan Elov. Tidak ada lagi yang lebih membahagiakan baginya selain putranya kembali. Dia sudah melewati kehidupan yang tidak biasa. Jean sangat tertekan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments