Eiger masuk ke mobilnya setelah mendapatkan kata sepakat dengan Bos mafia itu. Sementara David terus saja mengomel pada Blerim saat sudah masuk ke dalam mobil.
"Kak, ulahmu sangat membahayakan aku. Bagaimana kalau aku ditembak mati?"
Blerim melirik sejenak pada adiknya. Sudah dini hari, rasanya Blerim enggan bertengkar. Namun, satu kata yang mampu membuat David membuka matanya lebar-lebar.
"Aku datang ke sarang mafia untuk mendapatkan informasi mengenai Elov. Beberapa hari lagi Penerus tahta Willard akan diumumkan. Kalau Elov tidak ditemukan, jangan salahkan aku kalau memilih Eiger sebagai Penerusnya."
Penjelasan itu sudah sangat jelas. Tidak ada lagi kesempatan Elov kembali pada keluarganya. Namun, mengapa kakaknya malah memberikan Elov pada mafia? Seharusnya Balthis bisa melindungi anaknya itu.
Sampai di mansion menjelang pagi, ternyata Balthis belum memejamkan mata. Dia menunggu Eiger pulang membawa kabar mengenai kedua adiknya. Mendengar suara mobil masuk, Balthis keluar menuju ke halaman. Ternyata dia tidak sendiri, tetapi diikuti oleh Jean.
"Ada apa?" tanya Jean.
"Sepertinya mereka baru pulang. Ayo kita lihat!" ajak Balthis.
Belum sampai di depan pintu ruang tamu, Eiger masuk bersama kedua orang yang ditunggunya sedari sore.
"Blerim! David! Eiger!" Teriakan Balthis menggema. Sejujurnya Balthis terkejut saat tahu ketiga orang itu mengalami luka-luka. "Pelayan! Cepat bantu kami!"
Dini hari, saat semua pelayan sedang menikmati istirahatnya. Mereka terpaksa harus bangun saat mendapati teriakan pemilik mansion.
"Ada apa, Tuan?" tanya pelayan senior.
"Obati mereka!" perintah Balthis.
Dari ketiga orang itu, yang paling babak belur adalah David. Dia terus saja melawan saat anggota mafia itu menghajarnya. Sebagai pria berumur, David tidak selincah kakaknya, Blerim. Walaupun usianya tak lagi muda, gaya berkelahinya patut diacungi jempol. Dia juga termasuk pria yang bisa menahan emosi.
Para pelayan sangat cekatan mengobati tuannya masing-masing. Namun, David terus saja mengumpat karena kekesalannya pada kakaknya.
"Ini gara-gara kalian semua, Kak!" protes David.
"Kau kenapa?" tanya Jean.
"Aku babak belur, Kak. Kau tahu ini salah siapa?" tanya David.
Selama ini Jean memang paling dekat dengan David. Keduanya seperti memiliki chemistry sebagai kakak dan adik ipar.
"Blerim?" tanya Jean.
"Bukan!" jawab David.
Blerim dan Eiger sama-sama merasakan kesakitan akibat lukanya, tetapi keduanya sempat saling melirik karena mendengar ucapan David.
"Itu karena ulah Kak Balthis. Coba saja kalau dia tidak ada hubungan apa pun dengan para mafia itu. Aku tidak akan babak belur seperti sekarang ini. Ini sangat keterlaluan!" David bukannya menyalahkan Blerim, tetapi Balthis.
Mendengar nama mafia disebut, Balthis sudah tidak tahan lagi. Sebenarnya ingin langsung berbicara dengan Blerim, tetapi di hadapan banyak orang rasanya tidak nyaman.
"Kak, hari ini datanglah ke kantor sendirian. Aku dan David akan istirahat di mansion. Aku sangat lelah dan ingin tidur seharian," jelas Blerim.
Dini hari, mereka baru pulang dalam kondisi babak belur. Blerim tidak akan memaksakan diri untuk bekerja hari ini. Begitu juga dengan David. Sementara Eiger ternyata memiliki rencana yang berbeda.
"Aku akan ikut denganmu, Pa," sahut Eiger.
"Tidak perlu. Lebih baik kamu di rumah saja. Urus kedua Uncle-mu itu. Pastikan mereka baik-baik saja." Balthis memiliki alasan khusus untuk membiarkan adiknya berada di mansion.
Pagi hari, Balthis sudah siap di depan meja rias istrinya. Dia sudah terlihat rapi dengan jas dan perlengkapan kerja lainnya seperti gelang jam, pin jas berbentuk huruf BW.
"Sayang, kemarilah!"
"Hemm, ada apa?" tanya Balthis.
"Sini aku betulkan dasinya."
Jean sangat cekatan merapikan semua pakaian suaminya yang terlihat kurang pas di matanya. Setelah terlihat rapi, Jean memutar badan suaminya untuk menghadap ke cermin.
"Nah, lihat tampannya suamiku. Sudah rapi, kan?"
"Terima kasih, Sayang."
Saat Balthis hendak keluar dari kamarnya, Jean mencegahnya untuk tidak keluar. Ada hal yang ingin dibicarakan.
"Tunggu, Sayang!"
"Apalagi, Jean?"
"Sayang, aku masih kepikiran putra kita. Kira-kira Elov akan ditemukan atau tidak? Tinggal beberapa hari lagi, pasti Blerim akan langsung menunjuk Eiger."
Balthis memberikan kecupan singkat di kening istrinya. "Jangan khawatir. Elov pasti ditemukan."
Balthis keluar kamar menuju ke tempat parkir. Eiger ternyata tidak kelihatan. Kata pelayan, semua orang masih tertidur di kamarnya masing-masing.
"Baguslah. Jangan bangunkan mereka. Oh ya, sampaikan pada Blerim untuk menghubungi aku ketika sudah bangun."
"Baik, Tuan."
Hari ini untuk pertama kalinya Balthis datang ke kantor seorang diri. Dia sebenarnya masih memikirkan dua adiknya yang bisa babak belur seperti itu. Blerim dan David belum mau cerita karena kondisi mereka yang kadar ketampanannya berkurang 50 persen.
Senyuman indah mengiringi langkah kaki Balthis menuju ke ruangannya. Rupanya seorang stafnya memberitahukan bahwa ada orang yang mencarinya.
"Tuan, ada tamu yang menunggu di ruang tunggu," ucap stafnya.
Balthis sedang berpikir sejenak. Tumben sekali pagi-pagi dia sudah kedatangan tamu. Padahal dia sendiri tidak ada janji temu dengan siapa pun hari ini.
"Oh, baiklah. Tapi, suruh dia menunggu. Aku ada urusan sebentar."
"Tuan, sebelumnya aku minta maaf. Ada beberapa relasi bisnis yang mendadak datang ingin menemui tuan Blerim. Namun, sepertinya dia tidak datang hari ini."
Tumben sekali hari ini banyak tamu yang datang. Namun, Balthis mencoba tetap tenang. Dia tidak boleh mengabaikan mereka satu persatu. Harus ditemui sesuai urutan kedatangannya.
"Iya, Blerim mulai hari ini dan beberapa hari ke depan tidak akan ke kantor. Sama halnya dengan David dan Eiger."
"Ehm, memangnya kenapa Tuan? Apakah mereka sedang sakit? Tumben kompak tidak masuk ke kantor."
"Sedang kurang enak badan. Kalau mereka sudah membaik, aku pastikan akan masuk lagi seperti biasa."
Balthis berniat masuk ke ruangannya, tetapi suara seorang gadis mengejutkan dirinya.
"Uncle, tunggu!"
Balthis menghentikan langkahnya. Dia menoleh sejenak untuk melihat siapa yang datang. Walaupun suaranya tidak asing, tetapi Balthis tahu betul siapa dia. Untuk kedatangannya kali ini mungkin berniat untuk mencari Eiger, bukan dirinya.
"Kamu? Kenapa ada di sini? Eiger tidak ada di kantor."
Ya, kedatangan Biana Calantha sangat mengejutkan Balthis. Gadis itu tersenyum kemudian menjabat tangan Balthis seperti seorang relasi bisnis yang datang.
"Aku tidak mencari Eiger, Uncle. Aku ingin menemuimu."
Balthis penasaran. Gadis muda ini berencana menemuinya untuk apa? Daripada berlama-lama di luar, dia meminta Biana untuk masuk ke ruangannya.
"Ayo, masuk!"
"Terima kasih, Uncle."
Sampai di dalam, Balthis mempersilakan Biana duduk di depan meja kerjanya. Bisa saja membiarkan gadis itu duduk di sofa, tetapi Balthis teringat tamunya yang sedang mengantre.
"Duduklah! Tumben sekali kamu datang. Ada perlu apa sebenarnya?"
Tanpa basa-basi, Biana langsung mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke sini. Tidak lain adalah untuk mengkonfirmasi kebenaran tentang Eiger.
"Apakah yang dikatakan Eiger itu benar, Uncle? Dia bukan anak Uncle. Apa kalian mencoba menipuku?"
Balthis terkejut. Dia mengira kalau Biana sudah paham apa yang terjadi. Namun, kenapa dia malah menuduh Balthis menipu? Keuntungan apa yang didapatkan Balthis menipu gadis itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments