Eiger kembali ke mansion. Dia sudah memikirkan hari esok jika keluarga Willard akan mendepaknya. Tak semestinya Eiger merasa ketakutan akan hidup dalam kesendirian. Pasti ada solusi di setiap masalahnya.
"Selamat pagi, Ma," sapa Eiger.
Seperti biasa dia akan menyapa orang-orang yang ditemuinya di dalam mansion. Jean semula menahan diri untuk menanggapi Eiger, tetapi kali ini dia bersikap cuek. Tak seharusnya dia memberikan kesempatan pada anak orang lain.
Selain cuek, Jean memilih untuk mengabaikan Eiger. Namun, anaknya itu malah memohon supaya Jean mau berbicara padanya seperti biasa.
"Ma, Eiger minta maaf. Kiranya Mama tidak mau menganggap aku sebagai anak, itu tidak masalah. Hanya saja kalau aku boleh meminta, izinkan aku bersikap seperti biasa layaknya seorang anak pada orang tua. Aku akan membalas budi baik yang sudah Mama limpahkan padaku. Apa yang harus aku lakukan supaya Mama mau menerimaku seperti sebelumnya?"
Sejenak Jean terhanyut akan ucapan Eiger. Dia pun hampir terlena dan melupakan hubungan sebenarnya. Namun, ini kesempatan baik supaya Eiger mau mencari keberadaan Elov.
Jean berbalik arah. Bukan untuk merespon sapaan Eiger, melainkan untuk menghitung balas jasa yang akan diberikan Eiger padanya.
"Kalau begitu, cari Elov! Temukan dia! Setelah itu, aku akan bersikap baik padamu. Tapi, tolong jangan panggil aku Mama ataupun suamiku dengan panggilan papa. Kamu bisa memanggilku Jean atau apa pun asalkan bukan Mama!"
Rupanya sakit yang dialirkan ke seluruh tubuh Eiger tidak hanya berhenti sampai di situ. Jean terus saja menyakitinya supaya Eiger segera pergi dari kehidupannya.
"Tapi, Ma—"
"Eiger, tolong jangan panggil aku seperti itu! Kamu bukan anakku."
Jean meninggalkan Eiger begitu saja. Dia lebih memilih masuk ke kamar dan mengunci diri di sana. Dia hanya akan keluar saat suaminya kembali.
Perasaan Eiger teriris. Haruskah dia menyerah pada kenyataan ini? Bukannya ingin meninggalkan keluarga ini secara langsung, tetapi Eiger bingung harus mencari siapa?
Eiger memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Mungkin saja ini terakhir kalinya dia berada di kamar mewahnya. Selama 27 tahun dia ikut menikmati kekayaan keluarga besar Willard. Lalu, untuk apa dia menyesalinya saat ini?
Eiger menekuk kakinya. Dia duduk di sofa sambil sesekali memandang langit-langit kamarnya. Ponselnya sejak semalam memang tidak aktif sehingga dia memutuskan untuk menyendiri lebih dulu. Dia juga belum menikmati sarapan paginya sampai menjelang siang.
"Ternyata harta membuat semua orang buta hatinya. Aku pikir Biana tulus. Rupanya dia sama saja seperti wanita pada umumnya. Padahal dalam waktu dekat aku berniat menikahinya, tetapi mengingat kondisiku seperti sekarang ini. Kurasa dia sudah benar-benar meninggalkan aku."
Kebahagiaan selama 27 tahun ternyata hancur dengan sebuah kejujuran dalam satu hari. Saat fokus dengan dirinya, pintu kamar yang sengaja dikunci telah diketuk oleh seseorang. Beranjak Eiger membukakan pintunya. Siapa tahu yang datang adalah Jean, mamanya.
Seorang pelayan dengan sebuah nampan berisi makanan dan minuman berada di sana. Eiger sebenarnya enggan untuk menanggapi, tetapi karena sebuah permintaan seseorang maka Eiger harus menerimanya.
"Tuan, sarapan ini harus dihabiskan. Ini perintah," pesan pelayan.
"Atas perintah siapa?" Tidak mungkin mamanya yang memerintahkan pelayan mengantarkan makanan padanya.
"Nyonya, Tuan. Silakan dinikmati!"
Pelayan itu keluar dari kamar tuan mudanya. Setelah mengirimkan pesan pada seseorang, pelayan itu pun menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Eiger merasa perhatian mamanya tetap tertuju padanya. Dia mengira sikap cuek mamanya itu benar-benar memutus hubungan antara ibu dan anak, rupanya dia salah besar.
Menikmati satu nampan makanan dengan suasana hati lebih baik. Hal itu membuat Eiger bisa menghabiskan seluruh makanannya. Setelah meletakkan nampannya nanti, dia akan menemui mamanya dan mengucapkan terima kasih.
Senyuman terus mengembang di bibir pria itu. Hari ini karena perasaannya sedang tidak menentu membuatnya absen dari kantor. Biasanya dia bekerja dengan papannya. Setelah tahu pernyataan dari orang tuanya, ada baiknya Eiger mengkonfirmasi lagi tugasnya selama ini. Apakah masih diizinkan untuk mengurus perusahaan Willard atau tidak?
Terkadang setiap ujian yang muncul akan menimbulkan jawaban baru baginya. Terutama hubungan percintaan yang sudah berakhir dan digantikan pertemuan pertamanya dengan Zoe. Wanita muda itu membuat Eiger tertarik. Bukan dari segi fisik, melainkan setiap ucapannya patut sekali untuk didengar.
Meneguk segelas air putih setelah menghabiskan makanannya menjadi penutup yang paling sempurna. Sarapan pagi setengah siangnya itu terasa nikmat lantaran diberikan mamanya dari tangan pelayan.
"Terima kasih, mama. Setidaknya cinta kasihmu padaku masih ada walaupun tidak banyak," ucapnya pada diri sendiri.
Setelah merasa tenang, Eiger membawa nampan itu kembali ke dapur. Para pelayan pun menerimanya seperti biasa. Mereka tetap menganggap Eiger adalah putra mahkota dari Willard yang terus dihormati. Sikapnya yang baik tak menyurutkan mereka untuk tidak menghormati kayaknya tuan mudanya.
"Tuan, letakkan di situ saja! Kami yang akan mencucinya seperti biasa," ucap salah satu pelayan.
"Sudah, biarkan aku saja. Selama ini aku sudah merepotkan kalian, kali ini aku yang akan menyelesaikannya sendiri."
Agak rumit memang menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti ini. Namun, Eiger tetap mencoba dengan bimbingan salah satu pelayan.
"Tuan, letakkan saja di situ. Nanti kami yang akan menyelesaikannya," pinta pelayan yang membantunya.
"Ya, baiklah. Kali ini aku menyerah, tetapi esok pagi ajari lagi supaya aku bisa menguasainya."
"Baik, Tuan."
Sikap Eiger yang ramah membuat mereka mengalami pergolakan batin. Seandainya tuan muda yang sesungguhnya kembali, mereka tidak yakin sikapnya sama baiknya dengan Eiger. Sikap baik Eiger selama ini sudah melekat pada seluruh pelayan di mansion mewah ini.
Meninggalkan dapur, Eiger berniat untuk menemui mamanya. Dia akan mengucapkan terima kasih sudah perhatian padanya.
Sampai di sana, Eiger mengetuk pintu kamar yang tertutup rapat itu. Dia sengaja tidak mengeluarkan suara lantaran mamanya pasti menolak bertemu.
"Siapa?" tanya Jean dari dalam kamar.
Eiger terdiam. Dia terus saja mengetuk pintu sampai akhirnya Jean pun membukanya. Antara kesal dan marah pada Eiger karena sudah mengganggunya.
Jean berniat menutup pintunya kembali, tetapi kaki Eiger lebih dulu menahan pintunya.
"Tunggu, Ma! Aku ingin berbincang sebentar," pinta Eiger.
"Ada apa?"
"Ma, sebelumnya aku minta maaf kalau sikapku kali ini sangat menyakiti Mama. Sebagai seorang anak, aku tidak akan pernah membenci Mama. Mama lah yang selama ini sudah membesarkan aku dengan sangat baik sekali. Kalau kiranya aku telah berbuat salah, Mama berhak menegurku."
Jean masih diam. Dia sebenarnya sudah malas sekali untuk berpura-pura bersikap baik padanya.
"Sudah?" tanya Jean setelah dia merasa pusing sekali berbicara dengan Eiger.
"Belum, Ma. Eiger juga mau mengucapkan terima kasih karena perhatian Mama hari ini. Mama sudah meminta pelayan untuk mengantarkan makanan ke kamarku."
Tatapan mata Jean memindai wajah Eiger. Dia merasa tidak melakukan apa pun pada anaknya itu. Agak aneh setelah dia membongkar rahasia itu kemudian bisa bersikap baik padanya.
"Eiger, setelah ucapanku kemarin, jangan kau pikir kalau aku akan bersikap baik padamu. Dan, mengenai makanan yang sampai ke kamarmu, itu tidak ada hubungannya denganku. Jadi, bukan aku yang melakukannya."
Eiger terkejut. Lantas siapa yang sudah melakukan semua ini? Mungkinkah pelayan itu berbohong padanya hanya untuk membesarkan hatinya? Hal ini membuat Eiger merasa bingung dengan apa yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments