"Kak, apa kau yakin akan datang ke markas mafia? Ini terlalu konyol untuk kita!" protes David saat berada di dalam mobil.
Saat Blerim memintanya untuk ikut, semula David menolak. Penjelasan Blerim sangat detail mengenai pengakuan kakaknya, Balthis. Itulah sebabnya dia ingin bertemu langsung dengan mafia yang saat ini memimpin di kotanya.
"Kau punya pistol, kan? Gunakan itu untuk melindungi dirimu!"
Saran Blerim lebih konyol lagi. Dia memang mendukung pencarian Elov, tetapi bukan berarti dia yang ikut maju dalam pencarian.
"Kak, kau benar-benar gila! Feeling-ku, kita tidak akan menemukan Elov. Namun, kita mengantarkan nyawa untuk dibantai oleh mereka."
Blerim tidak peduli lagi. Setidaknya ini usahanya untuk menemukan Elov. Tinggal beberapa hari lagi, Eiger akan naik tahta. Saat David yakin tidak bisa menemukan Elov, maka dia pasti akan mendukung Blerim memenangkan Eiger.
Tujuan Blerim adalah gedung tua yang terindikasi menjadi markas mafia yang dimaksud. Sesampainya di sana, gerbangnya memang sedikit terbuka. Untuk masuk ke sana memang tidaklah mudah. Ada penjagaan ketat yang harus dilewati.
"Bisakah aku bertemu dengan pemimpin kalian?" tanya Blerim. Dia memutuskan untuk turun dari mobilnya mengenakan kacamata hitam.
Beberapa penjaga di sana malah menodongkan senjata pada Blerim. Dia mengangkat tangan tanda menyerah. Tujuannya tidak untuk ribut, melainkan ingin bertemu dengan pemimpin klan mafia mereka.
"Untuk apa kau ingin menemui bos kami?" tanya salah satu penjaga.
Mereka masih menodongkan senjata. Sementara David menunda untuk turun. Sepertinya klan mafia ini tidak ingin kalau orang lain masuk ke markasnya. Bisa jadi mereka menganggap Blerim adalah musuhnya.
"Aku hanya ingin bertanya padanya."
Semua penjaga menertawakan pria itu. Lucu sekali, memangnya dia pikir bosnya itu gudang jawaban? Blerim tetap tenang.
"Jadi, apa aku boleh masuk?" tanya Blerim.
"Tidak! Kau pikir kami akan percaya begitu saja dengan tujuanmu?"
Penjaga satunya menggedor kaca mobil Blerim. Dia meminta pria yang berada di dalam mobil itu untuk keluar.
"Keluar kau!" bentaknya.
David merasa semakin kesal pada kakaknya. Kalau sudah seperti ini, bukan saja nyawanya yang terancam. Bisa dipastikan David pulang tinggal nama. David mengangkat kedua tangannya dan berdiri tepat di samping Blerim.
Blerim memberikan tanda supaya David bersiap untuk menyerang semua penjaga yang diperkirakan berjumlah 5 sampai 6 orang itu. Semuanya membawa senjata. Sementara Blerim dan David meletakkan pistol mereka di dalam mobil. Tidak ada waktu untuk mengambilnya.
"Satu, dua, tiga." Blerim memberikan kode pada David dengan suara yang cukup lirih sekali.
David segera melayangkan tinjunya untuk merebut salah satu senjata milik penjaga. Salah satu penjaga lainnya melepaskan tembakan ke udara untuk memberikan tanda bahwa anggotanya diserang.
Blerim pun melakukan hal yang sama sehingga keduanya kini mendapatkan senjata dari penjaga yang menghadangnya. Blerim sebenarnya tidak ingin ribut seperti ini, tetapi mau bagaimana lagi. Mereka terpaksa melakukannya.
"Cukup! Aku datang ke sini dengan niat baik. Kalau tanggapan kalian seperti ini, jangan salahkan aku untuk menghabisi kalian!" Ancaman Blerim tidak main-main. Dia bahkan sudah menembak 3 orang anggota mafia itu hingga tewas.
"Apa yang kau inginkan?" tanya anggota mafia yang terlihat kelelahan melawan Blerim dan David. Dua orang yang dihadapi ternyata bukan orang biasa.
"Sudah kukatakan dari awal. Aku ingin bertemu dengan bosmu! Apa kalian tuli, hah?" Blerim membentaknya.
Anggota mafia lainnya yang sudah mendapatkan tanda saat anggotanya diserang juga sudah berada di sana. Kalau Blerim memutuskan nekat untuk melakukan penyerangan lagi, bisa dipastikan dia yang akan tewas.
"Tolong sampaikan pada bos! Apakah dua orang ini bisa masuk atau tidak?" Salah satu penjaga akhirnya mencoba berdamai dengan keadaan.
Blerim dan David akhirnya bisa bernapas lega. Semoga saja ada titik terang mengenai keberadaan Elov saat ini. Bagaimanapun Blerim juga tidak tega melihat Balthis merasa kehilangan teramat sangat. Namun, bagaimana kalau Elov tidak pernah meninggalkan jejak sama sekali? Itu artinya keturunan Willard sudah benar-benar terputus.
Sekitar 10 menit, orang yang disuruh menghadap bosnya pun kembali. Tatapannya terlihat sangat tidak ramah. Memang seperti itu sikapnya.
"Bos mengizinkan masuk, tetapi—"
"Apa lagi?" bentak David.
Hari sudah cukup malam. David semakin emosional. Dia tidak tahan diperlakukan seperti ini. Sementara bentakan David barusan malah membuat mereka semakin marah. Blerim dan David dilumpuhkan kemudian diikat untuk dipertemukan dengan bosnya. Jika tidak dilakukan seperti itu, bisa dipastikan bos mafianya akan murka.
"Sial! Ini gara-gara kamu, Kak," protes David.
Blerim dan David babak belur karena berusaha melawan. Jumlah yang tidak imbang membuat mereka kalah.
"Kamu yang tidak bisa menjaga ucapan! Harusnya kamu bisa lebih tenang lagi menghadapi mereka. Kalau sudah seperti ini, kamu membalikkan fakta menyalahkan aku. Pikirkan kesalahan kakakmu, Balthis. Dia yang membawa kita ke sini."
"Diam!" bentak salah satu anggota mafia yang mengikat mereka.
Bos mafianya memang sudah dihubungi. Sebentar lagi pria itu akan datang menemui mereka. Sebenarnya ini tidak akan terjadi kalau David tidak membuat mereka marah.
Tak lama, seorang pria yang menggunakan kacamata hitam. Dia menghisap cerutunya dengan sangat santai sekali. Cerutu Gurkha Black Dragon di tangan pria itu yang menunjukkan bahwa tidak hanya kekuasaan saja yang dimiliki, tetapi juga kekayaan yang melimpah.
Puas menikmati cerutunya, pria itu memberikannya pada salah satu anggota mafianya. Fokus pria itu beralih pada dua orang yang terikat dalam kondisi babak belur.
"Apa tujuan kalian menemuiku?" Suara bariton bos mafia itu membuat Blerim mendongak.
David tidak bisa melihat karena posisinya berada di belakang kakaknya. Mereka diikat menjadi satu.
"Aku ke sini untuk menanyakan sesuatu. Apakah Anda mengetahuinya atau tidak? Tetapi, aku yakin pasti Anda mengerti maksudku," ucap Blerim.
Bos mafia itu tetap tenang. Dia malah mencoba memikirkan sesuatu. Agak aneh memang, tetapi bos mafia itu pun akhirnya menanyakan sesuatu.
"Tentang apa? Ini pertama kalinya orang asing datang kepadaku."
Blerim sudah tidak sabar. Dia langsung menceritakan inti permasalahannya. Bos mafia itu mendengarkan dengan seksama. Antara mengerti dan tidak, Blerim juga tidak tahu.
"Kurasa Anda salah orang, Tuan Blerim. Aku sama sekali tidak mengerti atau mengalami langsung apa yang Anda ceritakan," jelas Bos mafia.
"Mungkin saja Anda memiliki rival atau rekan sesama mafia, Tuan. Jika Anda berkenan membantu, kami pasti sangat berterima kasih." Blerim mencoba meyakinkan pria itu. Paling tidak dia mendapatkan gambaran berikutnya.
"Memangnya Anda berani bayar berapa? Di dunia ini segala sesuatunya tidak ada yang gratis."
Bos mafia juga memerlukan uang. Apalagi ini menyangkut ahli waris pengusaha kaya yang hilang. Ini bisa jadi ladang uang jika bisa menemukan anak yang dimaksud. Namun, sepertinya itu tidak akan mudah diterima. Harus melalui proses yang rumit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments