Situasi yang tidak nyaman membuat Blerim lebih memilih mundur dari rapat singkat ini. Dia juga menginginkan agar Elov lekas ditemukan. Namun, tanggal pengumuman penerus tahta sudah disebar. Tidak ada waktu lagi selain mengangkat Eiger sebagai Penerusnya.
Sesampainya di depan kamar, rupanya Eiger sudah menunggunya di sana. Laki-laki itu terlihat kehilangan semangat hidupnya. Blerim merasa perlu berbincang dengan keponakannya itu.
"Ayo, masuk!" ajak Blerim.
"Tidak, Uncle. Bicara di sini saja."
"Ya sudah. Katakan saja!"
Sebenarnya Eiger agak sulit mengatakannya. Dia akan mundur dari perusahaan karena bukan lagi bagian dari Willard. Dia tidak ingin orang lain salah paham padanya. Padahal sudah jelas kalau dia bukan anak Balthis.
"Uncle, aku mundur dari perusahaan."
Satu kalimat ini yang membuat Blerim tidak suka. Sejauh ini Eiger sudah bekerja dengan baik. Bahkan, dia mampu membawa perusahaan Willard lebih baik lagi.
"Kamu ini bicara apa? Tidak ada yang memecatmu dari perusahaan. Jadi, jangan berlarut-larut dengan masalahmu. Besok, datanglah ke kantor! Banyak yang harus kita kerjakan."
Ada rasa tidak nyaman bekerja dengan orang-orang yang sebelumnya bersikap baik, tetapi berubah drastis seperti papanya, Balthis. Eiger tidak nyaman berada di dalam situasi seperti ini.
Mereka tidak menyadari jika pembicaraan ini didengar oleh seseorang. Dia juga berniat mendepak Eiger dari perusahaan. Ini kesempatan bagus untuk mengatakan pada Balthis bahwa sudah sepantasnya Eiger dipecat.
"Tapi, Uncle—"
"Tidak ada penolakan. Kamu masih bagian dari Willard. Selamanya akan seperti itu."
Daripada bingung, Eiger memutuskan kembali ke kamarnya tanpa berbicara sepatah kata pun. Blerim juga masuk ke dalam kamarnya. Dia berharap salah satu kakak atau adiknya datang ke kamarnya.
Blerim menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka, menggosok gigi, dan mengganti pakaian dengan piyama tidurnya. Sebenarnya dia juga mendengar suara ketukan pintu, tetapi dia masih melanjutkan kegiatannya di dalam kamar mandi. Setelah selesai, dia baru akan keluar menemui siapa yang masuk ke kamarnya.
"David?"
"Lama sekali!" gerutu David.
"Aku sedang menggosok gigi. Tidak mungkin aku buru-buru." Blerim mendekati ranjang. "Ada apa?"
"Oke, aku tahu kalau Kakak menolak keputusan kak Balthis. Aku ingin tahu, mengapa Kakak masih yakin pada Eiger. Padahal sudah jelas kalau dia bukanlah keturunan kak Balthis dan kak Jean."
Blerim menarik selimut. Dia duduk di ranjang kemudian menutupi separuh kakinya dengan selimut. Dia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya.
Andaikan David tidak ingin mendapatkan informasi penting dari Blerim, dia sudah keluar dari kamar itu karena melihat tingkah Blerim yang menyebalkan itu.
"Apa kamu tidak memikirkan kelakuan kak Balthis? Dia menyimpan rahasia yang begitu besar. Apa dia mau membaginya dengan kita? Alasan apa pun mengenai Elov, itu tidak dibenarkan. Dia sengaja menukar Elov dengan orang lain. Kemudian sekarang, saat dia membuka luka masa lalunya, apa kamu memikirkan efek yang akan ditimbulkan untuk keluarga kita?"
David memang bukan orang yang secerdas Blerim. Namun, dia mampu menangkap maksud kakaknya itu.
"Lalu, apa pendapatmu?"
"Aku akan tetap memilih Eiger menjadi penerus tahta ini," jawab Blerim dengan suara yang sangat ringan dan terkesan tidak memaksa.
Bagi David, itu sangat bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya. Kalau suatu hari nanti salah satu dari Blerim atau David memiliki anak. Maka dua keturunan dari mereka tidak bisa menjadi putra mahkota karena sudah terputus dari Balthis. Eiger memang orang lain. Sehingga untuk mengembalikan keadaan, Eiger harus menikah dengan salah satu keturunan David ataupun Blerim. Rumit, bukan?
"Kau gila, Kak!" bentak David. "Aku lebih setuju kalau kak Balthis tetap menunggu kehadiran Elov. Aku yakin Elov pasti ditemukan dengan cepat."
Blerim meremehkan keyakinan adiknya. Secara logika, selama 27 tahun Balthis menyembunyikan rahasia besar ini. Kalau memang ingin ditemukan, seharusnya Balthis jujur pada mereka. Setidaknya bisa mengantisipasi apa yang akan dilakukan setelahnya.
"Sampai kapan? Bahkan, kak Balthis tidak mau jujur pada kita, bukan? Apa kamu masih mempercayainya?"
Salah satu sisi, Blerim benar. Sisi yang lainnya, David tersudut. Antara menyetujui usulan Blerim atau mengorek informasi dari kakaknya, Balthis.
"Aku akan mencoba bertanya padanya. Kalau kak Balthis tidak mau menjawab, aku akan coba langsung tanya istrinya."
Blerim memberikan senyuman mengejek pada adiknya. Memangnya dia pikir mudah merayu Balthis ataupun Jean untuk mengaku?
"Silakan saja. Kalau kamu berhasil, aku akan menunggu keputusan kak Balthis. Jika tidak, jangan salahkan aku kalau Eiger tetap naik tahta."
Saat pengakuan Balthis dan istrinya, seluruh anggota keluarga Willard terpecah menjadi dua kubu. Salah satunya yang tetap mendukung Eiger menerima sebagai Penerus hanyalah Blerim. David sendiri masih ragu untuk memihak pada siapa.
"Kenapa kamu tidak menikah saja, Kak? Itu akan lebih baik untuk membantu Eiger menjadi penerus tunggal. Siapa tahu kamu punya anak dari istrimu. Iya, kan?"
Ejekan David kali ini membuat Blerim tersenyum. Bagaimana mungkin Blerim menikah? Sementara hatinya sudah bertaut dengan wanita lain yang entah di mana rimbanya.
"Kamu itu lucu, David. Harusnya kamu sendiri yang menikah. Kenapa menyuruh aku?"
Sama-sama menjadi single di usia yang tidak lagi muda. Rasanya Blerim ingin menertawakan adiknya.
"Ya, ya, baiklah. Aku akan menikah kalau kamu menikah lebih dulu." Kekesalan David lagi-lagi memuncak.
"Sudahlah. Jangan alihkan pembicaraan ini! Sekarang, aku ingin bertanya padamu. Tinggal berapa lama lagi pengumuman Penerus tahta Willard? Kalau kak Balthis bisa menemukan anaknya dengan cepat, aku akan mengalah untuk memenangkan Eiger. Namun, jika hari H tidak ditemukan, maka jangan mendebat aku lagi!"
Blerim yang tenang pun bisa emosi. Betapa rumitnya Balthis menyimpan rahasia sebesar ini. Kalau Blerim memutuskan hal sepihak, jelas ada alasannya. Kalau bukan demi keluarga Willard, lalu untuk siapa lagi?
"Kenapa Kakak ngotot sekali? Aku setuju dengan keputusan kak Balthis. Kakak itu hanya adiknya kak Balthis. Jadi, jangan mencoba untuk menjadi yang pertama!" Suara keras David tidak kalah dengan Blerim. Jika Blerim bisa membentaknya, dia pun bisa melakukan hal yang sama.
Blerim malah memberikan tepuk tangan pada adiknya. Harusnya Balthis dan David memikirkan efek yang akan ditimbulkan.
"Oke, sekarang aku tanya padamu. Siapa yang paling sering menyoroti keluarga besar Willard?"
"Orang lain dan media massa."
"Nah, kamu tahu. Bagaimana kalau akhirnya mereka tahu rahasia keluarga kak Balthis? Apa kamu pikir itu tidak akan berimbas pada jabatannya? Orang akan hilang kepercayaan dengan satu kebohongan terbesar yang dibuat kak Balthis. Pikirkan itu!"
Kalau sudah berhubungan dengan dunia luar, apalagi media massa. Itu akan sangat sulit sekali. Mereka pasti berbondong-bondong mencari informasi mengenai semua kehidupan Balthis. Tidak hanya itu, mereka pun akan hilang kepercayaan pada mereka. Selain itu, rahasia kehidupan David dan Blerim perlahan akan diketahui publik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments