TUJUH

Seorang gadis tengah berjalan melewati dua orang paruh baya dan dua orang lainnya dengan tatapan datar. Dia hanya berjalan acuh tanpa mempedulikan mereka yang terus menatap nya.

"Tidak ada sopan santun kamu sebagai anak" Desis pria paruh baya tersebut dan itu membuat Rara menghentikan langkahnya.

"Apa saya tidak salah dengar tuan Reno Adikusumo Atdmaja menyebutkan saya seorang anak? Waw, sungguh spektakuler bukannya anak mu itu si anak pungut itu. Ahh saya gak nyangka akan di akui sebagai anak di keluarga ini, sungguh mengharukan" Ucapnya tersenyum mengejek.

"Hey, anak pungut lo denger kan gue itu anak Tuan Reno" Ucap Rara mengejek.

"Jaga ucapanmu Rara dia saudara mu juga" Ucap papanya dengan marah.

"Idih, gak sudi gue punya saudara kek dia?" Tanyanya dengan nada sedih.

"Kenapa kamu gak suka sama aku ra" Ucap seorang gadis dengan mata berkaca-kaca.

"Ngaca aja pasti lo tau kenapa gue gak suka sama lo anak pungut, perlu gue beliin kaca biar lo berkaca? " Tanya Rara sudah jengah.

"Rara, jaga sikap mu" Ucap mama nya.

"Buat apa gue jaga sikap? suka-suka gue lah" Ucapnya mengejek.

"Dasar anak tak tau diri" Ucap sang daddy.

"Anda yang tidak tau diri tuan" Ucapnya sinis.

Plakkk

Terdengar suara tamparan dari sang daddy dan Rara hanya tersenyum menyeringai sedangkan mommy nya terkejut dan menatap anaknya dengan sendu.

"Rasain" batin seseorang bahagia.

"Hiks hiks papa menamparku hiks hiks" Ucapnya sedih sambil memegang bekas tamparan itu.

"Hahahaha lucu sekali, kalian pikir aku akan diam saja, owh tidak karena Rara yang dulu beda dengan sekarang. Jangan harap saya akan diam saya saat kalian hina, ingat Rara yang dulu telah mati jadi jangan macam-macam dengan saya tuan Atdmaja dan untuk mu anak pungut kesayangan keluarga ini tunggu aja yaa tanggal mainnya, kita akan bermain sesuatu yang menyenangkan" Ucapnya tersenyum lebar.

"Kamu mau kan?" Ucap Rara dengan senyum miringnya dan itu sangat menakutkan bagi gadis yang di sebut anak pungut itu.

"Aku gak mau Ra" balasnya dengan bergetar ketakutan.

"Apa apaan kamu Rara, jangan buat dia takut seperti itu" marah papa nya.

"Kenapa kamu menjadi seperti ini Rara?" Tanya papa nya dengan marah.

"Udah pa, jangan dilanjutin aku gak papa kok kasihan Rara" ucap gadis itu dengan nada lembut.

"Jangan ikut campur lo anak pungut" ucap Rara sinis.

"Ma maaf hiks hikss"

"RARA, DIA UDAH BAIK DAN BELAIN KAMU MALAH BEGINI PERLAKUAN KAMU, DASAR ANAK GAK TAU DIRI" Bentak papa nya.

"Apaan sih, udah tua juga gak usah bentak-bentak gue" sinis Rara.

"Jangan kurang ajar kamu Rara" bentak mama nya.

"Memang pantas kamu selalu di abaikan, semakin lama kelakuan kamu itu semakin liar" Ucap papa nya.

"Ini semua karna kalian" ucap Rara dengan nada dingin.

"ANDAI AJA KALIAN GAK TERMAKAN BUJUK RAYU ANAK PUNGUT ITU GUE GAK AKAN GINI. ADA ALASAN GUE BERPENAMPILAN CUPU TAPI KALIAN GAK PERNAH TANYA ALASANNYA KENAPA? GUE MUAK SAMA KALIAN. KALIAN HANYA SIBUK DENGAN URUSAN KALIAN MASING-MASING TANPA PERNAH MEMPERDULIKAN GUE"

"AGHRRRR, KALIAN ADALAH KELUARGA TERBURUK YANG PERNAH GUE TEMUI" Teriak Rara menggebu-gebu dan langsung pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.

Di kamar

Rara duduk termenung sekali-kali air matanya menetes, bohong kalau dia tidak sedih, bohong kalau dia tak sakit hati. Tapi dia harus tetap kuat dalam menghadapi hidupnya.

"Hiks hiks kapan gue bisa bahagia hiks, bohong kalau gue gak ingin kasih sayang mereka, bohong kalau gue gak mau manja sama mereka. Dari dulu sampai sekarang gue gak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua hiks hiks, kenapa kenapa? Gue cuma pengen dipeluk dicium, dielus tapi apa yang gue dapat hinaan dan tamparan hiks hiks, yaa Tuhan apa salahku yang ingin kebahagiaan untuk bersama kedua orang tua dan memiliki keluarga lengkap, ahhhhhh!!! Aku benci hidup, aku benci!!!" Ucapnya menangis tersedu-sedu dan akhirnya dia pun tertidur dalam tangisannya.

Tanpa disadari dibalik pintu seorang wanita paruh baya mendengar unek-unek yang dikeluarkan oleh anaknya, dia pun meneteskan air matanya. Bohong kalau seorang ibu tidak merasakan sakit yang anaknya rasakan.

Dia pun membuka perlahan pintu dan terlihatlah anaknya yang tertidur dengan keadaan yang berantakan, dia pun masuk dan mengelus-elus rambut anaknya dengan lembut.

"Maafkan mommy nak, maafkan mommy yang tidak bisa menjadi ibu yang baik untukmu hiks hiks, mommy janji akan memberikan kasih sayang padamu nak hiks hiks" Ucapnya meneteskan air matanya dan membuat anaknya terbangun dengan mata sembab karena merasakan air di pipinya.

"Nak, kamu terbangun? Maafkan mommy hiks hiks" Ucapnya sambil memeluk Rara, Rara pun hanya diam tanpa membalasnya.

"Beginikah rasanya dipeluk ibu? " Batin Rara.

"Nak maafkan mommy nak hiks hiks, sekarang mommy janji sama kamu akan jadi mommy yang baik untuk kamu hiks hiks" Ucapnya mendengar itu Rara hanya meneteskan air matanya.

"Kamu jangan nangis, disini ada mommy yang akan memberikan kasih sayang yang sudah pantas kamu dapatkan sejak dulu, Rara mau kan maafin mommy dan kita jalani dari awal" Ucapnya yang menatap anaknya dan Rara mengangguk dan memeluk mommy nya sedangkan mommy nya tersenyum senang.

"Makasih nak cup cup cup" Ucapnya sambil mencium kedua pipi dan kening Rara.

"Sekarang kamu istirahat ya " Ucapnya lagi.

"Iya mommy cup" Ucap Rara tersenyum dan mencium pipi mommynya.

"Iya sayang" Ucapnya tersenyum senang dan keluar meninggalkan anaknya.

Di depan pintu ada seseorang melihat interaksi keduanya dan dia hanya meneteskan air matanya.

"Maafkan abang dek" Batin pemuda itu.

Ya, dia adalah Leo yang sendari tadi melihat interaksi keduanya dia hanya diam dan menatap sendu sang adik. Tanpa di sadari oleh Leo, Rara pun melihat nya dan mereka saling tatap hingga akhirnya Leo memalingkan wajah nya.

"Kenapa?" Tanya Rara dengan suara serak dengan berjalan menuju depan pintu.

"Maaf" Ucap Leo sambil melihat ke arah Rara dengan penampilan yang berantakan.

"Kenapa baru sekarang?" tanya nya.

"Maaf"

"Tidak ada kata maaf" Ucap Rara datar dan langsung menutup keras pintu tersebut sedangkan Leo menatap sendu pintu tersebut.

"Maaf" batin Leo.

Sedangkan di dalam kamar Rara tersenyum senang karna aktingnya berjalan dengan lancar.

"Kalian pikir semudah itu? ahh tentu saja tidak" Ucap Rara tertawa menyeramkan.

Sedangkan di sisi lain, ada seorang gadis melihat interaksi antara mama dan juga abangnya. Dengan tangan mengepal dan mata menatap tajam ke arah kamar Rara.

"Gue gak akan biarin lo bahagia Rara, gue akan ambil segalanya milik lo dan akan menjadi milik gue" batinnya dengan mata berkilat dendam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!