FLASHBACK
BEBERAPA BULAN YANG LALU..
Setelah melahirkan bayinya dua hari yang lalu seorang wanita memilih untuk memberikan susu formula pada anak nya.
'' Maya sebaiknya kamu kasih saja asi untuk bayimu itu kasihan dia.'' ucap seorang wanita paruh baya dan dia adalah bu Dewi.
'' Bu bukankah aku pernah bilang sama ibu kalau aku gk akan memberikan asi pada bayi ini nanti sesudah lahir, dan ibu menyetujuinya bukan?'' ucap wanita yang bernama Maya tersebut
'' Iya, tapi kan dia bayi kamu, masa mau dikasih susu formula, sedangkan asi kamu keluar.'' sambung bu Dewi lagi dengan sedikit menahan emosi.
'' Gk buk, aku tetap gk mau.'' jawab perempuan itu tanpa perasaan, padahal bayinya saat itu terlihat sedang kehausan.
'' Jika Maya tidak ingin memberikan asi pada bayi nya biarkan saja buk, kita bisa memberikannya susu formula.'' ucap seseorang sambil melangkah masuk kedalam ruangan tersebut, yang tak lain adalah Wildan
'' Tuh ibu dengarkan? mas Wildan saja mengatakan hal yang sama denganku, makasih ya mas kamu udah mau mengerti aku.'' ucapnya sambil bergelayut manja dilengan pria itu yang kini sudah berada disamping ranjang rumah sakit tempat dimana Maya sedang duduk.
Dasar wanita egois, tau gini dulu aku tidak akan merestui pernikahan mereka.
Batin bu Dewi penuh sesal
Maya Ayunda adalah istri dari Wildan Syahrendra mereka sudah menikah selama dua tahun, selama pernikahan awalnya pernikahan itu baik-baik saja, hingga saat Maya dinyatakan positif hamil, semua nya mulai berubah, Maya yang memang belum siap memiliki keturunan, tak mengingin kan bayinya dan berniat untuk menggugurkan bayinya tersebut, dengan alasan belum siapa repot dan juga mengurus anak. Berbeda halnya Wildan dan keluarganya yang sangat antusias menyambut kehamilan calon bayi mereka, namun saat mendengar Maya ingin menggugurkan bayinya lelaki tersebut sangat marah, bukankah salah satu tujuan mereka menikah ialah agar memiliki keturunan, lalu kenapa istrinya itu tidak menginginkan anugerah yang diberikan Tuhan pada mereka? Pikirnya, namun karna rasa cintanya pada Maya membuat hatinya tak kuasa berlarut dalam kemarahan, percuma jika ia memarahi Maya, sekali pun perempuan keras kepala itu akan tetap pada pendiriannya, maka dari itu Wildan lebih memilih dengan cara kelembutan bicara pada wanita itu, setiap hari dan setiap saat Wildan selalu mencoba untuk memberikan pengertian pada Maya, bahwa memiliki anak anadalah hal yang sangat membahagiakan, namun sepertinya Maya tak ingin mengerti, baginya memiliki bayi adalah hal yang merepotkan, sampai saat Maya memutuskan ia setuju akan melahirkan bayinya, namun dengan syarat jika nanti bayi mereka lahir, ia tak akan memberikan asi pada bayi tersebut, karna nanti hanya akan membuat tubuhnya bertambah jelek, cukup dengan melahirkan saja tubuhnya berubah seperti ini pikirnya.
***
Oek oek oek..
Terdengar suara tangisan bayi dari kamar Maya dan Wildan.
'' Maya bayi kamu itu nangis kok kamu kamu biarin saja sih?'' ucap bu Dewi yang masuk begitu saja kedalam kamar tersebut, karna sejak tadi mengetuk tidak ada jawaban, sementara bayi mereka menangis terus.
'' Kalau mau ibu saja yang urus aku masih ngantuk buk.'' Maya dengan teganya membiarkan anaknya tetap menangis.
'' Kamu ini ya keterlaluan sekali, ini adalah anak kamu, kok kamu tega sekali pada bayi yang tak berdosa ini.'' geram bu Dewi.
Maya yang merasa terganggu langsung menatap mertuanya itu dengan tajam.'' Bukannya ibu dan mas Wilhan yang menginginkan bayi itu? terus kenapa harus aku yang repot, lagi pula ibukan udah janji jika tidak akan merepotkan ku untuk mengurusin bayi ini, udah ah, aku mau mandi, sebaiknya ibu bawa saja bayi itu dikamar ibu, aku malas dengar tangisannya.'' setelah mengatakan itu Maya langsung melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan bi Dewi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan menantunya itu.
Sudah satu minggu berlalu semenjak Maya memutuskan tetap tidak ingin memberikan asi pada anak mereka, yang diberi nama Alsyahrendra oleh Wildan, bayi malang itu juga sepertinya tidak terlalu menyuai susu formula, meski begitu baby Al tetap meminumnya, mungkin ia juga merasakan jika dirinya tidak diingin kan oleh sang ibu.
'' Wil, kamu mesti bilangi sama istrimu itu agar tidak seenaknya dirumah ini, sekali ini saja ibu minta, kamu jadi suami harus tegas sama Maya, dia itu sudah memiliki anak jadi sudah sewajarnya harus merawatnya, masa sebagai seorang ibu dia sama sekali gk memiliki kasih sayang sama bayi nya, ibu macam apa itu? Kalau tau dulu dia begini, pasti ibu tidak akan pernah mengijinkanmu menikahinya, coba kamu lihat, ini sudah jam sebelas malam, masa suami sudah pulang kerja dia masih keluyuran diluaran sana, pokonya ibu mau malam ini kamu harus menegurnya.'' ucap bu Dewi
'' Iya buk, saya akan bicara padanya.''
Tak lama terdengar suara deru mesin mobil berhenti dihalaman rumah, Wildan yakin itu adalah mobil istrinya Maya.
'' Maya dari mana saja kamu baru pulang jam segini, kamu gk tau apa kalau suamimu sudah pulang sejak tadi, ini malah sebagai istri bukannya menyambut suaminya, malah pulang gk ingat waktu.'' bu Dewi sudah merasa tidak tahan lagi dengan sikap dan sifat buruk menantunya itu.
'' Buk, emangnya siapa ibu merani ikut campur dalam kehidupan rumah tangga kami? Ibu itu gk berhak, mas Wildan saja gk keberatan dengan yang aku lakukan, kenapa ibu yang malah repot ngurusin aku, urusin saja cucu ibu itu yang ibu sayang jangan pernah campurin urusanku.'' sentak Maya pada ibu mertuanya.
'' MAYA!! Jaga bicaramu, dia ibu mu juga kenapa kamu berkata kasar pada beliau?
'' Ibuku sudah mati, dia bukan ibuku, tapi ibumu mas, dan aku gk akan pernah menganggapnya sebagai ibuku, apa lagi dia terlalu ikut campur urusan rumah tangga kita, aku sama sekali gk suka.'' ucapnya dengan nada tinggi.
Jantung bu Dewi hampir saja copot mendengar ucapan menantu nya itu, sungguh rasanya bu Dewi sangat sakit hati mendengarnya, hatinya begitu sedih saat ini,rasanya air matanya ingin mengalir namun bu Dewi mencoba menahannya. Sedangkan Wildan benar-benar berang mendengarnya, ia tak menyangka jika istri yang dicintainya tega berkata kasar seperti itu pada ibunya, ibu yang sangat ia sayangi, Windan saja tidak berani berkata kasar pada sang ibu, tapi Maya, dia sangat berani membentak ibu tersayangnya, dan Wildan sangat marah akan hal itu.
'' Aku peringatkan sekali lagi sama kamu Maya, jaga ucapanmu! Sekarang minta maaf sama ibuku! Atau kalau tidak kamu akan tau akibatnya.'' ancam Wildan
'' Oo, kamu udah berani mengancamku ya mas, baiklah kamu pikir aku takut, aku tidak takut, dan ibu, aku gk nyangka ya sama ibu, apa yang ibu katakan pada suamiku hinga dia jadi memarahiku seperti ini? ibu itu udah tua ya dan sebentar lagi mati ja--,, belum selesai Maya bicara Widan sudah memotongnya.
'' MAYA JAGA UCAPANMU !!!
Plaaakkkk...
Satu tamparan keras menjarat diwajah mulus Maya, hingga membuat wajahnya memerah.
' Mas kamu berani menamparku??'' ucap Maya sambil menatap tajam pada suaminya.
'' Jangankan menamparmu, membunuhmu saat ini juga aku sanggup, kau telah menghina ibuku, mendoakan keburukan padanya? kenapa kau tega melakukannya? Selama ini beliau tidak pernah melukai perasaanmu bukan? tapi kenapa kau malah menghina ibuku??'' Hatinya benar-benar sakit saat sang istri dengan teganya menyakiti hati ibunya.
Tapi lagi-lagi wanita berhati batu itu sama sekali tak perduli, ia seakan tak memiliki perasaan sama sekali.
'' Oh jadi mas gk terima yasudah sekarang gini saja jika mas masih mau aku menjadi istrimu sebaiknya ibu tidak tinggal bersama kita lagi, tapi kalau kamu masih ingin mempertahankannya, maka kamu harus siap untuk kehilanganku.'' ucap Maya dengan santainya, ia tau jika suaminya itu sangat mencintainya jadi mana mungkin Wildan mau berpisah darinya, begitulah yang ada dipikiran Maya saat ini.
'' Baiklah, malam ini juga aku talak kamu, aku memilih berpisah darimu dan aku lebih memilih ibuku, karna aku tak ingin menjadi anak yang durhaka, kau tau aku hanya memiliki ibu disini, sedangkan kedua adikku sudah memilih keluar dari rumah ini karnamu dan kau pikir aku juga akan membuang ibuku?? Kau sangat salah, aku lebih baik kehilangan istri durhaka sepertimu dari pada aku yang durhaka kepada ibu kandungku sendiri.'' ucap Wildan , penuh dengan penekanan disetiap katanya, lelaki itu terlihat lebih tenang mengatakannya, ia yakin ini adalah jalan satu-satunya untuk hidupnya saat ini biarlah ia dan anaknya saja hanya berdua tanpa pendamping disisinya.
Sejak saat itu Maya memilih keluar dari rumah itu, tanpa rasa bersalah dan tanpa perasaan ia juga tak memperdulikan bayi nya sama sekali, membuat Wildan semangkin yakin jika selama ini ia salah memilih pendamping, ternyata selama ini ia hidup dengan wanita yang berhati batu, Wildan sadar selama ini dirinya terlalu dibutakan oleh cinta, hingga tak bisa membedakan mana yang baik untuk hidupnya.
Sejak kepergian Maya Wildan meminta kedua adiknya untuk kembali kerumah mereka, dan sejak saat itu mereka memutuskan untuk merawat baby Al bersama-sama.
Flashback and
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Karsini Seftiani
kok ada ya,, seorang ibu macam Maya yg tidak punya hati seperti itu, memang ada ikatan darah daging tapi g punya hati nurani dan ikatan batin
2023-06-04
0
YuliaMile
owh jadi wildan itu mz duda ya ... dan sandra sm juno itu adiknnya wildan ... ok deh udah paham.
2023-04-15
1
Enny Finaliya
gtu donk..jelas spa2 aja pemerannya
2023-02-26
1