"Tidak punya sopan santun, mau pergi kemana. Aku belum selesai bicara denganmu!" sentak Putera saat langkah kaki Lovely sedikit lagi keluar dari pintu.
Namun wanita itu nampaknya sudah kesal, hingga tidak menghiraukan panggilan maupun larangan pergi dari Putera sendiri dan memilih untuk meninggalkan ruangan tersebut sebelum dirinya hilang kendali.
Kesal karena perintahnya tidak ditanggapi oleh wanita yang menurutnya adalah orang suruhan Opa Mahes, Putera segera menahan pintu itu agar Lovely tidak bisa keluar dari ruangannya.
"Kenapa menahanku disini, apa yang ingin Bapak bicarakan lagi denganku?" ucap Lovely masih enggan bertatapan dan membelakangi Putera.
"Kenapa harus terburu-buru pergi, katakan padaku. Berapa banyak Opa Mahes membayarmu untuk merayuku agar aku mau menikah denganmu?" tanya Putera masih tetap dengan pendiriannya.
Lovely terpejam sambil mengepal erat kedua tangannya, merasa kesal karena pria di belakangnya itu masih saja menuduh ia sebagai gadis yang tidak baik.
"Sudah ku katakan, aku tidak mengenal Opa mu. Aku juga bukan orang yang di minta untuk merayu ataupun menikah denganmu, aku tidak dibayar oleh siapapun untuk melakukan apapun seperti yang telah kau katakan tadi!" geramnya.
Putera berdecih lagi, merasa wanita kiriman Opanya kali ini sulit sekali untuk mengakui perbuatan tidak tahu malunya.
"Jika tidak kenal dengan Opa Mahesku, bagaimana caramu menjelaskan ini. Kartu identitas aslimu yang sebelumnya ada di tangan Opa Mahes dan kini sudah berada di tanganku," ucap Putera sembari menunjukkan kartu identitas milik Lovely ke depan mukanya.
Lovely berbalik badan lalu memandangi kartu identitas dirinya yang telah berada di tangan Putera. "Bagaimana kartu identitasku bisa ada padamu?" tanyanya heran lalu merogoh tasnya seperti mencari-cari sesuatu.
Dia lantas terdiam sejenak untuk berusaha mencerna maksud dari perkataan Putera, kemudian mengingat kejadian kemarin saat berkas-berkasnya terjatuh dan berhamburan di lantai saat menabrak pria asing di minimarket.
Pikirannya sedikit terbuka dan dia mulai mengerti, lalu menyebutkan ciri-ciri Kakek tua yang pernah ia tolong kemarin saat menyeberangi sebuah jalan.
"Apa Opa Mahesmu itu, seorang Kakek sudah lanjut usia. Berambut penuh uban, berjalan memakai tongkat dan memakai kacamata. Lalu ada tahi lalat besar pada bagian pergelangan tangan kirinya?" tanya Lovely.
Putera mengulum senyum. "Tepat sekali, bagaimana? Apa kau mau mengaku sekarang. Bukti ada ditanganku dan kau sudah tidak bisa mengelak lagi."
Lovely merampas kartu identitasnya dengan berani. "Kartu ini memang milikku, tapi aku tidak ada hubungan apapun dengan Opa Mahes mu itu. Kami bertemu hanya kebetulan dan bukan direncanakan, aku juga hanya menolongnya di jalan dan bukan mengemis meminta pekerjaan padanya."
"Aku juga bukanlah wanita suruhan atau wanita bayaran Opamu itu untuk merayu pria tidak tahu malu seperti dirimu. Oiya asalkan kau tahu saja, aku tidak tertarik dengan pria seperti kau ini, karena kau bukan tipe pria yang ku sukai."
"Kau bilang apa tadi? Aku wanita bayaran? Baiklah sepertinya aku harus memberitahumu sesuatu, walau ada orang yang sanggup membayarku berapa pun itu untuk menikah denganmu. Maka aku akan secara terang-terang menolaknya tanpa ragu!" tegas Lovely.
Putera mulai terpancing emosi karena wanita dihadapannya begitu berani memaki dan menghina dirinya yang terhormat. Bahkan pria tampan itu tidak suka jika ada seorang wanita yang berani memandang rendah dirinya.
"Beraninya kau!" bentak Putera dengan hantaman keras pada pintu tepat disamping wajah Lovely.
Namun Lovely menatap tak gentar, malah mengulas senyum tertanda bahwa dirinya sangat puas dapat memaki pria yang tidak tahu malu dan keras kepala dihadapannya.
"Jangan pernah kembali kesini lagi, atau aku akan ___"
"Akan apa? Kau akan membuat hidupku menderita hah?" serobot Lovely sebelum Putera menyelesaikan ucapannya.
Putera terperangah dan berubah gusar. "Lebih dari itu!" ancamnya.
Lovely berdecih. "Kau pikir aku takut dengan ancamanmu itu, Pak Putera yang terhormat, asal kau tahu saja. Hidupku ini setiap hari sudah penuh dikelilingi dengan berbagai macam ancaman dari beragam orang asing dan aku juga sudah terbiasa akan hal itu. Jadi Pak Putera, kurasa ancamanmu itu mungkin tidak terlalu berefek padaku."
Putera tersenyum smirk. "Kau gadis yang menarik, tidak ku sangka wanita suruhan Opa kali ini sungguh berbeda. Baiklah, sekarang kau ku terima dan kau harus sanggup bekerja di bawah tekananku."
Lovely menolak dan menyindir. "Aku mengurungkan niatku untuk bekerja disini, aku akan kembali pada pekerjaan lamaku saja sebagai gadis penjual bunga. Walau penghasilannya kecil dan pas-pasan, tapi tidak perlu menghadapi banyak tekanan dari orang lain."
Putera menatap Lovely baik-baik dan mengingat kejadian tadi pagi, saat menunggu sang ayah keluar dari toko bunga Love's Florist. Lalu mencocokkan gadis yang tersenyum ke arahnya, di depan pintu masuk toko dari seberang jalan.
"Tidak ku sangka, selain kenal dengan Opa Mahes kau juga mengenal Papaku."
Lovely pun dibuat terheran-heran kembali dengan ucapan Putera padanya. "Apa maksudmu?" tanyanya.
Putera menghela nafas dan menarik diri, lalu kembali duduk di kursinya. "Sudahlah tidak usah dibahas, sekarang kemarilah. Aku akan menaikkan gajimu 3 kali lipat, asalkan kau mau bekerja disini dan sudi menjadi bawahanku."
Lovely benar-benar bingung sekarang, rasanya ingin sekali menghantam kuat-kuat kepalanya itu ke dinding batu, agar bisa mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi barusan.
"3 kali lipat?" tanyanya ragu.
Putera mengangguk. "Hem, aku serius."
Lovely memutar otaknya, gaji tinggi membuat jiwa perhitungannya kembali. "Ayo Lovely, jika gajimu sangat besar kau bisa membeli apapun yang kau mau, kau bisa membayar cicilan hutang Papa tidak berguna itu dengan cepat. Kau juga bisa membeli mainan banyak untuk Ron dan membuka toko bunga lebih besar lagi." batinnya.
"Bagaimana, cepatlah berpikir. Banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan," serobot Putera sengaja membuyarkan lamunan Lovely.
Lovely menggeleng cepat. "Oh, baiklah. Aku terima bekerja disini," balasnya yakin.
"Bagus! Kalau begitu ambil ini dan kerjakan laporannya sekarang. Jangan sungkan untuk bertanya jika ada kesulitan," ucap Putera.
"B-baiklah," jawab Lovely. "Tapi Pak, bukankah sebaiknya kau memberitahu ku terlebih dahulu bagaimana cara mengerjakannya."
"Kerjakan semampumu, bisa atau tidak aku tidak peduli. Karena ini termasuk tes untukmu," balas Putera cuek bebek.
"Loh, bagaimana mungkin aku bisa mengerjakan ini semua, kalau tidak diajari terlebih dahulu." pikir Lovely bingung.
"Ruanganmu disebelah sana, ada laptop dan juga peralatan kantor penting lainnya. Gunakanlah yang menurutmu bisa berguna," balas Putera acuh tak acuh.
Lovely menghela nafasnya panjang. "Pria dimana-mana sama saja, suka seenaknya sendiri!" umpatnya kesal. Lalu masuk ke dalam ruangan kerja pribadi yang sudah di siapkan sebelumnya.
Sedangkan Putera menarik senyum, setidaknya dia merasa lega karena pekerja wanita kali ini tidak tertarik padanya dan dengan begitu dia bisa bebas dari gangguan permintaan menikah dari Opa Mahes maupun Papa Dira.
Namun itu tetap tidak menurunkan tingkat kewaspadaan Putera sendiri akan setiap wanita di dekatnya.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Thariq Zh
lovely pertahankan sikap mu jngn mdh jth cinta
2023-01-28
1
auliasiamatir
jangan sampai kamu yang merengek minta menikahi lovely yah putra
2023-01-10
1
Maya●●●
bgus lovely
2022-12-18
2