Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali Putera telah bersiap untuk pergi ke kantor, ia menyempatkan diri melihat kondisi sang ayah di kamar lain dan memastikan jika ayahnya itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Pagi," sapa Tuan Dira ketika melihat anaknya datang menghampiri.
"Pagi Papa, apa kau sudah merasa baikkan?" tanya Putera.
"Seperti yang kau lihat, Papa baik-baik saja. Maaf kemarin Papa merepotkanmu disini dan berkata yang tidak-tidak kepadamu," balas Tuan Dira.
"Tidak apa, kau ingin pergi kemana. Mengapa sudah rapi jam segini?" tanya Putera.
"Papa ingin ikut denganmu ke kantor, sudah lama sekali Papa tidak pergi bekerja kesana. Rasanya rindu sekali dengan suasana ruang kerja Papa yang lama," balas Tuan Dira.
Putera merasa senang mendengar hal tersebut, karena inilah yang ingin dia dengar dari ayahnya sejak lama. Semangat bekerja kembali dan melupakan masa lalunya yang kelam.
"Baguslah kalau begitu, aku senang mendengarnya. Bagaimana kalau kita sarapan pagi bersama sebelum pergi ke kantor," ajak Putera.
Tuan Dira tersenyum dan mengangguk pelan. "Baiklah, sudah lama juga Papa tidak sarapan berdua denganmu." Lalu menyusul Putera menuju ruang makan.
...***...
Setelah selesai sarapan pagi, mereka berangkat ke kantor bersama. Ada kebahagian diraut wajah Tuan Dira ketika dirinya mendapat kesempatan duduk semobil dengan putranya.
Pria paruh baya itu begitu menyesal, karena selama ini ia menyia-nyiakan masa waktu hidupnya bersama sang anak, hanya demi mengejar kembali cintanya yang telah pergi menjauh.
Kali ini dia bertekad akan berusaha melupakan masa lalunya itu dan kembali mengurus perusahaan bersama dengan anak tercinta.
"Putera, di dekat jalan itu ada toko bunga kecil langganan Papa. Papa ingin kamu berhenti sebentar dan menunggu Papa untuk membeli bunga," pinta Tuan Dira sembari menunjuk toko bunga langganannya di belokan ujung jalan.
"Baiklah," patuh Putera.
...----------------...
Toko bunga Love's Florist.
Bunga-bunga nampak tersusun rapi begitu indahnya, seperti taman menghiasi sekeliling toko kecil tersebut. Warna warni bunga yang beragam, begitu asri dan memanjakan indera penglihatan bagi siapapun yang memandang.
Belum lagi aroma harum dan segar alami dari bunga-bunga itu, menyeruak masuk ke dalam indera penciuman begitu saja tanpa permisi.
Bagai seorang ibu yang penuh dengan cinta kasih, membagikan keindahan dan keharuman gratis bagi siapapun manusia yang lalu lalang melihatnya tanpa pamrih.
Kedamaian indah pagi ini di setiap hari, tidak ingin rasanya terlewatkan begitu saja bagi Lovely sang anak pemilik toko.
Dia merawat bunga-bunga dan juga melayani sepenuh hati para pelanggannya yang mulai berdatangan, walau tidak seramai toko bunga lain di jalan itu juga.
Namun dia selalu bersyukur dan bahagia ketika ada pelanggan yang pulang membawa bunganya dengan raut wajah suka cita.
Lovely merangkai beberapa bunga dan tidak berapa lama setelah itu, lonceng tertanda pelanggan masuk ke dalam toko berbunyi nyaring.
"Selamat datang di Love's Florist, silahkan mau pilih bunga yang mana?" sapa hangat Lovely ketika pelanggannya datang menghampiri.
"Nak Ly, Paman ingin bunga seperti biasa ya." Sahut Tuan Dira.
Lovely pun menoleh karena suara ini sudah tidak asing lagi baginya, suara pria dari pelanggan setia yang selalu memesan bunga setiap hari di setiap pagi di toko bunga kecilnya.
Lovely menarik senyum hingga menampakkan deretan gigi-gigi putihnya yang rapih. "Paman Dira, kebetulan sekali bunga pesananmu baru saja jadi dan lihatlah hasil karyaku. Kali ini aku sendiri yang telah merangkainya," sahutnya begitu senang.
Tuan Dira tersenyum sembari mencium aroma bunga-bunga di sekeliling, lalu mengambil buket bunga dari tangan Lovely. "Ini indah sekali, terima kasih Ly. Aroma nya juga begitu harum," pujinya.
"Begitukah, terima kasih dan coba katakan padaku. Apa Paman menyukai rangkaian bunga buatanku?" tanya Lovely antusias.
Tuan Dira terkekeh sembari menulis kartu ucapan untuk rangkaian bunganya. "Sudah pasti aku menyukainya, setiap bunga yang ku beli dan di rangkai oleh tangan-tangan Ibu Diana maupun dirimu begitu indah bagi Paman."
"Ah begitukah, terima kasih Paman. Kau selalu bisa menyenangkan hati ," balas Lovely.
Tuan Dira tertawa. "Kau selalu saja bersemangat dan ceria seperti ini, katakan pada Paman apa rahasianya. Apa kau sudah punya kekasih?" godanya.
Lovely mencebik. "Paman, apa yang kau bicarakan. Kekasih ku hanyalah bunga-bunga ini," balasnya.
Tuan Dira terkekeh. "Mana mungkin gadis cantik sepertimu tidak punya kekasih, kau pasti pemilih sekali."
Lovely menggeleng. "Aku serius Paman, aku memang belum memiliki kekasih."
"Hem begitu ya. Bagaimana jika Paman jodohkan saja dengan putra Paman?" tembak langsung Tuan Dira.
Lovely tersentak. "Kau bicara apa Paman, aku tidak ingin menikah."
"Bagaimana mungkin seseorang tidak ingin menikah, Paman lihat kau sudah cukup usia untuk berumah tangga. Cepatlah cari pasangan sebelum kau berubah menjadi perawan tua," balas Tuan Dira sembari terkekeh.
"Iya Paman, aku akan mengingat nasehatmu. Sekarang lupakanlah tentang aku, bagaimana dengan bungamu ini. Apa sudah selesai menulis kata cintanya?" Lovely mengalihkan pembicaraan.
"Sudah selesai, tolong antarkan bunga ini ke alamat seperti biasa dan jangan lupa jika ada yang bertanya bunga ini dari siapa. Kau jangn beritahu cukup bilang saja tidak tahu," saran Tuan Dira.
Lovely mengangguk mengerti. "Baiklah, aku akan mengingatnya."
Tuan Dira tersenyum. "Terima kasih, sekarang aku harus pergi. Anakku sudah menunggu, aku tidak ingin membuat ia terlambat pergi ke kantor."
"Ku kira Paman datang sendiri, ternyata dengan anakmu. Mengapa dia tidak kesini dan menemanimu?" tanya Lovely terheran-heran.
"Dia Pria sibuk dan tidak suka dengan hal-hal yang berbau keindahan dan cinta, itulah sebabnya mengapa dia belum memiliki kekasih sampai sekarang ini." Balas Tuan Dira.
Lovely membulatkan bibir. "Ooh, Begitukah. Ku pikir anakmu sama seperti dirimu Paman, sangat memuja akan yang namanya cinta. Ternyata berbanding terbalik sekali denganmu," guraunya.
Tuan Dira terkekeh. "Itu karena dia membenci cinta," balasnya singkat.
"Kenapa?" tanya Lovely.
Tuan Dira mengangkat kedua bahu. "Entahlah, hanya dia yang tahu jawabannya." Lalu berpamitan dengan Lovely dan akhirnya keluar dari toko bunga tersebut.
Lovely mengantar Tuan Dira hingga ke muka pintu dan melambaikan tangannya. "Terima kasih Paman, datang lagi besok."
Tuan Dira membalas lambaian tangan Lovely. "Sama-sama, sampai jumpa lagi. Jangan lupa bunga pesananku ini, kau harus mengantarnya ke tempat biasa."
"Sudah pasti Paman, kau jangan khawatir."
Lovely menatap Tuan Dira dari kejauhan dan mendapati sebuah mobil mewah telah menunggunya di seberang sana. Kemudian tersenyum, hingga akhirnya mobil itu melaju dan menghilang di keramaian jalan raya.
...***...
Sementara itu Putera menatap ayahnya dengan tatapan bingung. "Papa, bukankah kau mampir ke toko bunga. Lalu mana bunganya?"
"Tidak jadi beli," balas Tuan Dira berbohong.
"Jika tidak beli, mengapa lama sekali di dalam toko itu. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Putera.
Tuan Dira menghela nafas. "Tidak ada, aku hanya menyapa anak pemilik toko bunga itu di setiap pagi hari. Jadi, kalau Papa belum menyapa gadis itu, rasanya belum lengkap sekali menjalani hari."
Putera menghembus nafasnya kasar. "Kau semakin lama semakin aneh saja," ucapnya kesal, namun sang ayah hanya terkekeh saat menanggapi perkataan anaknya.
Tak berapa lama setelah ponsel Putera berdering, dengan segera pria tampan itu pun menjawab panggilan tersebut.
"Martin, ada apa?" tanya Putera.
"Maaf Pak Putera, HRD bertanya kepadaku. Apa kau jadi mempekerjakan wanita kemarin yang sempat kita tolak lamarannya?" tanya Martin melalui ponsel.
Putera menepuk jidatnya karena baru ingat akan pesan sang Kakek.
"Maaf, aku lupa. Hubungi nomor wanita itu dan dia bisa bekerja hari ini juga. Pastikan agar wanita itu tidak terlambat datang lagi," titah Putera.
"Baik Pak Putera, aku akan meminta Pak Deni untuk segera menghubungi wanita itu." balas Martin.
"Hem," jawab singkat Putera lalu memutuskan panggilan.
"Siapa?" tanya Tuan Dira.
"Hanya pelamar pekerjaaan, Opa Mahesa yang menginginkan aku menerimanya bekerja di perusahaan kita." Balas Putera. Lalu menceritakan kejadian kemarin di perusahaan.
Tuan Dira mengangguk perlahan. "Jika Opa mu memaksa, sudah pasti wanita itu begitu memiliki keistimewaan dalam dirinya."
"Entahlah, bagaimana aku bisa tahu. Aku saja belum melihatnya," balas Putera.
"Ya, jika hari ini dia bekerja. Maka hari ini juga kau bisa melihatnya," balas Tuan Dira.
Putera tersenyum tipis. "Kau benar Papa, tapi aku begitu penasaran. Mengapa Opa Mahes begitu memaksaku menerimanya bekerja, entah apa istimewanya wanita itu sampai Opa ingin aku menjadikannya bawahan langsung sama seperti Martin."
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
neng ade
wah .. bakalan seru nih tuan Sore pasti kaget jika tau Lily yg akan bekerja menjadi bawahan Putra
2024-02-28
0
Maya●●●
semangat kak novy. 1 bunga mendarat untukmu
2022-12-13
2
Maya●●●
kekasihmu nanti anak tuan dira ly
2022-12-13
2