Toko Bunga.
Langkah kaki Ibu Diana begitu terburu-buru, ketika mendapat telepon dari perusahaan Mahesa Group yang meminta Lovely untuk bekerja.
"Sayang, cepatlah ikut Mama ada telepon dari orang penting."
"Orang penting ... Siapa Ma?" tanya Lovely bingung.
Ibu Diana menarik tangan Lovely dan meminta untuk segera menjawab telepon. "Dari perusahaan Mahesa Group, katanya kamu diterima bekerja disana."
Lovely mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali, merasa bingung dengan apa yang barusan dia dengar. "Mama pasti salah dengar atau telepon itu salah sambung," ucapnya tidak percaya.
"Mama tidak tuli sayang, orang itu bilang namamu diterima bekerja disana dan sekarang kau sudah di tunggu oleh bagian HRD," jawab sang Mama meyakinkan.
"Ma, Ly sudah di tolak dari perusahaan itu. Bagaimana bisa sekarang mereka bilang kalau Ly diterima dan mulai bekerja hari ini?" tanya nya terheran-heran.
Ibu Diana cembetut. "Sudah jangan banyak protes, sekarang pergi dan jawab telepon itu!" titahnya.
Lovely memutar bola matanya malas lalu menghampiri meja untuk menjawab panggilan dan meraih gagang telepon.
"Hallo selamat pagi," sapa malas Lovely.
"Apa! B-benarkah?" tanya Lovely begitu terkejut ketika dirinya benar-benar diterima bekerja di perusahaan yang sempat menolaknya kemarin.
Wanita itu kembali tersenyum dan berseri-seri setelah mendengar kabar menyenangkan datang begitu saja. "Baiklah kalau begitu, saya tidak akan terlambat lagi!" serunya semangat lalu menutup panggilan tersebut.
"Apa katanya Nak?" tanya Ibu Diana tau-tau sudah di belakang Lovely dan ternyata telah menguping pembicaraannya.
"Mama benar, aku diterima bekerja disana. Apa ini mimpi?" tanya nya pada diri sendiri.
Ibu Diana berdecak sembari mencubit lengan Lovely, hingga gadis itu mengaduh kesakitan.
"Ikss! Sakit Mam," ucap Lovely tidak lupa mengosok-gosok lengannya.
"Sakit, berarti kamu sedang tidak bermimpi sayang. Sekarang cepatlah berangkat, urusan kiriman bunga dan juga toko serahkan saja pada Mama." Ibu Diana mendorong Lovely agar segera bersiap.
"Iya, iya Ma!" ucap Lovely kemudian bergegas menuju kamarnya untuk bertukar pakaian.
...----------------...
Perusahaan Mahesa Group.
Setibanya Lovely di perusahaan besar tersebut, ia segera menghadap kepala HRD. Ada perasaan gugup ketika pertama kali berhadapan dengan seorang pria pekerja kantoran.
Begitu rapi dan juga berwibawa.
"Lovely Puteri," ucap Pak Deni.
"I-iya Pak," sahut Lovely begitu gugup.
"Kita pernah bertemu kemarin, maaf jika lamaranmu pernah ditolak olehku. Tapi sekarang kau telah diterima bekerja disini," balas Pak Deni.
Lovely mengangguk. "Tidak apa, aku mengerti. Terima kasih karena telah menerimaku bekerja," ucapnya sopan.
Pak Deni tersenyum. "Berterima kasihlah kepada pemilik perusahaan ini, karena beliau yang telah meminta cucunya untuk mempekerjakan dirimu disini."
Lovely mengerutkan dahinya merasa bingung dengan ucapan sang kepala HRD. "Apa maksudnya, siapa pemilik perusahaan ini dan apa hubungannya denganku?" tanyanya dalam hati.
Pak Deni membuyarkan lamunan Lovely. "Sudah jangan terlalu banyak berpikir, sekarang mulailah bekerja. Kau di bagian keuangan, ruang kerjamu bersebelahan dengan Pak Putera dan dia adalah atasanmu sekarang."
Sontak saja Lovely tersedak nafasnya sendiri. "B-bagian keuangan? Bukan kah aku melamar sebagai cleaning servis?" tanyanya terheran-heran.
Pak Deni terkekeh. "Maaf, aku belum memberitahumu akan hal itu. Kau diterima bekerja dan pekerjaanmu adalah membantu Pak Putera dalam membuat laporan keuangan."
Lovely merasa pusing, mau mengelak pun rasanya tidak bisa. Dia juga bingung harus senang atau sedih mendengar berita ini.
Di satu sisi dia senang karena telah diterima bekerja, disisi lainnya wanita itu nampak takut. Karena selama ini ia belum pernah punya pengalaman sedikitpun di bagian keuangan atau pekerja kantoran lainnya.
"Kenapa diam saja, ayolah cepat ikut denganku sekarang. Aku akan mengantarmu bertemu dengan Pak Putera terlebih dahulu," ajak Pak Deni.
"B-baiklah," jawab Lovely lalu mengekor di belakang Pak Deni.
...***...
Sepanjang jalan menuju ruangan Putera berada, Lovely melihat ke sekeliling. Ada perasaan minder saat melihat para pekerja kantoran Mahesa Group yang terlihat jauh berbeda dengan penampilan dirinya.
"Mereka keren-keren dan cantik-cantik sekali," gumamnya perlahan lalu terlintas pertanyaan di dalam benaknya.
"Kalau pekerjanya saja keren-keren dan cantik-cantik begini. Bagaimana dengan bosnya?" gumamnya lagi.
Setibanya di depan pintu ruang kerja Putera, Pak Deni mengetuk pintu dan meminta ijin untuk masuk ke dalam ruangannya.
Ia juga meminta Lovely untuk menunggu di depan ruangan Putera, sampai ada perintah selanjutnya.
"Kau duduklah dulu disana dan tunggu sebentar sampai dipanggil olehku," pinta Pak Deni.
"Baiklah." Lovely mengangguk mengerti lalu duduk menunggu seperti yang di perintahkan oleh Pak Deni sebelumnya.
Selama menunggu dirinya di panggil oleh pak Deni, Lovely mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan dimana dia berada.
"Sepi sekali," reaksinya kala itu.
Lovely menyilangkan kedua tangan. "Tempatnya juga dingin," gumamnya lagi sembari mengusap masing-masing lengan atasnya.
Tak berselang lama kemudian, Pak Deni membukakan pintu dan memanggil nama Lovely. Gadis itu tersentak dari tempat duduknya, karena keasyikan duduk di sofa yang empuk dan nyaman.
"Lovely, masuklah. Pak Putera memanggilmu untuk ke ruangannya," panggil Pak Deni.
Lovely mengangguk. "Baik," sahutnya lalu segera berdiri dan menghampiri sebuah ruangan di didekatnya.
"Masuklah, tidak apa." Pak Deni masih setiap memegangi pintu agar terbuka dan menunggu Lovely masuk ke dalam.
...***...
Setelah Lovely masuk, Pak Deni pun menutup pintu ruangan Putera lalu kembali ke dalam ruangannya untuk bekerja dan akan kembali lagi setelah ada panggilan dari bosnya.
"Duduklah," titah Putera kepada Lovely.
"Baik, Pak." Lovely pun duduk di kursi berhadapan dengan Putera yang masih asyik membelakangi sembari membaca berkas lamaran miliknya.
"Bisa kau sebutkan apa keahlianmu?" tanya Putera.
"A-aku belum punya pengalaman bekerja di kantor, tapi aku tahu tentang laporan keuangan saat belajar di sekolah. Pak," balas Lovely.
"Selain itu?" tanya Putera kembali.
"Aku tidak punya keahlian khusus, tapi Bapak bisa menyuruhku apa saja. Aku bisa bersih-bersih dan merangkai bunga," jawab Lovely sebisanya.
Putera menghela nafas dan membalikkan badannya agar bisa menatap wanita yang telah di pinta oleh Opa Mahes untuk di terima bekerja di perusahaan ini.
Lovely menunduk dan menyembunyikan wajahnya, entah mengapa aura dari pria dihadapannya itu begitu menakutkan untuk di tatap.
"Ini perusahaan besar, bukan toko bunga. Kau bilang tidak ada keahlian khusus dan belum punya pengalaman bekerja di kantor. Katakan padaku, apa yang telah kau lakukan pada Opa Mahes. Apa kau meracuni pikirannya dan mengemis agar bisa bekerja disini?" tanya Putera.
Lovely terbelalak, selain tidak mengerti apa yang telah di bicarakan oleh sang bos, dirinya juga tidak suka dituduh macam-macam oleh pria asing.
Wanita itu segera mengangkat wajahnya untuk menatap Pria yang telah berani berpikir tidak baik tentang dirinya.
"Maaf Bapak Putera yang terhormat, aku tidak mengerti dengan apa yang anda katakan. Lamaran pekerjaanku memang telah di tolak, tapi aku tidak pernah mengemis dengan siapapun, malah kalian sendirilah yang memintaku untuk datang dan bekerja disini. Lalu setelah aku datang apa yang terjadi, mengapa kau mencurigaiku yang macam-macam."
Putera berdecih. "Terserah kau mau berkata apa, tapi aku tidak percaya padamu dan tidak akan mengikuti permainan maupun rencana kalian. Jika bukan karena Opa Mahesku yang memaksa, mungkin aku tidak akan sudi menerimamu bekerja disini."
Lovely menatap tidak suka dan mengelus dadanya karena kesal. "Apa yang anda bicarakan, aku benar-benar tidak mengerti. Opa siapa? Aku tidak meminta bantuan siapapun atau meracuni pikiran siapapun. Rencana apa yang dimaksud? Aku benar-benar tidak mengerti."
"Sudahlah jangan berpura-pura, aku tahu Opa pasti menyuruhmu bekerja disini agar bisa mendekatiku, lalu merayuku dan dengan begitu aku akan menikah denganmu."
Lovely menganga seketika dan berdiri dari duduknya. "Ingatlah ini Pak Putera yang terhormat, aku bukanlah wanita seperti yang anda pikirkan. Aku juga tidak mengemis apapun, kepada siapapun atau merayu dan berkeinginan menikah denganmu atau pria manapun."
Putera berdecih dan berdiri dengan angkuhnya, bahkan bertalak pinggang dan membuang muka tidak ingin memandang.
"Wanita semua sama, hanya bisa merayu untuk mendapatkan hati pria. Kau berpura-pura mengelak, tapi aku yakin setelah ini kau akan menunjukkan wajah aslimu," tegasnya.
Lovely meradang, benar-benar tidak habis pikir dengan bos berpendidikan tapi minim sekali moral.
"Jika tidak ikhlas mempekerjakan diriku disini, maka jangan memintaku datang untuk bekerja. Dan jika ingin menyalahkan atau memprotes seseorang, maka proteslah pada Opa mu itu dan jangan kepadaku!" bentak Lovely.
Gadis itu begitu marah dan merampas tas nya dengan kasar, lalu berbalik dan pergi tanpa ijin lagi.
"Jika bukan di perusahaan ini, sudah pasti aku akan menampar mulut kurang ajarnya itu!" umpat Lovely sebelum akhirnya keluar dari ruangan Putera.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
neng ade
ga ada akhlak nya tuh. si Putra
2024-02-28
0
Nur Khasanah
semangat kak....
2023-02-09
1
auliasiamatir
aku suka gaya mu lovely
2023-01-10
1