Di kantor.
"Bagaimana dengan orang yang mau interview tadi. Apa sudah kamu usir?" tanya Putera angkuh.
"Sudah pergi Pak," balas Pak Deni (HRD).
"Bagus, perusahaan kita ini tidak butuh orang yang tidak tepat waktu. Jika kita menerimanya, maka akan banyak sekali karyawan ikut-ikutan malas nantinya," tutur Putera.
"Benar ... Tapi Pak Putera, gadis itu bilang kalau dia datang terlambat karena menolong seorang Kakek tua dijalan," balas Pak Deni.
Putera berdecak. "Ck! Alasan anak kecil ternyata dipakai untuk membohongi kita," balasnya tidak percaya. "Ya sudah kau boleh kembali bekerja," ucapnya.
"Baik Pak," patuh Pak Deni lalu keluar dari ruangan sang bos untuk kembali bekerja.
Putera menatap layar ponsel dan seketika itu pula ia terjingkrak, karena sang Kakek tiba-tiba menghubungi ponselnya.
"Tumben sekali," gumam lelaki penuh kharisma itu lalu menganggkat panggilan.
"Hallo," jawab Putera.
"Apa .. Opa ingin mampir kesini? Baiklah," ucap Putera lalu menutup panggilan.
Putera menghela nafas. "Mau apa Opa datang kesini, apa dia ingin menceramahi ku lagi atau memaksaku untuk menikah? Ck! Sampai kapanpun aku tidak akan menuruti permintaannya yang satu itu," gumamnya dalam hati lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.
...***...
Di sisi lain tepatnya di pinggir jalan depan perusahaan Mahesa Group, Lovely tengah duduk termenung. Dia memikirkan kembali saat di rumah tadi pagi, bagaimana sang Ibu begitu senang ketika mendengar lamaran pekerjaan dirinya diterima di perusahaan besar.
"Semoga kamu diterima bekerja."
"Jangan khawatir, saat mendapat gaji pertama Ly akan ajak Mama pergi ke pegadaian untuk menebus emas."
Lovely menghela nafas, ia merasa jika harapan akan membahagiakan sang ibu harus tertunda kembali, karena dirinya harus mencari lowongan pekerjaan ke perusahaan lain yang sudah semakin sulit saja ditemukan.
Wanita itu juga menyalahkan diri sendiri, karena terlalu banyak memberi janji manis kepada ibunya. Alhasil ingin pulang pun rasanya begitu berat sekali.
"Apa yang harus ku katakan pada mama nanti," ucapnya lesu.
Lovely berdiri dari duduknya dan berjalan kembali, menuju rumah yang cukup jauh itu dengan berjalan kaki.
...----------------...
Sementara itu mobil mewah baru saja memasuki halaman perusahaan, para karyawan yang mengetahui jika tuan besar Mahesa akan datang pun segera menyambut kedatangan beliau.
"Selamat datang Tuan besar," ucap salah satu asisten pribadi Putera bernama Martin. Lalu menemani sang pendiri perusahaan itu untuk bertemu dengan si cucu semata wayangnya.
"Apa dia sedang sibuk?" tanya Opa Mahesa.
"Tidak Tuan besar, kebetulan Pak Putera Mahesa sedang menunggu anda." Martin lalu membukakan pintu untuk Opa Mahes.
Opa Mahesa masuk ke dalam. "Terima kasih," ucapnya.
"Sama-sama," balas Martin.
...***...
Sesampainya di dalam ruangan, kakek dan cucu itu langsung beradu pandang. Ada rasa tidak suka di pandangan sang cucu terhadap sang kakek yang tiba-tiba datang tanpa kepentingan sama sekali.
Putera berdecih. "Segera katakan padaku, ada keperluan apa kau sampai repot-repot datang kesini? Maaf Opa, jika kau datang kesini hanya memaksaku untuk menikah, maka jawaban ku adalah tidak!" tegasnya.
Opa Mahesa tertawa. "Cucu tidak tahu diri, ini adalah perusahaanku. Mau datang kapanpun itu adalah hak ku dan juga bukanlah urusanmu. Lagipula siapa yang mau memaksamu untuk menikah, Opa datang kesini hanya mau kau mengabulkan satu permintaan."
Putera terdiam dan berpikir, tumben sekali Opanya itu tidak meminta dia untuk menikah. Tapi apa maksud dari perkataan Opa Mahesa yang menginginkan dirinya untuk mengabulkan satu permintaan.
"Baik! Katakan saja padaku, apa permintaan Opa. Kalau permintaan Opa bukan tentang pernikahan, maka aku berjanji akan mengabulkan permintaan Opa itu." Ucap Putera.
Opa Mahesa menarik senyum. "Opa ingin kau menerima wanita yang datang terlambat tadi untuk bekerja disini."
"Wanita mana yang Opa maksud? Apa wanita yang tidak tahu apa artinya tepat waktu tadi hem?" tanya Putera.
Opa Mahesa mengangguk. "Iya dia, terimalah dia bekerja disini."
"Maaf Opa, tapi aku tidak mau menerima orang yang tidak bisa disiplin waktu untuk bekerja di perusahaan kita ini," tegas Putera.
"Anggaplah dia sudah di interview sama Opa tadi di jalan dan hasilnya diterima," ucap Opa Mahesa.
Putera menautkan kedua alisnya dan menatap wajah sang Kakek dengan raut kebingungan. "Apa maksud Opa?" tanyanya.
Opa Mahesa menarik nafas lalu menjelaskan apa maksud perkataannya itu. "Dia membantu Opa menyeberang jalan tadi dan sudah mau menemani Opa juga berbelanja barang di minimarket, itulah alasan mengapa dia sampai datang terlambat kesini. Karena sibuk menemani dan sudi menunggu hingga jemputan Opa datang."
Putera lantas terdiam dan memikirkan sesuatu tentang apa yang dikatakan oleh Pak Deni HRD sebelumnya. "Ternyata alasannya itu benar, apa alasan yang dimaksud membantu Kakek adalah membantu Opa Mahes?" batinnya bertanya-tanya.
"Baiklah, tapi beritahu padaku alasannya terlebih dahulu. Mengapa Opa begitu ingin wanita tadi bekerja disini?" tanya Putera.
"Putera, wanita itu baik hati dan juga pintar mengelola keuangan. Opa harap kamu mau menerimanya bekerja disini," ucap Opa lagi.
Putera memainkan dan mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, wajahnya begitu rumit untuk dijelaskan. Namun tidak mengurangi ketampanannya sama sekali.
Pria matang itu menghela nafas dan akhirnya menyetujui permintaan Opa Mahes untuk mempekerjaan wanita tadi. "Baiklah, aku akan meminta HRD kita untuk memanggilnya kembali besok pagi," balasnya.
Opa Mahes mengulum senyum. "Terima kasih ... Tapi Putera kalau boleh Opa memberi saran, Opa ingin dia menjadi bawahanmu secara langsung."
Putera berdecak. "Opa, yang dibutuhkan perusahaan ini sekarang adalah tenaga untuk bersih-bersih, bukan staft kantor apalagi bawahan ku secara langsung. Lagipula aku sama sekali belum bertemu dengan wanita itu apalagi melihat kemampuannya dalam bekerja," tolaknya.
Opa Mahes berusaha membujuk. "Kenapa tidak dicoba dulu, siapa tahu dia bisa diandalkan."
"Opa, mengapa kau memaksa sekali. Memangnya siapa dia, apa kita pernah berhutang budi dengannya?" tanya Putera heran.
"Opa berhutang budi dengannya karena telah membantu Opa hari ini dan Opa juga telah meyakinkan wanita itu kalau ia pasti akan diterima bekerja disini," balas Opa Wijaya.
"Salah sendiri menyakinkan orang sampai segitunya," ucap Putera.
Opa berusaha membujuk kembali. "Putera cucuku yang tampan, coba kamu pikirkan baik-baik. Seandainya wanita itu tahu Opa adalah pemilik perusahaan ini, bagaimana reaksinya nanti. Dia pasti kecewa, karena berpikir kita tidak bisa membalas budi kepada sesesorang yang telah membantu keluarga Mahesa."
Putera menghela nafas, walau dia sebenarnya tidak peduli dengan hal tersebut. Akan tetapi melihat sang Opa telah memohon membuat dirinya tidak berdaya.
"Ya sudah, baiklah Opa. Dia akan ku jadikan anak buahku langsung, tapi dia harus masuk masa pelatihan selama 3 bulan. Jika hasilnya tidak memuaskan, maka jangan salahkan aku menjadikan dia sebagai tukang bersih-bersih." ujar Putera mengalah.
Opa Mahesa nampak senang. "Bagus, ya sudah Opa setuju."
Putera memutar bola matanya malas jika menghadapi permintaan sang Kakek yang menurutnya suka aneh-aneh. Akan tetapi dia tidak mempermasalahkan hal tersebut asal jangan satu hal. Yaitu memintanya untuk menikah.
Sedangkan Opa Mahes begitu banyak berharap akan rencananya ini dapat membuahkan hasil positif, agar cucunya itu bisa dekat dengan seorang perempuan dan syukur-syukur bisa menumbuhkan benih-benih cinta untuk cucunya.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
neng ade
aku hadir disini thor .. penasaran akan alur cerita nya ..
2024-02-28
1
auliasiamatir
ahh opa mahes , ada udang di balik bakwan.🤣 udah aku subscribe kak
2023-01-07
1
Maya●●●
opa mahes punya niat terselubung nih😁
2022-12-06
1