Kantor Polisi.
Setibanya di kantor polisi, Lovely segera memberi penjelasan kronologi kejadian dari awal hingga akhir kepada petugas kepolisian. Ia menjelaskan jika Putera datang membantu dirinya dari tangan-tangan orang jahat dan meminta para petugas untuk melepaskan Putera karena ia tidak bersalah sama sekali.
Namun banyaknya fasilitas umum yang telah dirusak, akibat perkelahian tadi serta menimbulkan kerumunan yang menyebabkan terganggunya ketertiban umum.
Mengharuskan petugas kepolisian menjalankan prosedur peraturan yang berlaku, dengan melakukan tindakan tegas untuk menahan Putera sementara waktu. Sampai ada orang dari pihak Putera sendiri yang datang untuk memberikan jaminan beserta denda agar dirinya dapat dibebaskan.
Sementara itu Putera ingin menelepon seseorang untuk membayar semua ganti rugi akibat perkelahian dengan berandalan tadi.
Namun ia tidak bisa menggapai ponselnya yang berada di dalam saku celana, karena kedua tangannya itu tidak leluasa bergerak. Akibat borgol yang melingkar cantik di kedua pergelangan tangannya.
Kemudian Putera mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari telepon kantor yang menganggur, untuk di pinjam sebentar olehnya agar bisa menghubungi seseorang.
Akan tetapi, sibuknya ruangan tersebut. Membuat ia mengurungkan niatnya. Lalu Putera melihat Lovely telah selesai memberikan laporan, dia pun segera memanggil Lovely agar mendekat ke arahnya.
"Hei! ... Ppsstt! ... Hei!" panggil Putera tanpa menyebut nama.
"Bapak memanggilku?" tanya Lovely celingukan sambil menunjuk dirinya.
Putera mengangguk. "Iya siapa lagi kalau bukan dirimu," balasnya.
Lovely menghampiri Putera yang masih berada di dalam sel tahanan. "Iya ada apa Pak, apa kau membutuhkan sesuatu?" tanyanya.
"Tolong ambilkan ponselku di dalam sini," pinta Putera.
"Dimana?" tanya Lovely.
"Di dalam saku celanaku," balas Putera malu-malu.
Lovely mengerti, namun dirinya juga sedikit takut. Apalagi mengambil ponsel yang letaknya cukup dekat dengan area sensitif seorang pria. Menjadikan dirinya mengulurkan tangan dengan kondisi ragu-ragu.
"Tidak apa, ambil saja."
"Baiklah," balas Lovely.
Lalu mereka mendekatkan diri dan saling berhadapan-hadapan, walau terhalang oleh jeruji besi. Namun aroma tubuh mereka masih dapat tercium oleh indera penciuman, karena jarak keduanya yang begitu dekat.
"Maaf, tapi bisa kah Bapak berputar," ucap Lovely.
Putera mengangguk mengerti, lalu memutar tubuhnya membelakangi agar memudahkan Lovely merogoh benda pipih di dalam saku celananya.
"Maaf," ijin Lovely saat tangan kanannya mulai merangsek masuk ke dalam saku celana.
"Tidak apa," balas Putera.
Dirinya begitu berdebar, ketika merasakan sentuhan tangan lembut dari seorang gadis muda saat menyentuh daerah pangkal pahaanya.
Dan seketika itu pula bulu kuduk Putera mulai berdiri sendiri, seperti merasakan suatu sengatan aneh, yang tidak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.
"Ya lebih dalam lagi," gumamnya aneh.
"Apa?" tanya Lovely bingung.
"Maksudku, ponselku sedikit ada di dalam saku." balas Putera dengan debarannya yang sudah menggila.
"Oh, baiklah." Lovely memperdalam rogohan tangannya, membuat Putera tersentak kaget ketika ujung batang itunya nyaris saja tersentuh.
"Siall! Hampir saja," debarnya.
Tidak ada bedanya dengan Putera, Lovely pun merasakan hal yang sama. Dirinya begitu berdebar tidak karuan, ketika tangannya begitu lancang sekali, main masuk begitu saja ke dalam kantong celana, walau dirinya telah mendapatkan ijin dari sang pemilk.
Sesuatu hal yang baru pertama kali dirasakan oleh Lovely, terlebih bagi Putera sendiri.
Walaupun kejadian tersebut cukuplah singkat, namun debaran gila akibat sengatan mendadak, begitu kental sekali terasa dan membekas lekat pada diri mereka masing-masing.
...***...
Beberapa saat kemudian, setelah di hubungi melalui ponselnya, Opa Mahesa dan Martin telah tiba di kantor polisi untuk menjemput Putera.
Dirinya langsung bebas bersyarat setelah melakukan pembayaran denda ganti rugi terhadap beberapa kerusakan fasilitas umum, sekaligus menandatanginya surat perjanjian tidak akan mengulangi kembali perbuatan merugikannya itu dilain waktu.
Serta hukuman untuk melakukan pelayanan masyarakat, dengan membantu warga sekitar di daerah kawasan terjadinya kejadian perkara selama satu minggu.
Terutama membantu toko-toko yang merasa dirugikan akibat perkelahian seru, termasuk toko bunga Lovely sendiri.
"Aku sudah membayar denda ganti rugi atas barang-barang yang telah aku rusak selama berkelahi. Lalu kenapa kalian memintaku untuk memberikan pelayanan masyarakat kepada warga sekitar hah?" ucap Putera merasa keberatan.
"Apa kau seorang warga negara indonesia yang baik dan bertanggung jawab, hem?" tanya seorang petugas.
"Tentu saja," balas Putera.
"Kalau begitu turuti semua perintah ini!" titah pak petugas tidak mau tahu.
Putera merasa kesal, karena baginya melakukan pelayanan masyarakat merupakan hal rendah bagi dirinya sendiri.
Mau ditaruh dimana wajah tampanku ini!!! Begitulah kira-kira kemelut yang tengah berkecamuk di dalam diri Putera.
Pria itu lantas membayangkan dirinya tengah menyapu jalanan, memunguti sampah serta berpanas-panasan ria di bawah terik matahari bersama para preman yang lain.
"Sial!!" umpatnya sekali lagi sembari berkacak pinggang.
"Jika kau menolak kewajiban ini, maka jangan salahkan kami menambah masa hukumanmu itu dari seminggu menjadi satu bulan!" tegas Pak petugas.
"Ukh!" umpat kesal Putera sembari meninju udara disekitarnya. Nasib malang sekali, membantu orang malah ketiban sialnya.
Hal tersebut ternyata disambut baik oleh Opa Mahesa, karena dalam waktu seminggu ini. Putera cucunya itu, akan terus berdekatan dengan Lovely karena harus mengemban tanggung jawab akan perbuatannya.
Pria lanjut usia itu berharap akan ada perubahan pada diri Putera sendiri dan tanggapan buruknya mengenai wanita akan segera sirna.
...----------------...
Kediaman Leo.
Pak Marsan lari terseok-seok, saat petugas polisi tengah memburu dirinya. Keahlian melarikan diri serta kebiasaannya menghindar dari para pengejar hutang. Membuat pria itu dapat lolos begitu mudahnya dari kejaran polisi.
Ia masuk ke dalam kediaman Leo, dimana pria lintah darah itu memang sedang menunggu dirinya membawa Lovely.
Leo begitu marah ketika mengetahui kenyataan yang ada, bahwa orang dihadapannya itu telah gagal menjalankan perintah dan kini menjadi daftar pencarian orang alias buronan polisi.
Dan bukan hanya itu saja, karena kegagalan Pak Marsan, anak buahnya kini mendekam di dalam penjara. Bahkan namanya juga jadi ikut tercoreng di ranah kepolisian setempat, karena para anak buahnya itu telah membocorkan identitas dirinya.
"Berani sekali, kau telah gagal tapi masih berani menunjukkan mukamu kemari!" bentak Leo.
"Maaf Nak Leo, Paman sebenarnya telah berhasil membawa Lovely. Tapi rencana itu gagal karena ada orang yang ikut campur dan menghalangi rencana kita," balas Pak Marsan masih mengatur nafasnya.
"Siapa yang telah berani melawan Leo Sanjaya!" geramnya.
"Tidak tahu Nak Leo, sepertinya bukan warga sekitar," balas Pak Marsan sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit dan benjol.
"Cari tahu orang telah berani menggagalkan keinginanku itu, aku juga ingin dia diseret kesini!" titah Leo kepada anak buahnya.
Lalu ia menatap Pak Marsan. "Dan kau Paman, jangan lupa akan kesepakatan kita kemarin. Aku ingin putrimu itu dibawa kehadapanku bagaimanapun caranya. Karena kalau tidak, jangan salahkan aku mematahkan kedua tangan dan kakimu itu!" sentak Leo lengkap dengan tatapan bengisnya.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
neng ade
Leo salah kalau cari lawan dengan Putra .. semoga Leo dan anak buah nya serta Masan dapat cepat tertangkap juga
2024-02-29
0
Maya●●●
apakah ada yang bangun😆😆
2023-01-09
1
Maya●●●
whattt🤣
2023-01-09
1