SEMENTARA DI RUMAH KEDIAMAN TUAN KENSHIN.
Saat itu jam menunjukan pukul 20:00 am. Rio tampak merebahkan tubuhnya di atas sprimbed, Seperti biasa, dia selalu mengerjakan runitinasnya di kantor selama kurang lebih 8 jam. Sedikit melelahkan dan membosankan tentunya. Sehari tanpa Bunga ia lewati, mungkin itu sangat berat. Bahkan, perasaan ini baru ia rasakan pada perempuan itu.
Rio beranjak dari Sprimbednya lalu merapikan baju serta mengambil sebuah arloji bermerk di atas nakas dan memasangkannya di pergelangan tangan. Sejenak ia pandangi lagi sprimbed yang berada disampingnya. Lalu terdiam perih, Bunga sudah terbiasa duduk di situ, sekarang, yang ada hanyalah kekosongan.
Rio kini di hampiri dengan berbagai masa-masa indah bersama Bunga. Tapi, rasa amarah, telah menghancurkannya dalam sesaat. Rio benci harus menanggung rindu di dalam dadanya, pedih, namun kerasnya hati, tidak bisa ia lunakkan sendiri.
TOK
TOK
Pintu kamarnya terketuk.
"Siapa?" Tanyanya datar.
"Ini Aku, Via." Jawab Via dari luar pintu.
Rio mematung beberapa detik.
"Apa yang Via inginkan, Apakah dia tidak tahu bahwa saat ini Aku sedang kesal?"
Ucapnya lirih, yang mungkin terdengar di telinganya sendiri. Rio melangkah membukakan pintu. Dia tak berbicara, hanya memandangi Via dengan tatapan dingin seperti menusuk. Via berusaha memalingkan wajahnya ke lain arah, sebenarnya dia pun sangat takut jika ekspresi sanggar itu tiba-tiba muncul di wajah tampan Rio.
"Ibumu sedang menunggumu untuk makan malam."
"Katakan padanya Aku tak ingin makan!"
"Tapi--"
"Ku rasa itu sudah jelas!" Jawab Rio tegas. Membuat jantung Via berdetak lebih kencang.
"Rio, Aku paham, suasana hatimu sedang tidak baik sekarang, paling tidaknya kamu turun saja untuk menghargai permintaan ibumu."
"Aku tidak suka diatur, jika Aku bilang tidak ya tidak!"
BRUK!
Rio langsung membanting pintu kamarnya. Via pun terlonjak kaget serta mengelus dadanya pelan.
"Dasar manusia keras kepala, Kamu pikir Aku akan menyerah?"
Via berkata pelan, sambil mengkernyitkan dahinya kecil. Setelah itu diapun melangkah pergi.
Di ruang makan.
Semua anggota keluarga Kenshin tampak berkumpul rapi, posisi mereka menghadap kepada meja makan, semuanya sedang menikmati acara makan malam bersama keluarga Tuan Hikosi. Karena besok adalah pernikahan Briyan dan Via. Jamuan ini hanya pesta kecil menurut mereka.
Via berjalan dengan langkah yang menampakan kekecewaan karena ia tidak berhasil membujuk Rio untuk turun.
"Bagaimana? Apa Rio bersedia?" tanya Ny. Kazumi penuh harap.
"Tidak." Jawab Via singkat sambil menggeleng.
Beberapa orang terdiam, mereka sudah tahu jawabannya, Rio itu memang si kepala batu yang pemarah. Briyan tersenyum tipis melihat ekspresi di wajah Via, Briyan tahu bahwa Via belum sepenuhnya melupakan Rio.
"Ya sudah biarkan saja jika begitu." Jawab Ny. kazumi akhirnya, nadanya seperti menyerah.
15 menit kemudian.
Rio tampak berjalan melewati mereka. Tak ada yang berani menatapnya secara fokus, mereka hanya sedikit mencuri-curi pandang. Entah mengapa karena sikap kakunya itu, orang-orang begitu segan padanya.
"Rio."
Panggil Tuan Kenshin memberanikan diri. Rio hanya menoleh serta menghentikan langkah kakinya.
"Mau kemana?"
"Aku ingin pergi ke apartemennya Benikno."
"Apakah kamu tidak ingin menikmati makan malam bersama kami?"
"Maafkan Aku, tapi sepertinya Aku tak bisa."
Jawab Rio pelan, sambil membungkukkan badan, sebagai permintaan maafnya. Tuan Kenshin mengangguk.
"Paman Hikosi Aku juga minta maaf, karena tidak bisa menemani Anda menyantap hidangan pada malam hari ini."
Rio membungkukkan badannya lagi untuk meminta maaf pada Tuan Hikosi.
Lelaki separuh baya itu tersenyum menanggapi permintaan maaf Rio padanya dan ia berkata.
"Tidak masalah Rio."
Rio balas tersenyum tipis, setelah itu berlalu dari hadapan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments