Bab. 14. Jangan Main-main

Keadaan menghening sejenak. Briyan menekan tombol otomatis untuk mengunci seluruh pintu mobil. Semakin besar rasa kepanikan Bunga.

"Briyan, apa yang kamu lakukan? Kamu tidak akan berbuat macam-macam terhadapku kan?" Bunga mengintrogasi dengan pertanyaan menekan.

"Diamlah! Aku hanya kesal padamu, Aku benci perempuan yang sok jual mahal!" Bentaknya tinggi.

"Kamu terus saja mengancamku seperti ini!"

"Tanyakan sendiri pada hatimu, tak perlu kujelaskan. Sebenarnya Aku sangat benci pemaksaan." Jawab Briyan tegas.

"Aku masih tak mengerti maksudmu."

Ketakutan Bunga perlahan-lahan menghilang. Hanya jantungnya saja yang sejak tadi berdegup kencang. Bunga melirik tas dan segera mengambil ponselnya namun, Briyan secepat mungkin merampasnya.

"Briyan!"

"Tutup mulutmu, sudah ku bilang Aku benci pemaksaan!"

Briyan tersenyum sinis, menonaktifkan ponsel Bunga, lalu beranjak dari posisinya. Dia bangun mendekati Bunga dan duduk di samping perempuan itu.

"Briyan, apa kamu sudah gila, Aku adalah isteri saudaramu. Jika saja dia tahu apa yang telah kamu lakukan terhadapku, dia tidak akan memaafkanmu Briyan."

"Kamu benar, dia tidak akan memaafkanku. Lalu selanjutnya siapa yang bisa ia percaya? kamu atau Aku?"

Briyan masih menampakkan senyum sinisnya. Dia memandangi perempuan itu dengan seksama. Ada gejolak jiwa yang tak bisa ia tahan.

'Aku tidak tahu dengan apa aku harus menyatakan perasaan sukaku ini, tapi Aku sadar kamu adalah milik saudaraku. Entah mengapa perasaan ini begitu singkatnya, tumbuh, bahkan memilihmu untuk tinggal di dalam hatiku.' Batin Briyan berkata.

Pandangan matanya tajam, masih tetap seperti mengawasi. Bunga balik menatap tajam kearah Briyan. Perasaannya bercampur aduk. Tiba-tiba saja pria itu mencekal kedua pergelangan tangannya.

"Briyan! Menjauh dariku!"

Bentak Bunga keras, ia berusaha memberontak genggaman tangan Briyan. Namun tenaga Briyan sangat kuat tanpa ia sadari mata indahnya berkaca-kaca.

Bunga sangat takut, takut terjadi sesuatu yang tak pernah ia bayangkan. Sejak tadi tubuhnya bergetar. Sementara Wajah manis Briyan semakin mendekat. Ya, dia akui Briyan pun memiliki seraut wajah yang tampan, namun ketampanan itu membuat diri seorang Bunga merasa jijik. Tentu saja, jijik karena Briyan sudah berani melecehkannya seperti ini.

Hembusan nafas Briyan terasa hangat. Bunga membuang muka ke lain arah. Tapi sialnya lelaki itu tak bergeming, dia semakin membuat perasaan Bunga ketakutan. Dengan liarnya Briyan menggeser tubuh Bunga hingga benar-benar merapat ke dinding mobil.

"B-Briyan tolong menjauhlah, jika tidak Aku akan berteriak sekeras mungkin!"

"Berteriaklah sepuasnya karena tidak akan ada orang yang lewat. Kakak ipar harus tahu tempat ini sepi!"

"Toloooooong!" Teriak Bunga kencang.

Briyan hanya tertawa, dia tak perduli. Briyan langsung saja mengecup bibir itu dengan ganasnya. Bunga memberontak berkali-kali, Briyan tetap melakukan aksinya tanpa ampun. Bunga menangis sejadi-jadinya, dia berhadap ada keajaiban yang datang. Dia butuh bantuan! Bunga menangis, air matanya menetes amat deras ketika Briyan mulai menciumi leher putih miliknya. Persendiannya seolah-olah melemah, tenaganya sudah hampir habis karena penolakan yang terus Bunga lakukan.

"Briyan Kamu brengsek. Aku tidak akan memaafkan kamu Briyan, sekalipun kamu berlutut di kakiku! Lepaskan Aku brengsek, lepaskan!"

"Nikmati saja ciumanku, kamu akan senang. Aku akan memberikan kehangatan yang lebih dari Rio." Jawabnya pelan di tengah-tengah ciuman itu.

"Tidak, lepaskan Aku!" Teriak Bunga lagi.

Briyan tetap mengganas, bahkan dia bertindak nekat untuk melepas baju atasan yang di kenakan Bunga. Briyan kembali mengecupi bibir Bunga dengan sangat liar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!