Bab. 19. Hamil?

"Bunga apa kamu baik-baik saja?" tanya Reza panik.

"Aku baik-baik saja, Aku hanya sedikit mual, boleh Aku pinjam toiletmu?"

"Pergilah toiletnya ada di kamar."

Bungapun bergegas menuju toilet. Reza masih memandanginya heran dan panik.

Uuee!

Terdengar suara Bunga yang sedang muntah-muntah. Reza langsung beranjak bangun dari tempat duduknya hendak mendatangi Bunga. Dia tidak mengunci pintu kamar mandi itu, sehingga memudahkan Reza untuk masuk.

"Apa terjadi?"

Bunga tak menjawab, dia masih konsentrasi pada perutnya yang terasa seperti teraduk-aduk. Meski sudah berusaha dikeluarkan namun tak ada satu pun yang keluar. Karena dirasa nya cukup, Bunga kemudian menyenderkan kepalanya pada dinding. Wajahnya pucat serta berkeringat. Reza tak tega melihat keadaan Bunga seperti itu.

"Apakah mualnya sudah lumayan? Aku akan mengantarmu ke kamar."

"Tidak perlu, Aku bisa jalan sendiri." Jawabnya lesu.

Reza menyadari bahwa dia hanyalah seorang teman, tidak lebih "bagai pungguk merindukan bulan" itulah pepatah yang cocok untuk mengibaratkan perasaan Reza.

Perlahan Bunga berjalan sambil memegangi perutnya. Reza mengikutinya saja dari belakang. Perempuan itu melangkah mendekati sprimbed.

"Bagaimana? Apakah masih sakit?"

Bunga menggeleng.

"Katakan saja jika masih sakit, Aku akan membawamu ke rumah sakit." Reza duduk di sampingnya.

"Tidak perlu repot-repot."

"Apakah penyebabnya karena Mie Ramenku? Seharusnya Aku tidak membuatnya tadi."

"Tidak, biasanya tidak seperti ini, entahlah akhir-akhir ini, setiap pagi kepalaku selalu pusing dan setahuku Aku juga tidak memiliki riwayat maag." Bunga menjelaskan.

"Apa jangan-jangan kamu hamil?"

"Hamil? Haha." Bunga langsung tertawa geli.

"Kamu bicara apa."

"Mungkin saja. Biasanya itu adalah gejala awal kehamilan, dan rata-rata seluruh wanita hamil pasti mengalami gejala seperti yang kamu alami."

"Penjelasan mu sungguh detail sekali, apa jangan-jangan kamu sudah pengalaman?"

Reza terdiam. Yang di katakan Bunga itu tidak salah, Angel mantan isterinya pun sewaktu mengandung Tasya memang begitu.

"Maaf, jika perkataanku menyinggungmu."

"Aku tidak tersinggung, Aku hanya khawatir jika sakitmu bertambah parah, perutmu pasti kosong, kamu ingin makan apa? Biar Aku belikan?"

"Aku tidak ingin makan apa-apa, Aku hanya ingin istirahat."

"Baiklah."

Reza menawarinya dengan penuh perhatian dan Bunga hanya mengangguk. Setelah itu Rezapun pergi meninggalkannya.

KEESOKAN HARINYA.

Matahari masuk melewati celah-celah tipis yang ada di atas jendela kacapintu apartemen itu. Bunga mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak, dia merasakan sedikit pusing. Perlahan ia bangun mengerisut dari sprimbed menuju ke toilet untuk membersihkan dirinya. Jam dinding menunjukkan pukul 06:00. Bunga sudah selesai berdandan.

Dia langsung menuju ke dapur, dilihatnya Reza tengah sibuk dengan rutinitasnya. Bunga jadi merasa tak enak hati, pria itu benar-benar melayaninya, padahal statusnya hanya teman. Memang sih sewaktu SMA mereka sudah terbilang dekat, namun keadaan sekarang telah berubah. Mereka bukan lagi anak SMA.

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanya Bunga pelan. Lelaki bertubuh tinggi itu tersenyum lalu menoleh.

"Kamu duduk saja, Aku sudah terbiasa membuat sarapan sendiri," Jawabnya lembut. Bunga menurut saja, dia duduk di sebuah kursi.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah perutmu masih mual? Aku bisa mengantarmu kerumah sakit."

"Tidak perlu, nanti lama-lama juga akan membaik sendiri."

"Baiklah, ini sarapan dulu, setelah itu ikut Aku mau tidak?"

Reza berjalan mendekati Bunga sambil meletakkan sepiring roti berselai keju. Bunga hanya mengangguk dan mereka langsung sarapan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!