Keesokan harinya.
Bunga bangun lebih awal, dia langsung menuju ke dapur.
"Good morning bi." Sapanya penuh semangat.
"Eh pagi Non, udah cantik aja pagi-pagi begini Non."
"Iya Bi, pengantin barukan harusnya begitu, pas suami cium langsung nempel deh bibirnya."
"Wah bahasa Non sekarang sudah lebih hot's ya. Hehe." Tawa Bi inah memecah keheningan pagi itu.
"Harus itu Bi, Bunga bukan lagi anak ingusan seperti dulu."
Posisi Bunga semakin dekat dengan asisten di rumahnya itu.
"Mama sudah bangun Bi?"
Tanya Bunga mencoba mengalihkan pembicaraan, dia takut topiknya menjurus ke dalem-dalem. Wew, bisa berabe deh.
"Kenapa tanyain Mama? Rindu ya? Kan sudah ada pengganti Mama."
"Eh, Mama apaan sih."
Wajah Bunga seketika memerah.
"Beda bangetlah pastinya ma." Bunga berjalan mendekati Tia, serta memeluknya.
"Ngak sama gimana? Malahan lebih enak sama Riokan. Ngak cuma hanya sekedar pelukan tapi--"
Tia terkekeh mengguraui anak semata wayangnya.
"Ah Mama, ikutan mesum." Bunga manyun.
"Apanya sih yang mesum? Itu hal yang sudah lumrah loh, ngak ada yang bisa mempungkiri. Semua orang normal jika menikah memang harus begitu." Bantah Tia pelan.
"Iya Non, betul kata nyonya. Bibi saja, pengen kembali ke masa lalu lagi Non. Tapi ya lagi-lagi itu hanya kenangan, lagian suami bibi juga sudah lama pergi menghadap sang Kuasa."
Bi Inah tiba-tiba curahin isi hati, di sampul sedikit senyuman.
"Ya sudah Bi, tidak usah sedih, Bibikan bisa menikah, kalau mau." Bunga memberi saran.
"Ngak deh Non, Bibikan orangnya setia. Lagian ni ya Non, siapa juga yang mau sama Bibi."
"Loh kok gitu Bi, ngak usah merendah dirilah Bi, Bibi masih cantik kok. Iyakan Ma." Tanya Bunga menoleh kewajah muda milik Tia.
"Iya, betul."
"Tukan Bi, betulan Bunga ngak salah."
"Iya, Non Bunga memang ngak salah, Bibi cantik tapi Bibi mandul Non."
"Mandul?"
"Iya Non, selama 20 tahun Bibi menikah namun tidak di karuniai anak, Bibi suruh suami menikah lagi tapi beliau tidak mau sampai meninggal."
"Oh gitu, Maafin Bunga ya Bi kalau sudah mengingatkan ke masa lalunya Bibi."
"Bibi malahan senang bisa berbagi cerita." Jawab Bi inah merasa senang.
Bunga dan Tia hanya tersenyum, setelah itu mereka duduk di meja makan.
"Rio mana?"
"Tadi sudah Bunga bangunin sih, lagi mandi kali." Bunga menjawab pelan.
"kamu bahagia sajakan menikah sama Rio?"
"Sedikit."
"Kok sedikit sih."
Tia mengkerutkan kening karena heran. Selama ini dia sudah sangat senang, karena Bunga menikah dengan seorang lelaki yang 99% mirip Satria.
"Soalnya kan Bunga baru beberapa hari kenal sama dia, lagian kita juga ngak pakai acara pacaran. Jadinya pelan-pelan deh."
"Rencananya kalian mau honey moon ke mana?"
"Ngak tahu mah Rio." Jawab Bunga sambil menuangkan teh ke dalam gelas.
Tiba-tiba yang di omongin datang. Tia pun menyapa menantu satu-satunya itu.
"Eh, panjang umur. Di omongin langsung muncul, ayo Rio sarapan dulu." Ujar Tia pelan.
Rio langsung tersenyum sambil menggeser kursi makan dihadapannya. Sementara Bunga meliriknya pelan.
"Kamu ingin makan apa? Akan kuambilkan." Bunga segera meraih sebuah piring.
"Cukup nasi goreng dan segelas susu."
"Baiklah."
"Bagaimana menantuku, apa kau menikmati hari-harimu selama di Indonesia?"
"Tentu saja Mam." Rio menjawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments