"Ehem."
Rio berdehem keras, ketika langkahnya sudah dekat. Bunga yang mendengar suara itu, spontan menurunkan tangannya dari pergelangan tangan Reza. Lelaki itu kini menghela nafasnya sejenak.
"Apa kamu menikmati free workmu Reza?"
Tanyanya pada Reza yang waktu itu tengah terpaku menatap kehadiran atasannya.
Reza menunduk, memberinya hormat.
"Ya, Pak!" Jawabnya tegas.
Rio cuma tersenyum. "Oke, nikmatilah masa free mu."
Rio langsung menarik tangan Bunga dan membawanya pergi menjauh dari eza yang masih berdiri tanpan ekspresi itu. Hati Reza terasa sakit. Dia bersumpah akan merebut Bunga kembali, dia tidak perduli dengan siapa dia berhadapan.
Langkah Rio terlalu terburu-buru, sehingga membuat Bunga sulit mengimbanginya.
"Rio apa yang kamu lakukan, tanganku sakit Rio!" Bunga memberontak.
Namun sepertinya lelaki itu mulai beringas, dia hanya tidak akan rela, siapapun mendekati orang yang telah menjadi miliknya. Rio masih tak memperdulikan renggekan dari isterinya itu.
"Benikno Kamu tunggu di sini. Aku akan segera kembali!" Ujar Rio pada asistennya.
"Baik Tuan." Benikno menjawab.
Rio melangkah lagi di ikuti Bunga, mereka hanya mengambil waktu 1 menit saja untuk sampai di kamar hotel.
Braakk!
Terdengar pintu di banting. Emosi Rio memuncak.
"Siapa Lelaki itu Bunga, apakah dia memiliki hubungan denganmu?" Tanyanya kasar.
Suara Rio terdengar bergetar sembari mendorong tubuh Bunga ke atas tempat tidur. Bunga tersentak, sebegitu kasarnya Rio.
"Dia hanya teman sewaktu SMA."
Bunga menjawab dengan nada yang pelan.
Dia menduga bahwa Rio sepertinya marah, pelan-pelan dia tarik nafasnya dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang dengan reaksi lelaki di hadapannya. Walaupun sebenarnya tubuhnya bergetar karena ketakutan.
"Hanya teman? Tapi bisa semesra itu. Kamu jangan coba membodohiku!" Bantah Rio kesal.
"Kok kayaknya kamu kelihatan khawatir banget ya." Bunga memberanikan diri untuk membela.
"Tentu saja, karena kamu adalah isteriku dan Aku tidak mau ada gosip apapun tentang kita."
Rio menjawab sambil memegangi dagu Bunga dengan jari-jarinya yang kekar, untuk ia perhatikan dengan teliti.
Tentu saja perasaan Bunga menjadi semakin ketakutan, jantungnya sejak tadi berdegup sangat kencang dan tak beraturan. Dadanya sesak, lelaki itu semakin membuat tubuh Bunga menggigil, wajah Rio kini semakin dekat. Bunga bisa merasakan hangatan hembusan nafas Rio.
Rio masih menatap wajah Bunga. Dan kemudian dia berkata. "Apa Aku perlu memberimu hukuman?"
"Apa maksudmu Ri--"
Belum sempat Bunga meneruskan kata-katanya, Rio sudah membungkamnya dengan ******* kasar. Itu bukan ciuman melainkan gigitan kesal. Rio melepaskannya dan melihat ada setetes darah di bibir Bunga.
"Apa kau mau Aku melakukannya lebih dari itu? Sudah ku bilang jangan bermain di belakangku! Sekarang Aku memberimu waktu lima menit untuk mengemasi semua barang-barang kita."
Bunga tak menjawab, tak juga menatap wajah Rio yang berada tepat dihadapannya. Dia tak begitu perduli akan lelaki itu. Dengan wajah yang masih sedikit kesal, Bunga bangkit dari tempat tidur mengambil semua barang miliknya serta Rio.
Sementara Rio hanya memperhatikan gerak-geriknya saja.
Sejujurnya perasaan Rio gugup, selama bertahun-tahun dia hidup di muka bumi, akan tetapi Rio belum pernah merasakan sesuatu yang berbeda. Apakah dia mulai jatuh cinta. Kenapa begitu cepat? Bisakah perasaan aneh ini di namakan cinta? Entahlah, biarkan waktu yang menjawab.
"Aku sudah menyelesaikannya." Ucap Bunga datar, ketika dia rasa apa yang di perintah Rio telah ia kerjakan tepat waktu.
"Tunggu di sini, Aku akan memanggil Benikno."
Rio langsung memutar langkahnya dan keluar dari kamar hotel. Bunga bisa sedikit bernafas lega sekarang. Ia memegangi bibirnya pelan merasakan perihnya sedikit.
Ceklek!
Terdengar pintu dibuka, muncullah wajah Rio berserta Asisten pribadinya, buru-buru lelaki setengah baya itu, membawa barang yang sudah Bunga rapikan. Kini tangan Rio beralih menggandeng pergelangan tangan Bunga. Hati Bunga berdesir hebat. Ada perasaan bahagia, meski Bunga sadar Rio bukanlah Satria miliknya, tapi sekali lagi, Bunga merasakan ketenangan yang tak bisa di ungkap lewat kata-kata.
"Bukankah kamu rindu rumahmu?" Tanya Rio tiba-tiba. Bunga kini menatapnya.
"Tentu saja Aku merindukan rumah dan yang paling sangat Aku rindui adalah Mamaku."
"Aku akan membawamu ke jepang jadi untuk 2 hari ini, puaskan kerinduanmu pada Mamamu itu, bila perlu tidurlah di dalam pelukan Mamamu, Aku akan merelakanmu. Tapi ingat setelah kita di jepang, tugasmu adalah memelukku sepanjang malam." Jelas Rio panjang lebar wajahnya masih tanpa ekspresi.
'Dasar kau lelaki mesum, kita baru saja kenal, tapi dia sudah meminta yang menurutku terlalu berlebihan, Cintakan belum datang. Kenapa permintaannya seperti bayi yang baru lahir saja sih.' Bunga masih disibukan dengan pemikirannya.
"Kenapa diam, Apa yang sedang kamu pikirkan?" Ucap Rio datar, menyadarkan lamunan singkat Bunga.
"Tidak! A-Aku tidak memikirkan apapun." Jawab Bunga tergugup.
"Lalu? Kenapa kau terlihat gugup. Kau setuju sajakan dengan apa yang kuperintahkan. Ya tentu saja kau harus patuh terhadapku, kau tak boleh membantahku." Tutur Rio menegas.
"Aku akan berusaha untuk tidak keras kepala dan membantahmu."
"Itulah yang ku mau."
Mereka sekarang ada di halaman hotel, Benikno segera membukakan pintu mobil untuk tuan muda dan nona barunya itu. Kini, mobil melaju di jalanan aspal, suasananya lebih segar, angin berhembus sangat pelan, lembut.
Pandangan Bunga menatap keluar jendela, sehingga menampakan jejeran-jejeran gedung pencakar langit. Kota ini sudah begitu berkembang pesat.
Bayangan tentang Papanya yang telah lama meninggal seolah datang menyapa.
'Pa, Bunga sudah menikah sekarang, bagaimana keadaan papa di sana, Bunga selalu berdoa buat papa, biar papa tenang di sana, salam sayang dari bunga untuk papa, jangan lupa sampaikan rindu Bunga pada Satria.' Batinnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments