Bab. 11. Malam Pertama Mereka

Bunga terkejut, hatinya bertambah sakit, hingga airmata nya menetes lagi. Selama bertahun-tahun ia hidup bersama ibunya, mana pernah dia di bentak, bahkan sampai membuatnya menangis seperti ini.

Di luar sana, Rio berjalan dengan perasaan tak menentu. Entahlah apa yang ada dipikirannya. Sekarang Rio sudah berada di meja makan.

"Rio mana isterimu, Apa kamu sudah menyuruhnya menggunakan pakaian yang layak?"

Tanya Ny. Kazumi halus, setelah Rio mengambil posisi untuk duduk.

"Tidak, Aku menyuruhnya untuk tetap di kamar." Jawab Rio pelan.

Suasana menghening sesaat.

Hati mereka berkata sesuai jalan pikiran mereka sendiri. Apa lagi Via, dia tersenyum penuh kemenangan sekarang, tentu saja mulut pedas dari Ny. kazumi akan membuat Bunga kepanasan.

'Ah, ternyata tidak begitu sulit untuk menyingkirkanmu Bunga, Kamu akan menderita di sini. Nyonya Kazumi pasti akan menyiksamu sangat kejam.' Batin Via dalam hati sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Ehem, Baiklah lupakan apa yang telah terjadi, Aku akan berusaha mengajari menantu bodoh itu. Ayo silahkan di nikmati jamuannya Tuan Hisoka." Ucap Ny. Kazumi sembari menundukan wajah termahalnya.

"Ya, terima kasih Ny. Kazumi." Jawab Tuan Hisoka tersenyum.

"Sama-sama."

"Briyan, kenapa sejak tadi wajahmu murung? Apa kau tidak memiliki selera untuk makan?"

Tanya Tuan Hisoka kepada calon menantunya tiba-tiba, karena dilihatnya Briyan duduk dengan ekspresi sedih.

Briyan langsung tersenyum.

"Tidak Paman, Aku hanya merasa sedikit tidak enak badan, dan memang akhir-akhir ini, selera makanku agak menurun, sepertinya Aku harus memeriksakan diri ke dokter." Jawab Briyan datar.

Briyan memang tak memiliki selera makan, setelah mendengar keputusan Ny. Kazumi tentang perjodohannya dengan si mata sipit Via. Dia mengakui bahwa sebenarnya Briyan tak menyukai Via. Menurut Briyan itu adalah keputusan yang sangat sial, dia benci namanya perjodohan. Kenapa Ny. Kazumi tidak memberikannya kebebasan untuk menikahi wanita yang dia inginkan. Dia juga merasa iri, Rio terlalu di sanjung-sanjung dan di izinkan menikah dengan gadis yang Rio pilih sendiri.

"Ya, Kamu harus segera periksa ke dokter Briyan, Dokter bisa memberimu Vitamin. Aku tak ingin sakitmu bertambah parah." Sambung Via penuh perhatiaan. Gadis itu tersenyum sinis.

"Baik Vi, akan kulakukan seperti saran mu." Briyan menjawab.

Keadaan sunyi dari pembicaraan, yang terdengar hanya bunyi sendok menyentuh piring. Mereka mulai menikmati makanan.

"Oh ya Tuan Hikosi, apa sebaiknya kita jangan mengadakan acara pertunangan?" Ny. kazumi mulai angkat bicara lagi.

"Maksud Nyonya?"

"Kita Percepat saja acara pernikahan ini, mungkin lebih baik, bukankah begitu Ny. Hinata."

Kali ini pernyataan Ny. Kazumi berarah pada Ny. Hinata, ibu Via.

"Betul Ny. Kazumi, Aku setuju akan pendapatmu."

Uhuk!

Briyan langsung tersedak mendengarnya, makanan yang ada di dalam mulut Briyan berhasil menolak.

"Briy, kamu tak apa-apa? Ini minumlah."

Tuan Kenshin yang kebetulan berada di samping Briyan segera memberikan segelas air minum. Briyan menerimanya dan segera meneguk segelas air yang di berikan Tuan Kenshin.

"Briyan, apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa bisa tersedak seperti itu?" Tanya Ny. Kazumi marah.

"Maaf Mom. Aku terlalu tergesa-gesa ketika menelan makanannya."

"Lain kali berhati-hatilah."

"Baik Mom." Jawab Briyan singkat.

Tak terasa makan malam sudah berlangsung selama satu jam. Keluarga Tuan Hikosi akhirnya berpamitan pulang.

"Terima kasih atas jamuannya Tuan Kenshin, kami sangat puas," ucap Tuan Hikosi sambil tersenyum kepada mereka.

"Ya sama-sama Tuan Hikosi. Itu belum seberapa." Jawab Ny. Kazumi berlagak seolah mereka benar-benar orang kaya sedunia.

Ketiga keluarga itu menundukkan kepala, dan berlalu meninggalkan rumah kediaman Tuan Kenshin. Sementara Briyan masih mematung di tempat duduknya, melihat keganjalan itu Ny. Kazumi mendekat.

"Briyan!" Sebut Nyonya kazumi pelan.

"Ya Mom."

"Kenapa sejak tadi, wajahmu tidak menampakan kebahagian? Apa yang terjadi padamu?"

"Aku hanya sedikit tidak enak badan."

"Paling tidaknya Kamu sedikit beretika dihadapan calon besanmu itu!"

"Iya, maafkan Aku, jika begitu Aku permisi, Aku lelah dan Aku ingin beristirahat."

Desah Briyan mengiyakan saja, dia tidak ingin berdebat panjang dengan wanita setengah baya itu. Karena mungkin saja akan membuat emosi Briyan. Dia beranjak dari tempat duduknya.

Ny. Kazumi hanya tersenyum sinis, ketika memandangi putera keduanya yang telah berlalu. Dan Rio langsung naik keatas untuk melihat keadaan sang isteri setelah kepergian Keluarga Hikosi tadi. Dia membawakan senampan makanan untuk Bunga. Namun sesampainya di kamar, dia melihat perempuan itu sudah tertidur dengan selimut tebal yang membalut seluruh tubuhnya.

Rio memperhatikannya, jujur saja Rio tidak bersungguh-sungguh marah kepada Bunga, kejadian tadi cuma emosi Rio sesaat. Dia meletakan senampan makanan itu di atas nakas, dan duduk di tepi sprimbed. Rio membelai lembut rambut panjang Bunga.

"Sayang bangunlah, Aku membawakanmu makanan." Ujarnya lirih.

Tak ada reaksi dari Bunga. Di balik mata Bunga yang terpejam sebenarnya dia belum tidur. Bagaimana mungkin dia bisa tertidur dengan mudahnya setelah bentakkan Rio tadi. Bunga hanya merasa sakit hati, perasaan itu sulit sembuh.

"Maafkan Aku, Kuakui Aku bersalah padamu dan sekarang Aku benar-benar meminta maaf dengan tulus. Aku tidak bermaksud mengasarimu, Aku cuma kesal sedikit." Ungkap Rio memelas.

Bunga masih tetap berpura-pura tidur.

"Aku akan sangat khawatir jika kau tak juga bangun, kau harus makan, Aku tak ingin kau sakit. Ayo bangunlah."

Rio mengelus wajah cantik Bunga dengan tangannya. Mengamati setiap inci wajah cantik itu, dari bulu mata Bunga yang lentik dan panjang, hidung mancung, pipi tembem, bibir merah sensual, serta wajah yang oval.

Setiap kali dia melihat pesona yang terpancar dari keanggunan Bunga, gairah seorang Rio seakan naik. Rio langsung saja menempelkan bibirnya dan mengecup lembut bibir menggoda milik Bunga. Spontan saja perempuan itu terkejut dibuatnya, Bunga membuka matanya dan segera mendorong wajah tampan Rio.

PLAK!

Bunga menampar pipi Rio, lelaki itu langsung terdiam seribu bahasa.

"Apa begitu caramu membujuk seorang wanita yang sedang marah? Kamu sudah membuatku kecewa Rio."

Celetuk Bunga dengan suara bergetar, airmata nya menetes lagi. Bunga beranjak duduk. Rio tak menjawab, dia hanya tertunduk sambil mengelus pipinya pelan. Kemudian dengan cepat memeluk tubuh kecil sang isteri.

"Lepaskan Aku Rio!"

Bunga berusaha memberontak, tapi tenaganya tidak ada apa-apanya bagi Rio. Rio sangat kuat, yang ada malahan Rio semakin mempererat pelukan itu.

"Pukul saja sepuasmu, sampai rasa amarahmu itu benar-benar hilang."

Tangis Bunga pun pecah. "Aku benci kamu! Le-lepaskan Aku."

Suara Bunga melemah, dia menangis terisak-isak, dadanya terasa sesak.

"Menangislah sepuasmu, jika itu akan membuatmu menjadi lebih baik, Aku akan mendengarkannya."

Rio memandangnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja untuk membujuk Bunga.

"Bila perlu sandarkan kepalamu di bahuku, kau pasti membutuhkannya." Perintah Rio pelan.

Tangan kanannya kini memaksa kepala Bunga untuk bersandar di bahunya.

"Tolong lupakan kemarahanku tadi, jika kau terus menyimpannya itu akan menjadi benalu di dalam hatimu."

Bunga bisa merasakan sentuhan hangat dari pelukan Rio saat ini. Entah mengapa Rio sangat melemahkan persendiannya, Rio selalu membuatnya merasa aneh. Dan pada akhirnya pertahanannya luluh. Bunga membenamkan wajahnya di dada pria itu, dia hanya tak ingin Rio memperlakukannya kasar.

"Apa kamu bisa berjanji?" Tanya Bunga tiba-tiba.

"Berjanji?"

"Jangan bersikap kasar kepadaku lagi, Aku tidak akan memaafkanmu, karena Aku sangat benci dikasari." Jawab Bunga manyun.

"Tentu saja, Aku tak bisa menolaknya. Apakah kau bisa lega sekarang?"

Bunga mengangguk pelan.

"Apa ini artinya kau mau memaafkanku?"

"Iya."

"Terimakasih."

Rio membaringkan kembali tubuh Bunga dan mengecup bibir Bunga dengan sangat bergairah. Bunga tak akan bisa menolaknya, ia menerimanya saja, serta ikut membalas kecupan itu. Jiwa kelelakian Rio tergugah, dia ingin sekali menghabiskan malam yang dingin ini dengan kecupan tanpa henti. Dia menginginkan kenikmatan itu.

Satu jam kemudian.

Setelah mengeluarkan peluh keringat yang diakibatkan oleh percintaan mereka, Rio kini terbaring lalu matanya mulai merasakan kantuk yang luar biasa.

"Aku sangat ngantuk dan Aku ingin tidur, jangan lupa makan."

CUP!

Rio berkata sambil mengecup singkat bibir Bunga. Perempuan itu hanya mengangguk, serta duduk di tepi ranjang tanpa mengenakan sehelai kainpun. Dia memunggut baju kimono yang di buang Rio sembarang. Ya, baju tidur itu adalah hadiah special dari Rina sahabatnya. Bunga mengganti bajunya setelah pergi dari ruang makan tadi.

Bunga perlahan melangkah sembari menahan rasa sakit pada bagian bawahnya, tentu saja ini adalah malam pertama mereka setelah pernikahan itu. Bunga kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah ia rasa cukup, Bungapun menyudahinya. Bunga mengganti pakaiannya dengan pakaian yang bersih dan makan seperti yang di perintahkan Rio.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!