Bab. 9. Perusahaan Milik Rio

Dikantor.

Mobil yang biasa di gunakan oleh Rio tersusun rapi di sebuah area parkir di gedung perusahaannya. Plang besar bertuliskan huruf jepang terpampang di atas gedung itu.

"PT XEN ZHIN GROUP"

Sebuah Perusahaan yang bergerak pada bidang pembangunan. Jam menunjukan pukul 07:30 waktu setempat. Para Karyawan mulai absen kehadiran dengan alat yang di sediakan oleh kantor. Ruangan kantor mulai ramai, karena karyawan-karyawan memasuki ruangan dan terdengar suara bergemuruh. Sekelompok pekerja yang telah datang, lebih memilih bersenda gurau dengan beberapa teman. Sambil menunggu jam masuk kerja.

RUANGAN KANTOR seketika menghening dan para karyawan menempati tempat duduknya masing-masing karena Rio pimpinan PT. Xen Zhin Group telah datang. Semua wanita terpesona akan ketampanan yang terpancar jelas di wajah Rio.

"Selamat Pagi Pak." Sapa mereka berbarengan.

"Pagi!" Jawab Rio singkat.

"Asuka apakah Oishin sudah datang? kenapa Saya tak melihatnya?" Tanya Rio tegas ketika langkahnya terhenti di depan sekretaris Asuka.

"Belum Pak."

"Jika dia datang perintahkan dia keruangan saya."

"Baik Pak." Jawab Sekretaris Asuka sambil menundukan pandangan.

Dia tak berani menatap wajah tampan Rio, itu terlalu menggetarkannya. Riopun berlalu dari hadapan mereka semua.

30 menit kemudian.

Seorang Karyawan tergesa-gesa memasuki ruangan, dia menghentikan langkah kakinya dan mencoba mengatur nafas.

"Ya ampun Oishin kamu terlambat lagi?" Tanya Sekretaris Asuka melototi nya.

"Iya tadi ban mobilku bocor." Jawabnya sambil mengatur nafas.

"Kamu di panggil pak Rio keruangan nya."

"A-Aku?"

"Iyalah, kok kamu kayak gugup gitu sih. Tenangin dulu nafasnya."

Huff. Oishin menghirup nafas dengan sangat panjang.

"Aduh! Sial Aku. Bisa mati mendadak karena di omelin Pak Rio." Ucapnya tegang.

Kemudian Oishin berjalan menuju ke ruangan Direktur. Ketika telah sampai di depan pintu dia mengetuk dengan ragu-ragu.

Tok

Tok

Akhirnya pintu di ketuk juga.

"Masuk!" Jawab Rio dari dalam.

"Permisi Pak, bapak memanggil saya?" Tanyanya sambil tersenyum manis.

"Iya silahkan duduk! Hari ini kamu terlambat berapa menit?" Tanya Rio sambil terus menatapnya tajam.

"30 menit Pak." Jawab Oishin pelan.

"Sudah berapa kali dalam seminggu ini kamu terlambat. Kamu tidak punya jam di rumah?"

"Punya Pak dan saya 2 kali terlambat."

"Kamu tahu ini hari apa?"

"Selasa."

"Ini baru hari selasa tapi kamu sudah terlambat 2 kali. Mau terlambat berapa kali memang?"

"Maaf Pak, tadi saya sudah berangkat pagi tapi tiba-tiba saja ban mobil saya bocor, dan akhirnya saya terlambat." Jawabnya membela diri.

"Oke saya maafkan, besok dan seterusnya jangan terlambat lagi. Sekarang mana laporan yang saya minta minggu lalu, sudah selesai?"

"Sudah Pak tinggal di print out saja."

"Baik, satu jam lagi serahkan kepada Saya. Sore ini akan ada rapat dadakan."

"Iya Pak, Saya permisi dulu."

Oishin beranjak bangun dari tempat duduknya. Dan keluar ruangan. Rio tampak memijit keningnya pelan. Entah mengapa akhir-akhir ini dia merasa pusing karena memikirkan pekerjaan kantor yang terus menuntutnya untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya. Dia seperti kehilangan sesuatu yang berharga tapi Rio tak mengerti kegelisahan apa itu. Ketukan keras tiba-tiba mengejutkannya.

"Masuk!"

Perintah Rio datar, sambil memperbaiki posisi duduknya. Pintu ruanganpun terbuka dan nampaklah wajah seorang wanita yang sangat dia kenal.

"Via."

"Selamat Pagi Rio, boleh Aku duduk?" Tanya Via halus.

"Silahkan. Ada kepentingan apa kau kemari? Seharusnya kau tak datang kesini." Rio bernada seperti tidak suka.

"Sekarang Kamu berubah Rio. Kamu tak sehangat dulu. Apa karena perempuan rendahan itu? Kamu benar-benar tidak menghargai Aku." Via sudah duduk dihadapan Rio.

"Jangan sebut dia perempuan rendahan karena dia adalah isteriku."

"Oh. Rupanya dia sangat istimewa bagimu."

"Tolong pergi dari kantorku jika pembicaraanmu tidak penting."

Rio hanya tidak ingin mempersulit keadaan. Sudah pasti Via datang membawa bencana.

"Tega sekali kamu mengusirku, apa sebegitu bencinyakah kamu padaku. Aku kesini hanya ingin minta maaf Rio."

"Aku sudah memaafkanmu dan melupakan semuanya."

"Tapi Rio, tentang itu Aku masih belum sepenuhnya lupa, setiap waktu Aku selalu mengingatnya." Via membantah.

"Tentang apa? Tentang pernikahan yang batal itu. Aku sudah melupakannya Via, sekarang kau bisa tenang pergi dariku."

"Aku tidak akan pergi darimu, sampai kapanpun Aku harus bisa mendapatkanmu." Via menjawab serta memaksakan diri.

"Bukankah kau sendiri yang menggagalkannya kenapa sekarang kau kembali dan memaksaku untuk mengikat janji denganmu lagi, kejadian itu terjadi sudah setahun yang lalu, jika kamu ingin kejujuranku, kamu bisa mendengarkannya. Kita hanya di jodohkan karena bisnis, setelah itu kamu menolaknya mentah-mentah. Karena apa? Karena lelaki itukan? kamu pikir Aku bodoh, Aku tidak pernah merasa jatuh cinta denganmu Via, Jika kamu ingin harta. Maka nikahi saja Briyan." Ucap Rio panjang.

Dada Via sesak mendengarnya, dia sangat sedih, dia juga merasa menyesal karena meninggalkan Rio demi Ukimaru lelaki yang telah merusak harga dirinya, lalu meninggalkan ia begitu saja. Via terdiam untuk waktu beberapa menit, Rio juga begitu.

"Rio, kamu harus tahu kenyataan yang sebenarnya. Bahwa Aku tak memiliki niat untuk meninggalkanmu, namun Ukimaru mengancamku, dia akan membunuhku." Ucap Via pelan setelah keheningan yang dia buat sendiri.

"Ya, Aku mengerti."

"Kumohon Rio, jadikan Aku isteri kedua kamu, Aku berjanji akan menebus segala kesalahanku." Via terus meratapi masa lalu dan berharap Rio kembali.

Rio tersenyum.

Namun senyum itu terlihat lebih menakutkan.

"Kamu bukan perempuan yang setia dan Kamu adalah pendusta. Tidak mungkin Aku mau menikahimu sekali pun Aku menduda, kamu pikir perempuan hanya kau saja. Maaf sekali tapi Aku tak memiliki selera dengan tubuhmu! Harusnya kau sadar diri Via, Bunga jauh lebih baik daripada kau." Rio menjawab, Tak perduli jika perkataan itu sangat menyakiti hati Via.

Ekspresi wajah Via seketika memerah. Darahnya bergejolak bagaimana bisa Rio mengatakan hal yang sangat intim itu. Rio sungguh meremehkan dan menganggapnya perempuan yang tidak memiliki harga diri.

Via tiba-tiba berdiri. Melangkah mendekati Rio, tanpa adanya rasa malu Via menarik kerah baju jas Rio dan mengecup bibir Rio dengan paksa. Perempuan itu sudah benar-benar liar dan kehilangan akal. Rio tak membalasnya ia kunci bibirnya agar Via tidak seenaknya menikmati bibir miliknya. Setelah merasa tak ada respon sama sekali dari Rio, Via melepaskannya. Dia menangis sambil memukul-mukul dada Rio kesal.

Rio menatapnya saja, kemudian menggeserkan kursi dan mengambil selembar tisue untuk Via. Via menerimanya saja. Suara isak tangis Via terdengar sedikit jelas.

"Hidupku sudah hancur Rio, dan Aku tak punya masa depan sekarang."

"Via, Aku tak perduli mau hidupmu sudah hancur, rusak bahkan menderita pun, Aku tetap teguh pada pendirianku, berhentilah menangis dengan kepura-puraanmu itu. Aku mual mendengarnya." Rio berekspresi sinis.

"Rio, tega sekali kamu."

"Keluar sekarang! keluar!" Bentak Rio pada akhirnya.

"Tapi Rio, urusan kita belum selesai." Suara Via tertekan karena tangisnya.

"Apa lagi Via, jangan coba terus membangunkan jiwa kejamku. Pergi sekarang!" Bentak Rio semakin kesal.

Via buru-buru menghapus air matanya dan melangkah menuju pintu keluar. Tanpa mengatakan apapun.

"Ahh!"

Teriak Rio frustasi, sambil menjambak rambutnya sendiri. Via membangkitkan kemarahan besar yang ada didalam dirinya.

BRAK!

Rio memukul meja dan mengepal erat jari jemarinya.

Dreet

Handphone Rio tiba-tiba bergetar, ia bergegas mengambil ponsel genggam itu serta menekan tombol hijau pada layar.

"Rio."

Suara wanita memanggilnya di sebrang.

"Mom."

Jawab Rio pelan, ia menghela nafasnya sejenak.

"Kamu dimana? Mommy dan Daddy sudah sampai di bandara."

"Baiklah Mom, sebentar lagi Rio akan jemput."

"Mom tunggu. Sekarang Mom matikan telponnya ya."

Tut, telpon terputus. Rio beranjak dari tempat duduknya dan segera berjalan keluar ruang. Dia berjalan sambil menelpon Benikno Asisten kesayangan nya. Yang memang ruang kerja Benikno agak terpisah. Mereka bertemu di area parkir.

Beberapa menit kemudian mobil putih berhenti pelan di depan halaman sebuah rumah besar dengan segala kemewahan nya. Benikno segera turun serta membukakan pintu mobil dan keluarlah seorang perempuan cantik setengah baya dari sisi sebelah kanan mobil, dia adalah nyonya kazumi seorang ibu dari Rio dan Briyan. Sementara di sisi kiri ada Tuan Kenshin.

"Mom, Rio tak bisa mengantar sampai ke dalam. Rio harus kembali ke kantor." Teriak Rio dari dalam mobil.

Nyonya Kazumi hanya tersenyum, menjawab perkataan Rio dengan lembut. "Ya Rio tidak masalah."

"Terima kasih Mom, Rio janji, Rio akan pulang lebih awal dan kita akan menikmati makan malam bersama."

"Ya, Mommy percaya." Sahut Nyonya Kazumi lagi.

Setelah itu, Benikno masuk kembali ke dalam mobil dan menghidupkan mesin. Perlahan-lahan mobil menjauh.

Pukul 16:00 sore.

Ternyata Rio benar-benar menepati janjinya, dia pulang lebih awal dari biasanya. Rio berjalan dengan langkah sedikit tergesa. Melewati ruang tengah yang nampak indah dari segala penjuru. Semua anggota keluarga yang berada di situ langsung saja menatap kearahnya.

Begitu juga Rio, dia menghentikan langkah kakinya sejenak, Bunga yang sejak tadi sedang duduk kini beranjak bangkit menghampiri sang suami.

"Biar kubantu membawakan tasmu." Tangan Bunga mengambil tas berbentuk kotak dari tangan Rio.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!