Bab. 13. Apa Ingimu Briyan

Bunga berada di kamarnya. Dia berganti baju, karena mungkin sebentar lagi pelayan yang di perintahkan Rio akan datang menjemputnya. Dia duduk dengan tenang di depan sebuah cermin yang memantulkan gambar seluruh wajah dan tubuhnya, serta membiarkan rambut hitamnya tergerai panjang.

TOK!

TOK!

"Permisi Nona."

Ucap seseorang di balik pintu yang masih tertutup dengan rapat. Bunga menoleh, lalu beranjak bangkit membukakan pintu. Sejenak pandangan kedua bola matanya tertuju pada seorang wanita berambut pirang, bertubuh kurus dan berkulit putih.

"Nona, Perkenalkan namaku Janita, aku adalah pelayan dari butik "Sun Flower Fashion" Tuan Rio mengutusku untuk menemani anda berbelanja, apakah anda sudah siap Nona?" Tanyanya sambil memperkanalkan diri.

"Terima kasih, Aku sudah siap. Sebentar ya, Aku ambil tas dulu." Bunga tersenyum sambil memutar posisi untuk masuk.

Beberapa detik kemudian.

Keduanya tampak berjalan menuruni anak tangga dari kamar milik Rio. Suasana sedikit hening tak ada yang memulai pembicaraan atau sekedar berbasa-basi. Sesampainya di ruang tengah.

"Bunga!"

Panggil Ny. Kazumi tiba-tiba. Perempuan baya itu tengah duduk di atas sofa, sambil memegangi sebuah cangkir, serta meminum air dari dalam cangkir kristal itu.

"Mom."

"Kamu mau kemana?" tanyanya bernada sinis.

"Aku mau pergi berbelanja." Jawab Bunga menundukan badan.

"Siapa yang akan mengatarmu? Apa kamu juga akan ikut bersama gadis itu?"

"Paman Hiro dan dia adalah Pelayan dari toko fashion."

"Tidak, Aku tidak mengizinkanmu pergi jika di antar oleh paman Hiro. Karena Aku sudah menyuruh Briyan mengantarmu."

"Ta-tapi--"

"Bunga, siapa dirimu? Apa kamu lupa, bahwa di sini dirimu hanyalah seorang menantu, dan Aku benci pada kata penolakan. Apakah kamu sudah mengerti?" Celetuk Ny. Kazumi tersinggung.

"Baik, Aku tidak akan membantah."

"Ya, tentu saja."

Tak lama kemudian Briyan pun muncul. Dia sudah terlihat rapi dan tampan. Bunga menatap lelaki itu dengan malas. Namun sialnya dia selalu berwajah tersenyum.

"Hai kakak ipar, izinkan Aku menjadi Adik iparmu yang baik. Aku akan mengantar kemana pun kau pergi, sesuai keinginanmu. Kakak ipar jangan khawatir."

"Briyan, apa yang kamu bicarakan! segera pergi."

Tegur Ny. kazumi, ketika Briyan mulai mengeluarkan segala petuahnya yang berentet memanjang. Lelaki berwajah tampan itu langsung tersenyum dan memberi hormat kepada ibu tercintanya.

Entahlah.

Dunia seolah di penuhi dengan bunga berwarna-warni. Briyan senang, sangat senang ketika berada di dekat perempuan ini, apa yang sebenarnya Briyan rasakan? Sebuah ketertarikan? Atau hanya suka saja. Jawabannya ada pada Briyan. Dan Briyan belum memutuskan secara final. Cukup sebatas mengagumi saja, pikir Briyan begitu.

Briyan kini melangkah lebih dulu, di ikuti Bunga serta Janita. Mobil Lexus LS 460 L milik Briyan ternyata sudah terparkir dengan rapi di depan halaman rumah mereka. Mata Janita melotot, jiwa matrenya keluar, jelaslah, karena mobil Briyan masuk pada daftar mobil termewah bahkan termahal di jepang.

Harga mobil itu fantastic. Harganya sekitar 3,1 milyar rupiah. Ahh, Wanita matre mana yang tidak melonggok di buatnya. Belum lagi kemewahan dan desainnya.

Briyan membukakan pintu untuk mereka. Dia itu tampangnya lebih mirip sama cowok playboy bermata liar. Keduanya hanya diam dan masuk, duduk tanpa ekspresi. Briyan juga masuk, kemudian mulai mengemudikan mobil.

Di dalam perjalanan suasana sunyi, bagaikan terdampar di pulau terpencil. Mood Bunga yang tadinya happy-happy seketika mendadak murung. Itu karena si Briyan, Bunga kesal, kenapa Briyan benar-benar mengantarnya, apa yang ada di otak ibu mertuanya. Kenapa ia biarkan saja. Bukankah Briyan beberapa hari lagi akan menikah? Jika berjumpa Via, apa Via tidak cemburu? Lalu bagaimana perasaan Rionya. Kepala Bunga seakan seperti di penuhi berbagai macam pertanyaan.

"Kakak Ipar. kenapa kamu hanya diam saja?" Tanya Briyan, mencoba mencairkan suasana canggung.

"Aku harus berbicara apa denganmu? Ku rasa saat ini, tidak ada yang perlu ku bicarakan padamu." Jawab Bunga kesal.

"Kakak ipar marah?"

"Tidak."

"Jika begitu cobalah untuk tersenyum."

"Memangnya kamu siapa?"

"Aku adik iparmu kak, apa kakak ipar mulai amnesia?" Tanya Briyan keheranan, sambil sesekali melihat wajah Bunga di spion.

"Ya, Aku hampir saja amnesia karena memikirkanmu."

"A-Apa? kakak Ipar memikirkanku? Hei kak, Rio bisa cemburu dan membunuhku."

"Briyan. Jangan pura-pura bodoh." Bunga menanggapi perkataan Briyan sedikit kasar.

"Haha."

Briyan tertawa kecil. Bunga semakin kesal, bibirnya pun ikut manyun.

"Hai Nona berambut pirang siapa namamu?" Tanya Briyan beralih pada gadis manis di samping Bunga.

"Janita."

"Apa kamu pemilik sebuah butik?"

"Tidak, Aku hanya pelayan biasa."

"Lalu sekarang kita akan kemana?"

"Butik Sun Flower Fashion."

"Oke." Jawab Briyan merasa siap, dan segera menambah kecepatan mobilnya.

30 menit berlalu.

Mereka turun di depan sebuah toko butik yang cukup menampilkan keunikan. Salah satunya yaitu berjejerannya pohon bonsai di halaman.

Butik ini memiliki tren perpaduan antara busana lolita dengan gaya gothic dan juga gaya fashion nostalgia tahun 80an 90an.

"Silahkan masuk Nona."

Ucap Janita lembut. Ketika mereka sudah tiba di depan pintu butik.

Bunga hanya mengangguk. Ketika pintu terbuka, tampaklah pernak-pernik berbagai macam baju-baju cantik. Pemandangan itu sudah pasti memanjakan para pelanggan nya.

Bunga berjalan, melihat, memilih sesuka hati. Sementara Briyan tidak ikut masuk, dia akan tetap menunggu di dalam mobil sambil memutar musik favoritenya. Waktu 2 jam sudah di habiskan Bunga untuk berbelanja, sekarang dia mulai merasa keletihan. Bunga pun segera menuju mobil.

Barang belanjaan telah di susun rapi di bagasi belakang.

"Kak, Kita mau kemana lagi?" Tanya Briyan serius sambil memandang kakak iparnya.

"Pulang!" Jawab Bunga ketus.

"Kakak Ipar tidak ingin berjalan-jalan dulu?"

Bunga menggeleng.

"Kakak Ipar mau makan Taiyaki tidak?"

Bunga masih menggeleng.

"Kenapa tidak mau sih kak, Taiyaki itu, kue ikan pembawa keberuntungan loh, enak sekali rasanya, ada berbagai macam pilihan, kacang merah, Vla, cokelat, keju dan ice cream."

"Kenapa kamu harus memaksa? Aku ingin pulang, Aku lelah dan Aku ingin istirahat, lihatlah siapa dirimu? Kamu bukan suami atau pun pacarku kan!" Gerutu Bunga kesal.

"Oke."

Briyan mengangguk kecewa, kemudian mulai menghidupkan mesin mobil dan mengemudikannya. Mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, sepertinya Briyan terbawa emosi karena penolakan yang di lakukan Bunga kepadanya.

Bunga menyenderkan kepalanya di sofa mobil, sambil memijit-mijit keningnya halus. Entah, sudah berapa lama mobil berjalan.

CIT!

Tiba-tiba mobil berhenti. Bunga terkejut.

"Briyan, kenapa berhenti?"

Tanyanya panik, Bunga memperbaiki posisi duduknya. Sambil memandang keluar jendela dan melihat bahwa jalanan ini bukanlah jalan yang mereka lewati tadi.

Jalan itu sepi. Sampah-sampah dedaunan berserakan begitu saja dan ada begitu banyak pohon berjejeran di pinggiran. Briyan tersenyum dingin.

"Sebelumnya sudah kukatakan, bahwa Aku menginginkanmu. Aku semakin tertarik dengan setiap penolakan yang kakak ipar lakukan."

Tubuh Bunga langsung panas dingin mendengarnya dia sangat tegang dan ketakutan. Jalanan ini benar-benar sepi dari lalu lalang orang yang lewat. Apa yang akan Briyan lakukan padanya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!