"Mau kemana kamu?!" tanya Juna datar.
"Lepasin! saya mau masuk, saya harus bekerja." Naya berusaha menarik tangannya dari Juna.
"Aku belum selesai bicara sama kamu!" Naya menghela nafasnya, ia sudah sangat kesal dengan lelaki yang ada di depannya ini.
"Mau apa lagi? saya tidak punya urusan dengan tuan. Jadi saya mohon lepasin tangan saya sekarang juga!" Juna bukannya melepasakan Naya, ia malah mendorong bahu Naya kebelakang membuat tubuh Naya terbentur dinding tepat di belakangnya.
"Ma-mau apa kam- ehmmmpp," Juna sudah menutup mulut Naya dengan bibirnya. Juna sudah sangat merindukan manisnya bibir pink milik Naya.
Naya berusaha memberontak tapi tidak bisa, karena tenaganya tidak sekuat Juna. Juna menarik tengkuk leher Naya agar lebih dekat dan ia semakin memperdalam ciumannya.
'Oh shitte, sungguh nikmatnya bibir Naya, bahkan tubuhku sudah sangat bergairah.' ucap Juna dalam hati.
Dengan sekuat tenaga Naya melepasakan diri dari Juna. Setelah terlepas Naya langsung melayangkan tamparan di wajah tampan Juna.
Plak
Juna terkejut saat pipinya mendapatkan tamparan dari Naya, Juna langsung mengepalkan kedua tangannya.
"Berani sekali kau menampar wajah ku!" ucap Juna dingin sembari menatap tajam Naya.
"Saya tidak akan melakukan itu, kalau anda tidak kurang ajar." Jawab Naya tanpa rasa takut.
"Apa? kurang ajar! tidak usah munafik kamu. Gimana dengan dirimu yang kemaren menjual tubuhmu kepadaku, hah!"
"Itu bukan urusan anda, tuan." Naya kembali melangkahkan kakinya ingin masuk ke dalam Cafe. Tapi lagi-lagi tangannya di cekal oleh Juna.
"Sebenarnya apa yang anda inginkan! hah? tolong lepasin saya. Kalau Bu Millean tidak melihat keberadaan saya di Cafe dan tidak melayani tamunya, saya akan kena marah. Dan saya tidak mau di pecat." ujar Naya
"Kalau kau di pecat, jangan takut aku masih memberimu kesempatan menerima tawaran ku pagi tadi." bisik Juna di telinga Naya, membuat Naya mundur seketika. "Gimana? apa kamu menerima tawaran ku?! dari pada kau harus bekerja di dua tempat sekaligus. Kau tenang saja aku akan membayar mu lebih setiap malamnya. Bahkan lebih besar dari gajimu bekerja di dua tempat." ucap Juna masih belum putus asa untuk menerima tawaran nya.
"Ck! Saya lebih baik bekerja di dua tempat sekaligus, dari pada menerima tawaran dari anda. Jadi maaf tuan Juna, saya menolak tawarannya yang anda berikan." balas Naya yang benar-benar sudah sangat kesal dan jengkel dengan Juna.
"Sombong sekali kamu!"
"Saya bukan sombong, tapi karena saya memang tidak minat dengan pekerjaan seperti itu."
"Kalau kau memang tidak berminat, kenapa kamu menjual tubuhmu dengan ku dan meminta bayaran mahal?"
"Tuan Juna yang terhormat. Ini terakhir kalinya saya bicara pada anda. Saya bukanlah wanita ****** yang suka menjajakan tubuhnya kepada lelaki hidung belang, saya bukan wanita seperti itu. Asal tuan Juna tahu. Lebih baik tuan mencari wanita lain yang mau memuaskan hasrat Anda di ranjang. Dan itu bukanlah saya." jelas Naya. "Dan ya satu lagi. Kenapa saya melakukan itu? Saya terpaksa, bahkan sangat-sangat terpaksa harus menjual tubuh saya pada anda. Dan saya sangat menyesal sudah melakukan hal itu." Naya langsung berlari masuk ke dalam Cafe meninggalkan Juna. Mata Naya mulai berkaca-kaca kalau mengingat hal itu lagi. Itulah penyesalan yang begitu dalam yang ia rasakan pada dirinya dan ibunya. Tentunya sangat sulit ia lupakan.
Sedangkan Juna masih diam berdiri di belakang Cafe milik sepupunya, Millean. Juna melihat ada kesedihan di mata indah Naya, saat berbicara barusan. Dan juga penyesalan, seperti apa yang di ucapkan Naya.
"Wanita yang berbeda." lirih Juna sembari tersenyum kecil. Juna semakin penasaran dengan sosok Naya, yang sudah menolaknya dua kali. Padahal dia sudah memberikan penawaran menarik. Mungkin kalau wanita lain langsung kegirangan, bahkan mereka rela tidak di bayar asal bisa tidur dengan nya. Tapi Naya, tidak seperti itu. Naya adalah wanita pertama yang berani menolaknya.
"Lihat saja Naya! kau akan datang sendiri nya padaku, sama seperti waktu itu. Saat kau menawarkan tubuh mu padaku." janji Juna.
Kemudian Juna kembali masuk ke dalam Cafe.
"Lo dari mana aja sih?! ke toilet aja lama banget." ucap Sam pada Juna.
"Biasa toilet ngantri." bohongnya. Gak mungkin kan di bilang, kalau dia baru menemui Naya.
Mata Juna sedari tadi tak berhenti memperhatikan Naya yang melayani para tamu. Naya memang tidak seperti karyawan wanita lain yang melayani tamu sambil tebar pesona. Naya cenderung cuek, tanpa perduli sekitar nya. Fokusnya hanya mengantarkan pesanan ke meja tamu. Bahkan ia tidak menyadari para lelaki menatap dirinya penuh minat.
"Juna, gue cabut duluan yah?! gue udah bosan nih. Biasa.. gue mau ke club, ngamar dulu.." ucap Tiger yang akan beranjak dari kursinya.
"Ngapain ke club'? udah disini aja, bukannya di Cafe ini banyak mangsa?" sambung Sam.
"Gue gak mau, mending gue pakai wanita bayaran. Kalau sama mereka, yang ada di minta pertanggung jawaban, menikah. Dan gue belum siap untuk itu." balas Tiger yang langsung berjalan meninggalkan mereka.
"Lo Sam gak ikut Tiger?" tanya Juna
"Ya, sebentar lagi gue pergi." jawab Sam.
*
Keesokan harinya. Juna sudah di sibukkan dengan segudang pekerjaan dan begitu banyaknya berkas-berkas yang harus ia selesaikan.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu ruangan nya. "masuk.." jawab Juna. Dan Felix pun masuk kedalam.
"Tuan, ini data wanita yang anda minta kemaren." Felix langsung menyodorkan sebuah amplop berwarna cokelat pada Juna.
"Apa ini sudah semua informasi nya?" tanya Juna.
"Sudah, tuan." balasnya.
Juna pun langsung membuka amplop tersebut. Kemudian Juna mulai membaca satu persatu lebaran kertas yang ada di hadapannya.
"Apa? jadi dia menjual tubuhnya demi operasi ibunya?" tanya Juna tak percaya. Naya sampai rela melakukan hal itu. Pantes saja ada rona kesedihan dimatanya saat berbicara hal itu.
"Iya tuan, tapi sayang belum sempat melakukan operasi ibunya sudah meninggal. Dan itu sempat membuat wanita itu terpuruk. Sebenarnya Dokter sudah lama menyarankan Naya untuk melakukan operasi, tapi biayalah yang menjadi kendalanya." ucap Felix menceritakan.
"Tapi apa mereka tidak memiliki saudara untuk membantunya?" tanya Juna yang masih membaca informasi tentang Naya.
"Ada, tuan. Tapi saudara dari Naya tidak pernah mau membantu mereka. Bahkan mereka menggapnya tidak memiliki hubungan lagi." ucap Felix.
Juna langsung terharu setelah membaca data tentang Naya. Ia tidak menyangka seorang Naya, gadis cantik masih muda sudah berjuang sendiri untuk membiayai sekolah adiknya dan pengobatan ibunya. Sampai membuat Naya berkeja di dua tempat sekaligus. Juna pikir hanya dia yang tak pernah menikmati masa mudanya karena terus bekerja membesarkan Perusahaan papanya. Ternyata masih ada lagi yang lebih sulit darinya. Ia masih mending ada Perusahaan milik Papanya, saat ia ditinggal mati oleh Papanya. Jadi ia tinggal hanya mengembangkannya Perusahaan milik papanya. Tetapi Naya, tidak memiliki apa pun. Ia berjuang sendiri untuk membiayai hidupnya, sekolah adiknya dan pengobatan ibunya. Dengan berkerja di dua tempat. Juna yakin pasti itu masih kurang, kurang banyak malah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments