"Kenapa kamu yang membuatkan kopi? di mana Naya?" tanya Juna datar. "Saya mau, Naya setiap hari nya yang membuatkan kopi untuk saya!" Hani yang baru saja meletakkan kopi di meja Juna, langsung ketakutan dengan bentakan dari Juna. Ia tidak menyangka seorang Juna yang ia kagumi ternyata sangat galak.
"Ma-maaf Pak, tapi Naya nya tidak masuk hari ini." jawab Hani takut-takut.
"Tidak masuk? kenapa?" tanya Juna lagi yang tidak mengetahui kalau Naya tidak masuk hari ini.
Kemaren juga ia tidak masuk kerja di Millean Cafe, karena emang harinya off. Tapi pagi ini tidak masuk, kenapa?
"I-itu pak, dia ijin karena adiknya sakit. Jadi Naya tidak masuk." jawabnya lagi.
"Oke. Kamu boleh pergi!" ucap Juna dingin.
"Baik Pak." Hani pun langsung keluar dari ruangan Juna, tanpa mau menatap wajah tampannya.
"Kenapa pak Juna meminta Naya yang selalu membuatkan kopi untuknya ya? apa mereka memiliki hubungan? tapi tidak mungkin. Oh, ya ampun Hani.. jelaslah pak Juna meminta Naya untuk membuatkan kopinya. Pak Juna pasti ketagihan kopi buatan Naya, rasa kopi buatan Naya kan memang enak. Apa lagi Naya kerja juga di Cafe, pastinya ia pintar membuat kopi." monolog Hani sembari berjalan menuju pantry.
Setelah Hani pergi dari ruangan Juna, Juna langsung menghubungi Felix, asistennya.
"Iya tua ada apa?" tanya Felix dari seberang telepon.
"Felix, tolong kamu suruh orang kita buat awasi Naya di rumahnya dan laporkan apa saja kegiatan Naya, pada saya." perintahnya.
"Tapi kenapa Tuan? apa dia buat masalah?" tanya Felix.
"udah kerjakan apa yang saya perintahkan, cepat!"
"Baik, tuan."
Di tempat yang berbeda. Di sebuah rumah sederhana, seorang kakak telah memberikan obat kepada adiknya yang lagi demam. Ya dia adalah Naya. Rafa adik dari Naya demam akibat pukulan dari anak buah Rentenir yang menagih hutang kemaren.
"Kenapa kakak gak kerja?" tanya Rafa pada Naya.
"Gimana kakak mau kerja, kamu sakit kayak gini." balas Naya.
"Rafa gak apa-apa kak, kan cuma demam doang istirahat entar juga sembuh." ucap Rafa yang tidak mau ngerepoti kakaknya.
"Apa maksud kamu cuman demam doang?! kamu lihat nih wajah kamu sampai biru-biru semua." kesal Naya pada adiknya. Rafa hanya tersenyum melihat kakaknya kesal padanya.
"Baiklah. Pagi ini kakak ijin, nanti kerja di Cafe kakak masuk saja. Rafa Uda tidak apa-apa kak.." Naya menghela nafasnya sembari menatap adiknya.
"Ya uda iya entar sore kakak kerja." ucap Naya pada adiknya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu di rumah Naya. "Iya sebentar!" teriak Naya. Tapi suara ketukan pintu bukannya berhenti malah semakin kuat suara ketukannya. "Siapa sih! gak sabaran banget." kesal Naya.
Saat pintu terbuka, Naya terkejut siapa yang berada di depan pintu rumahnya.
"Oh ternyata kau dirumah, bagus kalau gitu! Cepat kau bayar sisa hutang mu 50 Juta lagi. Cepat!!" bentak anak buah dari rentenir yang bernama Teddy.
"A-aku belum ada uang sebanyak itu bang. Kalau aku bayar 10 juta dulu gimana?!" pinta Naya.
"Tidak bisa! bos bilang harus lunas sekarang juga. Kamu sudah nunggak dua bulan! jadi tidak ada toleransi lagi! Cepat kamu bayar 50 juta!" ucap dua Lelaki berbadan kekar tersebut.
"Tapi bang saya belum ada uang sebanyak itu..!" ucap Naya lagi.
"Baiklah dengan sangat terpaksa kamu ikut kami menghadap ke bos langsung." Dua lelaki itu menarik paksa Naya.
"Enggak. Aku gk mau ikut kalian! lepasin!!" teriak Naya yang tidak mau ikut.
Sedangkan Rafa mendengar suara ribut-ribut di luar, langsung keluar kamar untuk melihat.
"Hei jangan bawa kakak ku!" teriak Rafa.
"Bocah ingusan jangan ikut campur! atau kau mau kami pukuli seperti kemarin, hah!" bentaknya.
"Raf, masuk kamu masih sakit." ucap Naya yang tidak mau terjadi sesuatu lagi pada adiknya.
"Gak kak." tolak Rafa tidak mungkin ia membiarkan kakaknya di bawa oleh lelaki berbadan kekar itu.
"Tolong.. tolong..!!" teriak Rafa meminta tolong. Namun sayang tetangga mereka tidak ada yang berani menolongnya. Karena mereka takut dan tidak mau berurusan dengan anak buah dari Rentenir jahat itu.
"Lepasin..! aku tidak mau ikut dengan kalian!" teriak Naya lagi.
"Hahaha tidak bisa, kalau kau tidak bisa bayar hutang mu..! siap-siap lah berhadapan dengan sih bos." ucap Anak buah dari Teddy sembari tertawa.
"Lepasin dia!" tiba-tiba saja terdengar suara laki-laki di belakang mereka, saat anak buah Teddy kembali menyeret Naya. Mereka semua pun menoleh ke belakang.
"Pak Juna." lirih Naya.
Ya, yang datang adalah Juna. Setelah mendapatkan laporan dari anak buahnya, Juna langsung melesat ke rumah Naya.
"Siapa kamu!" ucap lelaki kekar itu.
"Kalian tidak perlu tahu siapa saya! Cepat lepasin Naya!"
"Tidak bisa! Dia harus ikut kami sekarang dan akan menyerahkan nya pada si bos. Karena dia tidak bisa membayar hutang-hutangnya." ucapnya
"Berapa semua hutang-hutangnya!"
"Kenapa? apa kau bayar hutang-hutangnya?!" tantang lelaki itu.
"ini Cek, tulis berapa besar hutang Naya pada bos kalian! Dan jangan pernah kalian menagih lagi ke Naya atupun mengganggu keluarganya. Kalian Mengerti!" Anak buah dari Teddy langsung mengambil cek itu dari tangan Juna.
"Oke. Gini dong dari tadi." ucap salah satu lelaki itu. "Hahaha.. ayo kita pergi! sudah lepaskan wanita itu, kita sudah mendapatkan uangnya." Mereka pun melepaskan Naya dan langsung pergi gitu saja.
"Kakak tidak apa-apa kan?" tanya Rafa kuatir pada kakaknya.
"Tidak apa-apa Raf." jawab Naya.
Kemudian Naya atap Juna, ia bingung kenapa Juna bisa berada di rumahnya dan tahu dari mana dirinya tinggal disini.
"Jangan lihatin saya seperti itu!" ucap Juna datar. Sebenarnya ingin rasanya Juna memeluk Naya, tapi itu tidak mungkin. ia sedih dan tidak tega dengan keadaan Naya dan adiknya. Sekaligus Juna merasa sangat kesal dan emosi dengan kedua lelaki tadi, yang sudah seenaknya menarik Naya secara paksa.
"Kenapa pak Juna membayar utang saya? Dan kok Pak Juna bisa tahu rumah saya?" Naya menatap tajam Juna.
"Kamu tidak perlu tahu saya tahu dari mana kamu tinggal disini." jawab Juna datar.
"Ck, pak Juna yang terhormat seharusnya bapak tidak memberikan uang kepada mereka. Karena Ini urusan saya pada mereka, dan saya yang berhutang." ucap Naya.
"Kalau saya tidak memberikan apa yang mereka minta, apa kamu mau dibawa dengan mereka, hah?" Naya menghela nafasnya sembari menatap Juna.
"pak Juna gimana saya akan membayar itu ke pak Juna?" tanya nya. Juna menyeringai sembari menatap Naya.
"Itu kita bahas nanti. Apa saya boleh masuk? diluar panas sekali.. " Ucap Juna.
"Oh iya pak, masuk saja." balas Rafa langsung.
"Kamu adiknya Naya ya?" tanya Juna.
"Iya, pak." jawab Rafa sembari menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Santai saja, jangan seperti itu." ucapnya. "Oh iya jangan panggil saya Pak."
"Terus aku harus apa dong? bapak kan pasti atasan kak Naya.."
"Terserah kamu aja.." Juna tersenyum menatap Rafa.
"Kalau aku panggil kak aja, gimana?"
"boleh juga." balas Juna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments