Seminggu telah berlalu. Setelah kepergian ibunya, tapi Naya masih mengurung diri di kamar. Naya belum bisa menerima kenyataan atas kepergian sang ibu dan ia merasa bersalah serta menyesal karena tidak bisa menyelamatkan ibunya, seharusnya ia bisa lebih cepat lagi mencari uang untuk biaya ibunya operasi.
"Kak, makan dulu. Kakak dari semalam belum makan loh. Jangan seperti ini kak.." bujuk Rafa pada kakaknya yang belum juga mau keluar kamar. "kak, kalau kakak seperti ini terus? pasti ibu bakalan sedih disana kak? Kakak harus ikhlas, mungkin ini yang terbaik buat ibu, agar ibu tidak merasakan sakit lagi." ucap Rafa lagi. Rafa walaupun masih muda tapi pemikiran ia sangat dewasa dan bijak. Rafa menghela nafasnya panjang, gimana lagi ia membujuk kakaknya. "Kak, Rafa mohon keluar ya kak. Apa kak gak kasian dengan Rafa yang jelas masih membutuhkan kak."ucapnya mencoba lagi.
Sedangkan Naya yang berada didalam kamar, seketika tersadar dari lamunannya. Adiknya benar, seharusnya ia tidak seperti ini. Masih ada Rafa,adiknya yang harus ia urus dan memenuhi kebutuhan nya serta biaya sekolahnya. Dan Rafa benar mungkin ini yang terbaik dari Tuhan, agar ibunya tidak merasakan sakit lagi. Mungkin memang sudah saatnya ibunya bertemu dengan ayahnya di surga sana.
"Ibu maafin Naya. Karena belum bisa menerima kenyataan kalau ibu sudah pergi, membuat Naya melupakan Rafa." Naya langsung membuka pintu kamarnya, dan ia pun keluar dari kamarnya.
"Kak. Ya ampun akhirnya kak keluar juga dari kamar."Ucap Rafa merasa lega, kakaknya sudah mau keluar dari kamar.
"Maafin kak Raf.." Rafa langsung memeluk kakaknya.
"Gak apa-apa kak. Rafa juga sedih kak, ibu pergi ninggalin kita, tapi kita harus ikhlas. Ini yang terbaik buat ibu, jadi Rafa mohon jangan seperti ini lagi. Rafa cuma punya kakak sekarang."
"Iya maafin kak Raf.. kakak akan berusaha ikhlas." balas Naya.
*
Keesokan harinya. Naya sudah merasa lebih baik, dan akan kembali bekerja setelah kemaren meminta cuti beberapa hari pada atasannya.
"Kak, semangat." ucap Rafa pada sang kakak.
"Iya Raf, makasih." balas Naya dengan tersenyum kecil. "Ya uda kak pergi kerja dulu ya? kamu hati-hati nanti berangkat sekolahnya." Naya pun langsung pergi menuju tempat kerjanya sebagai Cleaning service.
Tibanya di tempat kerja, teman-teman Naya satu profesi nya mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya ibu dari Naya. Mereka meminta maaf karena tidak bisa datang ke pemakaman ibunya.
"Nay, kok sudah masuk?" tanya Hani salah satu temannya.
"Iya, kalau aku di rumah terus bakalan ke ingat sama ibu." jawab Naya sembari meletakkan tasnya di loker.
"Oh iya Nay, katanya bos besar kita mau datang berkunjung ke sini loh?" ucap Hani memberitahukan.
"Loh bukannya bos kita itu, pak Danu ya?" tanya Naya.
"Enggak Nay, yang datang ini pemilik Perusahaan. Kalau pak Danu itu, Manajer di Perusahaan ini. Lagian Perusahaan tempat kita bekerja, itu Kantor cabang. Kalau Perusahan besarnya ada di jalan apa ya? aku lupa tepatnya dimana." jawab Hani menjelaskan.
"Perusahaan sebesar ini, cabangnya..! gimana Perusahaan pusatnya ya? pasti lebih besar lagi Han?" ujar Naya takjub. Membuat nya jadi penasaran siapa pemilik Perusahaan JRP OTOMOTIF.
"Pastinya dong Nay? kalau tidak salah nama Perusahaan nya itu, RICARD OTOMOTIF. Ya, itu nama nya Nay." tambah Hani lagi.
"Udah ah kita cepat bersih-bersihnya, jam 9 pagi bos besar kita sampai disini." Naya dan juga Hani mempercepat kerjanya.
Tepat jam sembilan pagi. Pemilik Perusahaan JRP OTOMOTIF tiba di Perusahaan nya. Dengan begitu gagahnya Pemilik Perusahaan JRP berjalan masuk ke lobi. Beberapa karyawan wanita yang ada di lobi terpesona menatap sosok lelaki tampan yang mereka kenal pemilik Perusahaan tempat mereka bekerja.
"Selamat pagi tuan, Juna." sapa Danu selaku Manager di Perusahaan JRP OTOMOTIF.
"Pagi Danu." balas Juna datar. "Pak Danu, tolong kamu serahkan laporan Perusahaan, dan saya tunggu di ruangan saya." ucap Juna yang langsung berjalan menuju lift tanpa menunggu jawaban dari Danu.
"Nay, kamu aja yah yang memberikan kopi ke tuan Juna.." ucap Hani.
"Apa? Juna?" tanya Naya sembari berpikir yang seperti mengenal nama itu.
"Iya.. Juna nama pemilik Perusahaan ini? Lo pasti belum pernah bertemu ya?" tanya Hani.
"Belum. Tapi.. namanya seperti tidak asing." tutur Naya masih berpikir tentang nama Juna.
Setelah selesai membuatkan kopi, Naya langsung mengantarkan kopi tersebut ke lantai 5 tepatnya di ruangan Juna. Naya Sebenarnya takut, karena ia tidak pernah tahu pemilik Perusahaan JRP apalagi ia sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di lantai lima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Inasitinurhasanah
ceritanya sedih bngt,,,kasian naya
2023-02-19
1