Malam harinya, tiba-tiba saja, Monalisa datang menghampiri kamar sang adik tiri. dengan senyuman manis di bibirnya.
" Elia, ikut kakak yuk kita jalan-jalan." ucap Mona dengan nada yang sangat lembut. hal itu tentu saja membuat Elia seketika berbinar-binar.
Karena dari kecil Elia tidak pernah mendengar sang kakak berkata lembut seperti ini. terakhir, Elia mendengar kakaknya berkata lembut saat mereka baru saja dipersatukan menjadi sebuah saudara.
" ke mana?" tanya Elia dengan mata dan wajah berbinar-binar. Monalisa yang mendengar pertanyaan dari adiknya itu, seketika tersenyum menyeringai.
" udah ayo ikut aja, pasti kamu akan senang." ucap gadis itu Seraya menarik tangan Elia untuk menuju ke ruang ganti.
Setelah hampir setengah jam, Elia dan Monalisa keluar dari dalam kamar, dengan penampilan yang berbeda. Terutama, terletak pada Elia.
Gadis yang biasanya memakai pakaian yang serba tertutup itu, ini berpenampilan dengan Sangat terbuka. hal itu tentu saja membuat gadis itu, merasa sedikit tidak nyaman.
" Kenapa Elia?" tanya Monalisa dengan sedikit agak lembut namun juga terdengar sedikit Ketus.
" aku nggak nyaman Kak pakai yang beginian." ucap Elia Seraya berusaha menarik-narik bajunya agar turun ke bawah. hal itu tentu saja membuat Mona yang melihatnya, mencibir dalam hati.
" dasar gadis munafik." hardiknya Seraya menatap sinis ke arah sang adik. Untung saja, Elia memang mengalami kondisi yang tidak bisa melihat. Bisa-bisa Gadis itu akan langsung menolak saat melihat kakaknya mencibirnya dengan separah itu.
" Sudahlah Elia, lebih baik kita berangkat saja. sebentar lagi, acaranya akan dimulai." ucap Mona Seraya menarik tangan Elia dengan sedikit agak kasar.
Namun gadis itu tetap mengikuti langkah kakaknya itu dengan suasana hati yang sangat riang. karena baru pertama kali ini, gadis itu diajak jalan-jalan oleh sang kakak. Saat Kondisinya sudah seperti ini.
Tak lama berselang, terlihat Sebuah mobil mewah terparkir di depan komplek rumah mereka. Mona tersenyum simpul. karena dia tahu, Siapa yang ada di dalam mobil mewah itu.
" Ayo Elia, cepetan itu loh teman-teman kakak sudah ada di sana." ucapnya Seraya menarik tangan gadis itu dengan sedikit kasar.
" Iya Kak sabarlah." ucapnya Seraya selalu menunjukkan senyuman tipisnya.
" Hai Beb, Kita berangkat yuk." ucap teman Muna saat Mona dan Elia masuk ke dalam mobil.
Monalisa yang mendengarnya, menganggukkan kepala. kemudian, salah satu teman mereka yang lain, beranjak mendekati gadis seksi itu.
" Lu beneran mau ngajak dia?" Tanya Gadis itu Seraya melirik ke arah Elia yang tampak anteng. Monalisa yang melihatnya, hanya menganggukkan kepala serayat tersenyum menyeringai.
" pastilah, aku akan membuat dia menyesal karena telah berurusan denganku." ucap Mona Seraya memasang wajah dinginnya.
Teman-temannya, seketika hanya tersenyum dengan penuh bahagia. membayangkan apa yang akan mereka lakukan pada gadis malam ini. Pasti akan merasa sangat mengasyikkan bukan, jika bisa memperkenalkan teori biologi dengan secara langsung.
Begitulah pemikiran dari para gadis licik ini. Setelahnya, mereka semua tampak terdiam sibuk dengan ponsel masing-masing.
Sementara Elia yang memang berada di kursi depan, hanya tersenyum senang. dirinya tidak menyangka jika sang kakak masih peduli dengannya. Buktinya, kakaknya masih mau dan Sudi untuk mengajaknya keluar rumah.
" nikmati kebahagiaanmu ini sayang, karena nanti, kau tidak akan pernah merasakan apa itu namanya bahagia." ucap Monalisa Seraya tersenyum sinis.
tak lama berselang, mobil yang ditumpangi oleh Monalisa, kini telah sampai di sebuah klub ternama di kota itu. dan dengan segera, ketiga gadis cantik dan seksi itu masuk ke dalam bangunan yang menyajikan musik yang begitu memekakkan telinga itu.
" Ayo El masuk," ucap Monalisa serai yang menarik tangan sang adik tiri. Elia yang mendengarnya, hanya mengangguk Seraya menurut saat tangannya ditarik oleh sang kakak.
Walaupun, ada perasaan tak nyaman saat masuk ke dalam bangunan itu. Karena, musik yang begitu keras hingga membuat pendengarannya sedikit terganggu.
" Elia, kamu tunggu sini ya. Kakak mau ke belakang untuk membuatkanmu minuman." ucap Monalisa Soraya menepuk dan mengelus bahu sang adik tiri.
" Iya kak tenang saja, Aku tunggu di sini." ucap Elia Soraya tersenyum tipis. Walaupun, Gadis itu tidak tahu siapa yang disenyumin.
Monalisa yang melihat itu, segera menarik tangan kedua sahabatnya untuk menjauh dari tempat itu.
" nih kalian Tolong kasih ini pada gadis yang ada di sana." ucap Monalisa pada pegawai barista ya kebetulan sedang lewat.
barista itu hanya menemukan kepala. dan dengan segera, melangkahkan kakinya menuju ke tempat Elia berada.
Mona dapat melihat, jika adik tirinya itu Tengah kebingungan Mencari keberadaannya. hal itu tentu saja membuat Monalisa yang melihatnya, seketika tersenyum sinis.
*****
Sementara itu di lain tempat, terlihat tiga orang laki-laki tampan, Tengah keluar dari dalam perusahaan. siapa lagi jika bukan Gavin Arman dan Justin.
" Eh bro bagaimana kalau kita ke klub saja. kan udah lama kita nggak ke sana, itung-itung untuk ngajarin ini laki-laki agar enggak terlalu cemen." ucap Arman Seraya melirik ke arah Gavin.
" huh Siapa bilang gue cemen, Ayo kita buktikan." ucapnya dengan nada angkuh. hal itu tentu saja membuat Arman dan Justin yang mendengarnya, seketika Saling pandang Seraya tersenyum tipis.
" Ayo kita bersihkan." ucap Arman menantang ke arah sahabat sekaligus Atasannya itu. dan mereka akhirnya sepakat untuk segera berangkat menuju klub yang baru saja mereka bahas..
setengah jam kemudian, mereka Akhirnya sampai di klub ternama itu dan dengan segera, Arman dan Justin menarik tangan laki-laki itu.
" kok gua udah pusing ya,?" tanya Gavin Seraya menyentuh kepalanya yang terasa berdenyut. hal itu tentu saja membuat Arman dan juga Justin yang mendengarnya, seketika tertawa terbahak-bahak.
" hahaha aduh, Kenapa sih kita punya temen yang katrok seperti ini?" tanya Arman dengan masih tertawa.
" Ya jelas lah katrok, dia aja anak mami." ucap Justin menimpali Seraya melirik sinis ke arah laki-laki yang dari tadi hanya diam.
Mendengar ucapan dari kedua sahabatnya itu, membuat Gavin seketika terdiam. karena memang, Apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya itu adalah kenyataan.
Dirinya memang tidak pernah keluar jika tidak bekerja dan sekolah. Itulah sebabnya, laki-laki itu disebut laki-laki setengah perempuan. Karena, di usianya yang hampir 23 tahun ini, Gavin tidak pernah menjejakan kakinya masuk ke dalam bangunan yang disebut klub itu.
" Sudahlah, nggak usah ngeledekin gue." ucap Gavin Seraya mendengus kesal. hal itu semakin membuat Arman dan Justin yang mendengarnya, semakin tertawa puas.
Nb: mampir ya kak, di jamin nagih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments