Akhirnya, karena ancaman dari sang ibu, membuat Gavin akhirnya menyetujui permintaan sang Mama dengan satu syarat, jika malam ini hanyalah malam perkenalan saja.
Bu Hesti yang mendengarnya, menganggukkan kepala. pertanda bahwa apa yang diminta oleh Gavin disetujui oleh wanita itu.
Namun, ucapan dari ibunya itu, Tak semuanya dipercaya oleh laki-laki itu. Karena, Gavin beberapa kali hampir saja setuju jika tidak digagalkan oleh sang Papa.
Hal itu tentu saja membuat Gavin, semakin merasa waspada pada ibunya sendiri. Akhirnya, setelah lama merenung di ruang tamu, akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamar.
" apa ini seperti kemarin lagi?" tanya Gavin seorang diri Seraya menatap ke arah langit-langit kamarnya. lama laki-laki itu termenung, akhirnya memutuskan untuk membersihkan diri.
Jangan sampai Ibu Ratu yang terhormat, mengeluarkan taringnya dan kembali mengatakan hal-hal yang aneh yang dapat membuat Gavin kembali Spot jantung.
***
Setelah hampir setengah jam, Gavin akhirnya keluar dari kamar mandi dengan badan yang lebih segar. dan setelahnya, laki-laki itu segera memakai pakaiannya. karena sebentar lagi, jam dinding kamarnya, akan menunjukkan tempat pukul 06.00 malam.
Itu artinya, Kevin harus bersiap-siap untuk segera keluar dari dalam kamarnya untuk menemui sang Ibu Tercinta.
" apa ini harus terjadi?" tanya Gavin Seraya mematut dirinya di depan cermin. Kemudian, laki-laki itu mengubah gaya rambutnya, agar tampak berantakan. Siapa tahu saja, dengan penampilan Gavin seperti ini, membuat Perjodohan ini batal.
tak lupa, laki-laki Tampan itu juga memberikan sebuah titik-titik di wajahnya seperti tompel. dan setelah itu, memakai kacamata untuk menyempurnakan penampilan jeleknya.
Tak lama berselang, laki-laki itu, segera keluar dari dalam kamar. Terlihat, kedua orang tua Gavin telah siap sedia berdiri di bawah tangga Seraya sesekali mendapat kearah pintu kamar anaknya.
" wah anak Mama ganteng banget." ucap Bu Hesti Seraya menatap ke arah Gavin dengan seksama. Sementara Pak Ivan Harsono, hanya menatap istrinya dengan tatapan datarnya. Namun kedua sudut bibir laki-laki paruh baya itu, terangkat ke atas membentuk senyuman tipis.
" tapi tunggu, Kenapa kau menggunakan kacamata dan sedikit tompel-tompel itu?" tanya wanita paruh baya itu dengan sedikit keheranan.
Gavin yang mendengarnya, seketika tersenyum tipis. karena memang, laki-laki Itu sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan sang ibu.
" nggak papa kali mah, Aku hanya ingin menguji seberapa Tulus calon Mama ini. jangan sampai, calon pilihan Mama itu hanya melihat penampilan fisik Gavin saja." ucapnya Seraya tersenyum tipis.
Mendengar ucapan wanita paruh baya itu akhirnya pasrah." Ayo Sayang, Kita segera berangkat. nggak enak sama temen Mama." ucap Bu Hesti Seraya menggandeng lengan Gavin dan membawanya menuju ke arah luar rumah.
Gavin yang perlakukan seperti itu, hanya terdiam saja menuruti Apa kata sang ibu. Namun, dengan raut wajah yang terlihat sangat malas.
***
" nanti kalau kamu merasa cocok dengan anak teman Mama itu, segeralah kalian menikah. karena mama, sudah tak sabar ingin menggendong cucu dari kalian." ucap Bu Hesti dengan tersenyum simpul.
Mendengar ucapan dari ibunya, membuat Gavin seketika memutar bola mata malas dan juga sesekali, mendengus kesal.
" is Mama ini, selalu saja bicara seperti itu." ucap Gavin Seraya menatap Jengah ke arah sang ibu.
Bu Hesti yang mendengarnya, tak menjawab ucapan dari Sang putra. Kemudian, dengan segera wanita paruh baya itu, melangkah menuju ke arah mobilnya. kemudian, dengan segera, masuk ke dalam mobil.
Gavin dan juga Pak Ivan Harsono, yang melihat itu, seketika hanya saling tatap. setelahnya, mereka berdua menggelengkan kepala. melihat tingkah dari wanita yang berarti dalam hidup mereka itu.
*****
Sementara itu di tempat lain, tapi tepatnya di keluarga Wirawan, terlihat seorang ibu dan anak dengan gugup dan mempersiapkan tamu yang akan segera datang.
" Wah Ma aku sudah tidak sabar." ucap Monalisa dengan sekali tersenyum tipis. Hal itu membuat Bu Sofia Melinda, hanya tersenyum tipis kemudian memeluk pinggang putrinya itu dengan penuh kasih sayang.
" semoga, semuanya berjalan lancar. dan laki-laki itu, akan segera terpesona dengan kecantikan anak mama." ucapnya dengan tersenyum simpul.
mendengar perkataan dari sang ibu, seketika membuat Monalisa, segera membalikan tubuh menghadap ibunya dengan ekspresi wajah cemberut.
" Lalu, bagaimana, dengan anak itu mah?" tanya Monalisa Seraya menatap sang ibu dengan seksama.
" kamu tenang saja, selama acara berlangsung, anak itu akan Mama kurung di dalam kamar." ucap Bu Sofia Melinda dengan tersenyum misterius.
Mona yang mendengarnya, seketika dapat bernapas dengan lega. Karena, memang, Mona sangatlah merasa iri pada kecantikan Elia. Walaupun, Gadis itu sudah mengalami kemalangan yang bertubi-tubi.
Namun, sepertinya hal itu tidak membuat gadis yang bernama lengkap Monalisa Liliana itu, merasa puas dengan apa yang telah Ia perbuat.
" kenapa wajah kamu terlihat Murung seperti itu?" tanya sang ibu dengan menatap wajah Mona dengan seksama.
" aku hanya iri dengan gadis itu, walaupun sudah mengalami kemalangan, namun kecantikannya tidak pernah luntur." ucapnya dengan menundukkan kepala.
" nggak usah iri Mona sayang, kamu itu tetap yang tercantik di keluarga ini. Elia memang cantik, tapi dia kan tidak bisa melihat. dan pastinya, laki-laki manapun tidak akan pernah mau menerimanya, untuk apa cantik, jika tidak bisa berbuat apa-apa!" ucap Bu Sofia Melinda, mencoba untuk menenangkan sang putri tercinta.
Monalisa yang mendengarnya, hanya menganggukkan kepala kemudian tersenyum tipis." Makasih Iya Mah, Mama sudah menjadi penyemangatku dalam melakukan segala hal" ucap Mona Seraya tersenyum tipis.
Bu Sofia Melinda yang mendengarnya, hanya tersenyum tipis kemudian memeluk tubuh mungil putrinya itu. Kemudian, mereka berdua kembali ke arah meja rias untuk memulai wajah Monalisa agar lebih cantik.
" Oh ya mah, Kapan keluarga dari calon suamiku datang?" tanya Mona Seraya sesekali menatap sang ibu dan kemudian kembali menetap ke arah cermin.
" sebentar lagi Sayang, Kenapa, kau tidak tidak sabar,?" tanya Bu Sofia Melinda Seraya tersenyum tipis.
Setelahnya, pasangan ibu dan anak itu segera keluar dari kamar dan menghampiri seorang laki-laki paruh baya yang tak lain adalah Amar Wirawan.
Tampak, laki-laki paruh baya itu, mengedarkan pandangan ke penjuru arah. seperti sedang mencari seseorang.
Monalisa dan Bu Sofia Melinda, seketika saling pandang memberikan kode satu sama lain lewat kontak mata.
" Papa cari siapa?" tanya Bu Sofia Seraya sesekali melirik ke arah Mona sang anak. Mendengar pertanyaan dari istrinya, membuat Amar seketika menoleh ke arah sang istri.
" Elia mana Mah,?" tanya laki-laki paruh baya itu. hal itu tentu saja membuat Bu Sofia seketika mendengus kesal.
" huh selalu saja anak itu yang dicari, Awas aja nanti" ucap Bu Sofia penuh dengan amarah dalam hatinya.
Namun, wanita paruh baya itu tetap memasang wajah semanis mungkin. agar sang suami tidaklah curiga.
" Sabar Pah, sepertinya, anak itu sedang ada di kamar. mungkin sedang mempersiapkan diri. karena malam nanti kan, kakaknya akan melangsungkan lamaran secara pribadi." ucap Bu Sofia Seraya tersenyum tipis.
pak Amar Wirawan yang mendengarnya, hanya menganggukkan kepala Seraya tersenyum tipis. Kemudian, keluarga Pak Amar Wirawan, berjalan menuju ruang tamu untuk menunggu tamu datang.
Terlihat, wajah bahagia dan juga tegang yang diperlihatkan oleh Monalisa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments