Gavin, berusaha sekuat tenaga untuk membuka pintu itu. Namun, sepertinya usaha Gavin akan sedikit kesulitan. Karena sampai saat ini, laki-laki itu belum bisa sama sekali untuk membuka pintu itu.
hingga setengah jam kemudian, Gavin kembali lagi dari mengambil sesuatu yang bisa digunakan untuk membuka pintu gudang itu.
Brak
dengan satu kali hentakan kuat, Gavin Akhirnya bisa mendorong dan membuat pintu gudang itu akhirnya terbuka juga. dan setelah itu, keluarlah seorang gadis yang menggunakan tongkat. Hal itu membuat Gavin seketika terdiam. karena memang, dugaannya selama ini benar.
" dia benar Elia yang pernah gue temui." ucap Gavin dalam hati. Seraya sesekali melirik dan menatap ke arah Gadis itu dengan Tatapan yang sulit diartikan.
" Tuan, Terima kasih, Terima kasih karena sudah akan bersedia membantu untuk membukakan pintu ini." ucap Mbok Wati Seraya tersenyum tipis dan menundukkan kepala tanda penghormatan.
Gavin yang mendengarnya, menganggukkan kepala. Namun, tatapan laki-laki itu tidak pernah lepas dari Elia." jantung gue kenapa ini, astaga!" gumamnya Seraya menyentuh area dadanya yang terasa berdegup lebih kencang.
" Terima kasih Tuan, maaf kalau begitu Saya pergi dulu." ucapan dari Elia membuat Gavin seketika tersadar dari lamunannya.
Laki-laki muda yang berpenampilan tidak terawat itu, seketika menganggukkan kepala dan memberi jalan agar Gadis itu bisa lewat.
Gavin terus memperhatikan Gadis itu hingga tubuhnya menghilang di balik tembok." sepertinya aku benar-benar jatuh cinta pada gadis itu" gumamnya Seraya tersenyum kecil.
Setelah puas memandang gadis itu, Kevin segera kembali kepada keluarganya. bahkan, laki-laki muda itu sampai lupa tujuan awalnya untuk ke kamar mandi. dan seakan-akan rasa yang menggebu untuk buang air kecil pun akhirnya menghilang.
****
Sementara itu di ruang keluarga, tampak sekali bahwa ada kecanggungan dari kedua wanita paruh baya itu. sementara para laki-lakinya, hanya bersikap biasa saja. karena memang, Amar Wirawan dan juga Ivan Harsono, tidak begitu mengenal. mereka hanya tahu sama-sama seorang pembisnis terkenal di kota masing-masing.
Tak lama berselang, Gavin kembali bergabung dengan keluarganya dengan ekspresi wajah berseri-seri. hal itu tentunya membuat Bu Hesti yang melihatnya, seketika melihat anaknya dengan ekspresi terheran-heran.
" Kenapa kamu senyum-senyum sendiri." ucap Bu Hesti secara spontan Seraya menatap ke arah Putra semata wayangnya itu.
Gavin yang melihatnya, seketika menggelengkan kepala." tidak ada mah, aku tidak apa-apa." ucap Kevin yang terlihat memperbaiki ekspresi wajahnya.
" jadi, Apakah perkenalan keluarga ini bisa dilanjutkan?" tiba-tiba saja, Gavin bertanya seperti itu. hal itu tentu saja membuat semua orang yang ada di sana, seketika menatap laki-laki itu dengan tatapan tidak percaya.
" ja-di sebentar saya panggilkan putri saya dulu" ucap Sofia dengan sedikit tergagap. Setelahnya, wanita paruh baya itu segera bergegas menaiki anak tangga untuk memanggil Putri kesayangannya agar kembali menemui keluarga Harsono.
Bu Hesti Aulia yang melihat ekspresi wajah Putra tunggalnya itu, seketika menyenggol lengan laki-laki Tampan itu." Kenapa kau bersemangat sekali untuk melanjutkan perkenalan ini? Bukankah dari awal, kamu sudah tidak ingin Perjodohan ini terjadi?" tanya Bu Hesti dengan menautkan alisnya karena merasa bingung.
Davin yang mendengarnya, hanya tersenyum kecil. tanpa menjawab pertanyaan dari sang ibu." Aku harus bisa mendapatkan gadis itu" gumamnya dalam hati.
*****
Sementara itu, di dalam kamarnya, Bu Sofia dan juga Monalisa, tampak sedang berdebat dan sesekali mengeluarkan perdebatan mereka.
" nggak Mah, aku nggak mau, lebih baik, mama suruh saja Elia yang menikah dengan laki-laki itu aku nggak mau." ucap Monalisa Seraya menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.
bu Sofia yang mendengar ucapan anaknya itu, seketika membulatkan mata. Bagaimana bisa, anak semata wayangnya itu berbicara se enteng ini. keluarga Harsono itu bukan keluarga sembarangan. Mereka adalah keluarga terpandang.
" sayang, Apa yang kamu katakan. keluarga Harsono itu adalah keluarga terpandang. mana mungkin kita membatalkan apa yang telah disepakati, bisa-bisa, mereka akan murka!" ucap Bu Sofia Seraya menatap tajam ke arah Sang Putri.
" ih Mama Pokoknya aku nggak mau!!" teriak Gadis itu lantang. hingga memenuhi, seluruh ruang kamar itu. Untungnya, kamar gadis itu memiliki peredam suara. jika tidak, sudah dapat dipastikan suara Mona yang menggelegar itu, pasti akan didengar oleh keluarga Harsono.
" Mona Jangan buat mama malu ya, sekarang Ayo ikut mama kita keluar dan temui mereka." ucap wanita paruh baya itu Seraya menarik tangan anaknya.
Namun, bukannya menurut, gadis cantik dan seksi itu, menepis kasar tangan ibunya. hingga membuat Bu Sofia sedikit terdorong ke belakang.
" nggak mau, pokoknya aku nggak mau. lebih baik Mama segera pergi dari sini." ucap Mona Seraya mendorong tubuh Sang Ibu. hingga wanita paruh baya itu, seketika terdorong ke belakang dan keluar dari kamar anaknya.
Bu Sofia yang melihat itu, seketika mendengus kesal. Kemudian, dengan segera menghampiri keluarga terpandang itu." Maaf ya Tuan, Nyonya, anak saya tidak ingin melanjutkan perkenalan keluarga ini lagi." ucap Bu Sofia menundukkan kepala.
Sungguh, wanita paruh baya itu merasa sangat malu saat mengatakan hal itu pada keluarga Harsono. mendengar penolakan dari keluarga Wirawan, seketika membuat Bu Hesti berdiri dengan tatapan tajam.
" baik kalau begitu, Saya permisi dulu." ucapnya dengan segera menarik tangan Putra tunggalnya dan juga suaminya untuk segera pergi dari sana.
harga diri keluarganya, seperti tercoreng mendapati penolakan ini. Sementara itu Ivan Harsono yang berada di belakang istrinya, hanya menghela nafas panjang.
Karena memang, laki-laki paruh baya itu sudah dapat memprediksikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Melihat, penampilan dari Gavin yang acak-acakan.
Rambut gondrong, kacamata dan sedikit sentuhan tahi lalat di bawah bibirnya. membuat penampilan Gavin malam ini, terlihat sempurna keburukannya. Walaupun memang, wajah Tampan laki-laki itu tidak akan pernah tertutup hanya karena penampilannya yang acak-acakan.
***
Sepanjang perjalanan, Bu Hesti tak henti-hentinya mendumbal dan sesekali mendengus kesal." huh Mama tidak menyangka, Ternyata apa yang kamu ucapkan itu, memang benar." ucap Bu Hesti Seraya melirik ke arah Gavin yang berada di bangku belakang.
" kan Davin sudah bilang, kalau pilihan Mama itu, semuanya tidak baik." ucap Kevin yang sangat pelan. Karena laki-laki itu, tidak ingin wanita kesayangannya merasa sakit hati dengan ucapannya.
" Huh dasar." gumam Bu Hesti Soraya mendengus kesal. Namun, wanita paruh baya itu tidak menampik ucapan dari anaknya itu. karena memang benar, semua wanita yang dikenalkan oleh dirinya pasti akan bermasalah.
" Ya sudah terserah kamu, sekarang kamu pilih sendiri." ucapnya tersenyum terpaksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments