sementara itu ketiga laki-laki tampan yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan para kaum hawa, hanya bisa berekspresi datar saja. dengan segera, ketiganya masuk ke dalam restoran yang tampak sangat ramai itu.
" Males deh gue kalau ada di sini," ucap salah satu teman Gavin yang bernama Arman itu. dan hal itu pun, dibalas anggukan oleh teman Gavin yang satunya yang bernama Justin itu.
" udahlah, lebih baik kita nikmati aja makanan ini. lebih cepat habis, lebih cepat pula kita kembali ke perusahaan." ucap Gavin Seraya menatap datar kedua sahabatnya itu.
perlu diketahui, Jika seorang Gavin Harsono, sangat tidak menyukai, atau lebih tepatnya sangat membenci yang namanya pusat perhatian. Untuk itulah, laki-laki berusia 23 tahun itu tidak pernah yang namanya merapikan rambut dan juga merapikan kemeja serta jas kantornya.
Namun walaupun begitu, Gavin masih tetap memikat semua mata yang tertuju padanya. saat mata laki-laki itu menatap ke sekelilingnya, pandangannya tak sengaja menatap seorang gadis yang menurut Gavin sangatlah berbeda.
Laki-laki itu, tanpa terasa terus menatap ke arah gadis yang tengah mencuci piring itu. bulu matanya yang lentik, bibirnya yang merah alami, dan juga kulitnya yang Seputih susu, mampu membuat hati seorang Gavin Harsono, merasakan berdebar-debar yang cukup kuat.
Hal itu sukses membuat laki-laki itu, seketika menyentuh area ulu hati. karena merasa sangat nyeri.
Hal itu membuat Arman dan juga Justin yang melihat itu, seketika Saling pandang." Lu kenapa Bro?" tanya Justin dengan raut wajah herannya.
" nggak papa kok, Gue hanya mau ke kamar mandi aja," ucap Gavin Seraya beranjak dari duduknya. Kemudian, dengan segera melangkahkan kakinya menuju bagian belakang restoran itu.
di mana, toilet yang ada di restoran itu, memang terletak di bagian belakang. berdekatan dengan dapur dan juga bahan penyimpanan makanan.
Saat Gavin Tengah melangkahkan kaki, laki-laki itu, tak sengaja melihat gadis yang membuat hatinya tak menentu itu, Tengah dimarahi oleh seorang wanita paruh baya.
Timbullah rasa penasaran yang menggelayut di hati laki-laki Tampan itu. dengan langkah perlahan, dan dibuat seringan mungkin, Gavin mencoba untuk mendekati tembok untuk Mendengar pembicaraan di antara gadis itu dan juga wanita paruh baya itu.
Gavin Bukalah tipe orang yang ingin tahu urusan orang lain. namun Entah mengapa, laki-laki itu merasa sangat penasaran terhadap gadis yang baru saja ia lihat itu.
" kamu benar-benar nyusahin ya Elia, bisa-bisanya Ibu Nella memberikan pekerjaan pada orang cacat sepertimu, nyusahin aja.!" ucap Ibu Laksmi Seraya mendorong tubuh Elia hingga tubuh gadis itu, seketika Terhempas ke dinding. dan setelahnya, Ibu Laksmi meninggalkan Elia yang meringis kesakitan seorang diri.
Sementara Gavin yang melihat itu, Entah mengapa merasa begitu geram. saat melihat gadis itu, diperlakukan tidak manusiawi seperti itu. dan dengan segera, Gavin menghampiri Elia yang telah duduk di bangku kecil.
Tanpa basa-basi, Gavin segera menarik tangan Elia. hingga membuat gadis itu, seketika tersentak kaget. Hampir saja, gadis cantik itu akan berteriak.
"ssstttt, Tenanglah Aku hanya ingin mengobati lukamu." ucap Gavin dengan nada lembutnya. hal itu tentu saja membuat Elia yang mendengarnya, seketika terperanjat kaget.
"an-da si-apa? An-da ma-u ap-a?" tanya Elia dengan nada gemetar dan juga kata terbata-bata
Mendengar hal itu, kedua sudut bibir Gavin seketika tertarik membentuk sebuah senyuman tipis. Sayangnya, hanya Gavin yang mampu melihat senyuman itu. karena gadis yang ada di hadapannya itu, sampai kapanpun tidak akan pernah melihat senyuman manis seorang Davin Harsono.
" Kok Anda diam?" tanya Elia Seraya meraba-raba benda yang ada di hadapannya. dengan lembut, tangan Gavin mencekal pergelangan tangan gadis itu. Kemudian, meletakkannya di samping kiri dan kanan tubuh gadis itu.
" tenang ya nona, Saya tidak akan pernah menyakiti anda. Saya hanya ingin mengobati luka memar ini." ujar Gavin toraya menempelkan kapas yang telah diberi alkohol.
Hal itu membuat Elia yang mendengarnya, seketika terdiam. dan kemudian, menganggukkan kepala. Gavin yang melihat itu, spontan, tangannya terangkat. kemudian, mengelus kepala dari gadis itu.
Elia yang merasakan itu, seketika terdiam. darahnya terasa berdesir saat kulit tangan milik laki-laki itu, menyentuh pucuk kepalanya. begitu lembut dan halus. Bahkan, tangan milik Elia pun, tak semulus tangan milik Gavin.
*****
Setelah beberapa saat, akhirnya Gavin menyelesaikan pengobatan terhadap tangan dan lengan milik Elia. dan dengan segera, menutupnya dengan plester.
" Nah sekarang sudah selesai, kamu hati-hati ya." ucap Gavin Soraya kembali mengelus pucuk kepala dari Elia.
Setelahnya, laki-laki itu segera melenggang pergi meninggalkan area dapur untuk kembali ke tempat di mana teman-temannya berada.
" lama banget tuh bro Dari mana aja?" tanya Justin saat Gavin baru saja mendudukkan diri di kursinya.
" Idih Kepo banget lu, kayak emak-emak." cibir Arman menatap sinis ke arah sahabatnya itu. Sementara itu, Gavin yang mendengarnya, hanya terdiam. laki-laki itu lebih fokus dengan apa yang ada di pikirannya.
" Kenapa gue bisa seperti ini, kok kayak ABG gini sih?" tanya laki-laki itu pada dirinya sendiri. tentunya dalam hati. Karena, jika Gavin berani berkata kepada teman-temannya, dapat dipastikan jika Justin dan juga Arman, akan meledeknya habis-habisan.
****
Setelah mereka bertiga selesai menyantap makan siangnya, para pria tampan itu segera bergegas pergi dari restoran. dan sebelum benar-benar pergi, Gavin menyempatkan diri untuk kembali lagi ke area dapur.
dirinya beralasan, sangat ingin buang air kecil. Saat ditanya oleh kedua sahabatnya itu. Hal itu membuat Arman dan juga Justin yang mendengarnya, seketika menatap sahabatnya itu dengan tatapan tak percaya.
" Kenapa dia bisa, buang air kecil terus,?" tanya Justin pada Arman. dengan Tatapan yang masih tak lepas dari Gavin. hingga akhirnya, laki-laki Tampan itu hilang di balik tembok.
" nggak tahu, jatuh cinta kali. biasanya kalau orang jatuh cinta kan, suka gitu. dikit-dikit, pergi ke kamar mandi." ucap Arman dengan tatapan Masih pada ponselnya.
Hal itu membuat Justin yang mendengarnya, seketika menganggukkan kepala. karena memang benar, ada sebagian orang yang memiliki gejala aneh seperti itu saat sedang jatuh cinta.
****
Sementara itu di area belakang, tepatnya di area dapur, tampak Elia Tengah dimarahi oleh wanita paruh baya yang tadi memakinya habis-habisan. Hal itu membuat Gavin yang melihatnya, seketika mengepalkan tangannya. sekuat tenaga, untuk menahan amarahnya.
Entahlah, saat ini, perasaan Gavin tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. karena laki-laki itu pun, juga merasa bingung dengan perasaannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments