Mendengar penuturan dari sang ibu, membuat Gavin seketika menetap wanita paruh baya itu dengan tatapan berbinar-binar.
" Berarti boleh nih Gavin beli sendiri?" tanya laki-laki itu memastikan ucapan sang ibu. karena biasanya, Bu Hesti akan cepat berubah pikiran jika amarahnya sudah mereda.
" bolehlah." ucapannya dengan nada lesu dan sedikit tidak bersemangat. Gavin yang mendengarnya, seketika tersenyum simpul.
Hal itu tentu saja membuat Bu Hesti yang melihatnya, seketika menatap curiga ke arah laki-laki itu." Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya wanita paruh baya itu.
mendengar pertanyaan dari sang ibu, seketika membuat Gavin merubah ekspresi wajahnya. dan setelahnya, menggelengkan kepala.
Tak lama berselang, keluarga Harsono Akhirnya sampai juga di kediaman mereka. dan dengan segera, Gavin masuk ke dalam rumah dengan ekspresi wajah yang berbeda. hal itu tentu saja membuat Bu Hesti semakin merasa curiga dengan putranya itu.
" Pah anakmu itu kenapa? Kenapa dia tersenyum sendiri?" tanya wanita paruh baya itu pada sang suami.
Sementara Pak Ivan Harsono yang melihat itu, hanya mengedipkan bahu pertanda tidak mengerti. kemudian mendudukkan dirinya di kursi ruang keluarga.
" lain kali, Mama tidak usah membebani Gavin dengan perjodohan-perjodohan yang Mama buat. biarkan dia memilih jodohnya sendiri. Karena yang akan menjalani pernikahan itu Gavin bukan mama." Ucap pak Ivan Harsono Soraya menatap ke arah istrinya.
Mendengar ucapan dari suaminya, membuat Bu Hesti seketika terdiam. tak lama berselang, wanita paruh baya itu seketika menghela nafas panjang.
" Baiklah kalau begitu, Mama akan biarkan Gavin memilih pasangan sendiri." ucapnya dengan raut wajah yang dipaksakan.
Karena memang, sedari Gavin berumur 20 tahun, Bu Hesti sudah seringkali menjodohkan anaknya. hanya karena omongan orang-orang di sekitarnya.
Padahal, umur Gavin yang saat ini pun, baru berusia 23 tahun. itu artinya, Masa mudanya masih sangat panjang. namun Entah mengapa, Bu Hesti tetap kekeh untuk menjodohkan anaknya.
Pemikiran Bu Hesti mengatakan, Jika jodoh yang dipilihkan olehnya itu, pastilah akan yang terbaik. Namun, kenyataan malam ini, merubah segala sudut pandangnya. Hingga wanita itu, berjanji pada dirinya sendiri akan membebaskan Sang anak memilih Jalan hidupnya sendiri.
" Iya deh Pah mama nurut aja, Lagian Kenapa sih Gavin pakai acara merubah penampilannya sekarang?" tanya Bu Hesti tidak habis pikir dengan tingkah anaknya itu.
Pak Ivan Harsono yang mendengarnya, seketika menghentikan membaca koran. dan setelahnya, menatap sejenak kepada istrinya.
" mungkin Gavin ingin mencari wanita yang tulus mencintai dirinya tanpa harus memandang penampilan dan juga fisik. kan Mama tau sendiri, kalau Gavin itu berbeda dengan kita yang berpenampilan glamour. dia lebih suka dengan berpenampilan sederhana." Ucap pak Ivan mencoba mengingatkan sang istri akan sifat anaknya itu.
Mendengar penuturan dari suaminya itu, seketika membuat Bu Hesti seakan ingatannya dilemparkan ke dalam masa lalu. Di mana, waktu Gavin berusia 17 tahun, laki-laki muda itu hanya mengenakan kaos oblong dan juga celana pendek untuk masuk ke dalam mall bersama kedua orang tuanya yang mengenakan pakaian formal.
Tentu saja hal itu membuat Bu Hesti sepanjang jalan, tak henti-hentinya mengomeli sang anak. tapi mau bagaimana lagi, sifat Gavin yang tidak bisa diubah.
Bahkan, penampilan laki-laki itu telah lebih jika mengenakan pakaian formal. itu setelan jas dan juga kemeja. hal itu seringkali membuat Bu Hesti, tidak bisa berkata apa-apa lagi.
****
Sementara itu, di dalam kamar, Gavin tampak termenung di dalam kamar mandi. setelah pulang dari acara keluarga itu, laki-laki tampan itu memutuskan untuk membersihkan dirinya kembali.
Sambil sesekali menyabuni tubuh atletisnya, sesekali laki-laki itu mematutkan diri di depan cermin yang tidak jauh dari tempatnya mandi.
" kenapa aku, merasa begitu tertantang untuk mendapatkan gadis itu?" tanya Gavin pada dirinya sendiri. Kemudian, laki-laki itu segera menyelesaikan mandinya. Setelahnya, keluar dari dalam kamar mandi.
****
Saat ini, Gavin sudah mengenakan pakaian sehari-harinya. ya itu kaos oblong dipadupadankan dengan celana jeans pendek. Gavin dengan santainya, keluar dari kamar.
" Mau ke mana kamu,?" tanya Bu Hesti secara tiba-tiba. hal itu tentu saja membuat Gavin sedikit terkejut.
" Astaga Mama, ngagetin aja sih." ucapnya Seraya mengusap dada karena detak jantungnya yang berdebar-debar karena merasa terkejut.
Bu Hesti yang mendengar penuturan dari anaknya itu, tidak menghiraukannya. Justru malah kembali mengulangi pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.
" Jawab dulu pertanyaan Mama, Kamu mau ke mana?" Bu Hesti kembali bertanya Seraya menatap ke arah teras mata wayangnya itu.
Gavin yang melihat dan mendengar penuturan dari sang ibu, seketika menggelar nafas panjang. selalu dan selalu saja, ibunya itu tidak memberikan kebebasan seperti teman-teman yang lain.
Jika Justin dan Arman, bisa merasakan malam-malam berada di dalam klub, tidak dengan Gavin. laki-laki itu pasti akan langsung dilarang oleh sang ibu jika pamit hendak keluar menuju klub.
Entahlah, Mengapa ibunya itu terkesan terlalu mengurungnya dari bebasnya pergaulan. Gavin tidak mengetahui alasan pastinya. yang jelas, laki-laki itu harus menuruti perkataan ibunya.
" mau ke rumah Arman sebentar. ada urusan pekerjaan." ucapnya dengan berlalu dari sana dan sedikit berlari. Karena Gavin sudah bisa menebak Apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Gavin, tunggu! Hai Kau mau ke mana?!" teriak wanita paruh baya itu dengan sedikit berlari mengejar anaknya. namun sayangnya, langkahnya kalah cepat dengan Gavin. karena ternyata, laki-laki itu sudah mengajukan mobilnya menjauh dari itu area rumahnya.
" Dasar anak itu," ucap Bu Hesti sesekali menghentak-hentakkan kakinya karena merasa kesal.
" itu karena kamu selalu mengekangnya mah!" tiba-tiba saja, Pak Ivan Harsono berkata dengan sedikit agak berteriak. karena memang, posisi mereka yang sedikit berjauhan.
Mendengar ucapan dari sang suami, membuat Bu Hesti seketika menoleh ke arah sang suami. kemudian dengan segera, wanita paruh baya itu melangkah menuju ruang tamu. dan setelahnya, duduk di sebelah suaminya.
" Aku melakukan ini, agar Gavin tidak salah dalam pergaulan." ucapnya lembut namun syarat akan penekanan.
Pak Ivan Harsono yang mendengar itu, seketika menghela nafas panjang. karena tidak mengerti akan jalan pikiran istrinya itu. padahal Gavin itu sudah besar bukan anak kecil lagi. Mengapa harus diperlakukan seperti ini,
" Gavin itu sudah besar Ma, Mama juga sering menjodohkannya kan, itu berarti Gavin bukan anak kecil lagi." Ucap pak Ivan berusaha menyadarkan istrinya dari sikap overprotektifnya.
Bu Hesti yang mendengar itu, seketika menatap tajam ke arah sang suami." memang Gavin sudah besar dalam hal pasangan. Tapi tetap saja kan, dia itu anak kesayangan Mama." ucapnya tidak mau kalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments