" Kak Justin, boleh minta diobatin nggak?" tanya gadis itu dengan nada sedikit memelas. hal itu tentu saja membuat Justin dan Arman yang mendengarnya, seketika Saling pandang.
" Lho kenapa, kenapa nggak minta sama Gavin saja?" tanya mereka berdua yang hampir bersamaan.
Elia yang mendengar pertanyaan dari kedua laki-laki itu, tak menjawab sedikitpun. Gadis itu malah hanya tersenyum tipis.
Hal itu Malah semakin membuat mereka bertiga Saling pandang. sementara Elia, gadis Malang itu hanya terdiam.
" kalau nggak mau ngobatin, nggak papa. biar aku obatin aja sendiri." ucap Gadis itu Seraya meraih kotak P3K. saat mereka, sudah larut dalam lamunan masing-masing.
Tentu saja hal itu membuat Gavin segera meraih kotak P3K itu. dan dengan segera, laki-laki itu, memberikan kode kepada kedua temannya untuk bergantian berbicara.
" sudah ini aku yang akan mengobatimu." ucap Arman yang terdengar oleh Elia berada di sampingnya. Padahal, yang ada di sampingnya adalah Gavin.
" Boleh aku minta sesuatu?" tanya gadis itu Seraya sesekali mengendus bau seseorang. hal itu tentu saja membuat Justin dan juga Arman yang melihat itu, tentu saja semakin merasa kebingungan.
" mau minta apa?" tanya Arman yang kini berada di samping kiri gadis itu. posisi saat ini adalah, Elia dikelilingi oleh para laki-laki tampan.
" aku mau, Tuan Gavin meninggalkan tempat ini. karena aku tidak ingin bertemu dengannya." ucapnya dengan nada tegas.
Degh
Seketika itu pula, jantung Gavin seakan ingin lepas dari tempatnya. hal itu tentu saja membuat Arman dan juga Justin yang mendengarnya, seketika saling berpandangan.
" Hah Bagaimana bisa gadis ini berkata demikian?" tanya Kevin dalam hati.
" Memangnya kenapa?" tanya Arman dan Justin sekali lagi. Namun, reaksi gadis itu tetap sama, hanya diam dan mengulas senyum tipis.
" tidak jadi kalau begitu, kalau begitu saya permisi dulu." ucap Elia Seraya beranjak dari duduknya.
Seketika itu pula, ketiga laki-laki Tampan itu, segera berdiri dan meraih Gadis itu agar kembali duduk di tempatnya.
" Oke Gavin akan pergi." ucap Arman dengan cepat. dan setelahnya, memberikan kode pada teman sekaligus Atasannya itu untuk meninggalkan ruangan pantry.
Gavin yang melihat itu, hanya menganggukkan kepala. Kemudian, laki-laki itu berjalan meninggalkan area pantry dengan langkah gontainya.
Seketika itu pula, laki-laki Tampan itu. berdiri di ambang pintu. Saat, dirinya menemukan sebuah ide. dan dengan segera, menyuruh kedua sahabatnya untuk menyingkir dari sana.
Dengan gerakan bibir tanpa suara, Gavin segera menyuruh kedua sahabatnya itu untuk berpura-pura jika laki-laki Tampan itu sudah pergi meninggalkan restoran ini karena ada urusan yang lebih penting.
Arman dan Justin yang melihat itu, seketika menganggukkan kepala. Sementara Elia yang sedari tadi hanya diam, kini mulai mengeluarkan suaranya.
" Apa dia sudah pergi?" tanya Elia untuk memastikan Apakah Gavin sudah benar-benar meninggalkan tempat itu.
Justin dan Arman yang mendengarnya, segera mengangguk dan menjawabnya." sudah nona, Gavin sudah pergi. karena memang, Iya ada urusan penting." ucap Arman.
Seketika itu pula, Elia menghembuskan nafasnya kasar. Akhirnya, dirinya bisa terlepas dari satu masalah yang selalu mengintainya.
Melihat Elia menghela nafas panjang seperti itu, semakin membuat Gavin merasa sangat curiga jika ada orang yang mengancamnya.
" aku harus segera mencari tahu ini." ucapnya dalam hati. dan setelahnya, Gavin segera mengobati pipi dan tangan Elia yang tampak ada luka memar itu.
Seraya sesekali, Justin dan juga Arman bercengkrama dengan gadis itu. mulai dari tinggal di mana dia, sampai dengan Kenapa bisa bekerja di sini.
" Nona tinggal di mana?" tanya Justin yang memang sangat merasa penasaran dengan kehidupan Gadis malang itu.
" saya tinggal di keluarga Wirawan tuan." ucapnya dengan tersenyum kecil. sontak saja, pengakuan dari Elia yang baru saja keluar dari mulutnya itu, membuat Arman dan Justin yang mendengarnya, seketika terperangah kaget.
" Apa Anda bekerja di sana?" tanya Justin yang mulai kepo dengan kehidupan gadis itu.
" saya putri dari keluarga Wirawan." ujarnya Seraya tersenyum tipis. sontak saja hal itu membuat Justin dan Arman yang mendengarnya, seketika terperangah kaget.
Mereka berdua, seketika sama-sama menatap ke arah Gavin dengan ekspresi wajah penuh dengan tanda tanya.
" sudah nanti saja gue jelasin." ucap Kevin masih dengan tanpa suara. Arman dan Justin yang mendengarnya, hanya menganggukkan kepala.
Setelah semuanya selesai, Arman dan Justin menawari Elia untuk pulang bersama. Namun, dengan sopan, gadis cantik itu menolak tawaran itu.
Akhirnya, mereka bertiga hanya mengawasi Gadis itu dari belakang.
" gila ternyata dia dari keluarga terpandang, Terus kenapa dia bekerja di sini?" tanya Arman yang memang tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh gadis yang bernama Elia Tiara Dewi itu.
" apa jangan-jangan, dia lagi nyamar ya, dan untuk kondisinya yang tidak bisa melihat itu, dia hanya berpura-pura?" tanya Justin menimpali ucapan dari Arman.
Plak
Seketika itu pula, satu geplakan mendarat mulus di punggung Justin. hingga sih empunya punggung, meringis kesakitan. karena memang, pukulannya itu sangatlah keras.
" Sembarangan aja kalau ngomong," ucap Gavin Seraya mendengus kesal.
" lah kan gue cuma menerka-nerka aja. lagi pula, mana mungkin anak seorang pengusaha kaya raya malah bekerja sebagai pelayan di restoran ini, kan aneh sekali." ucap Justin membela diri.
" kan yang kayak orang tuanya, bukan dia." ucap Gavin Seraya menatap lurus ke depan di mana Elia berada.
" Iya sih, tapi kan setidaknya dia bisa hidup dengan layak." ucap Arman Seraya ikut memandangi gadis itu.
" dia itu seperti itu karena tidak diberikan haknya sebagai anak oleh ibu tirinya." ucap Gavin memperjelas.
Hal itu tentu saja membuat Arman dan juga Justin yang mendengarnya, semakin merasa kebingungan. Dengan segera, laki-laki Tampan itu menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya itu.
Mereka berdua, seketika merasa prihatin dengan apa yang dialami oleh Elia." kasihan banget. Malang banget nasinya." gumam Arman.
Tanpa disadari oleh siapapun, Sepasang Mata Tengah memperhatikan mereka. lebih tepatnya, memperhatikan Gavin dengan tatapan Mendamba.
" Aku harus bisa mendapatkan dia. Walaupun, harus dengan berbagai cara sekalipun." ucap Gadis itu Seraya tersenyum misterius.
Setelah berkata demikian, wanita itu segera beranjak dari sana. Sementara Elia sedang berjalan kaki menggunakan tongkatnya sebagai penunjuk jalan.
gadis itu tampak sangat perih yang berjalan menyusuri trotoar Jalan Raya. Walaupun, dengan kondisi tidak dapat melihat, gadis itu tetap menunjukkan keceriaan dan sesekali melompat-lompat kecil seperti anak kecil.
Tentu saja hal itu membuat Elia semakin dipandang sebelah mata oleh semua orang.
NB: Mampir kak ke karya teman baru author bagus lho ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments