sesekali Gavin melirik ke arah Elia yang tampakasik dengan lamunannya sendiri. Hingga, kedua sudut bibirnya seketika terangkat membentuk sebuah senyuman tipis.
" benar-benar sempurna. ciptaan Tuhan mana lagi yang kau dustakan?" gumamnya dalam hati pada diri sendiri.
Elia sesaat menoleh seperti sedang menatap ke arah Gavin. Walaupun laki-laki itu tahu, gadis pujaannya itu tak mungkin bisa menatapnya.
" Kenapa Elia, ada yang mau ditanyakan?" tanya laki-laki itu Seraya menatap ke arah Elia yang terlihat sangat gelisah itu.
"euuumm, Tuan kerja di mana? Maaf kalau saya lancang" ucap Elia dengan ekspresi wajah tak enaknya. Membuat Gavin yang melihat itu, seketika terkekeh pelan.
" nggak papa, Tapi tolong jangan panggil saya tuan. saya berasa seperti seorang bapak-bapak." ucapnya bergurau.
Hal itu membuat Elia yang mendengarnya, seketika ikut tersenyum kecil. hal itu tentu saja membuat Gavin yang baru saja melihat senyuman itu, seketika terpanah. karena memang, kecantikan Elia akan bertambah dua kali lipat saat Gadis itu Tengah tersenyum atau tertawa.
" cantik sekali gadis ini." ucapnya Seraya masih memandangi wajah cantik bak bidadari dari gadis yang ada di hadapannya itu.
" kalau tidak Mau dipanggil tuan, lalu saya harus panggil apa?" tanya Elia dengan ekspresi wajah bingungnya.
Hal itu membuat Gavin sejenak terdiam Seraya memikirkan sesuatu." bagaimana kalau kamu panggil saya kakak, Mas atau sayang juga boleh." ucapnya menggoda gadis itu.
Namun, di luar dugaan Gavin karena gadis itu sepertinya menanggapi candaan dari laki-laki itu dengan serius.
"ma-maksud kakak apa?" tanya Gadis itu dengan ekspresi wajah gemetaran. hal itu tentu saja membuat Gavin yang melihat itu, seketika gelagapan dibuatnya.
" Maafkan aku Elia, aku hanya bercanda." ucapnya merasa tak enak. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya. Gavin sangat berharap jika suatu saat, candaan itu akan menjadi kenyataan.
" aku punya perusahaan yang bergerak di bidang ternak dan juga perkembangbiakan bunga-bunga hias yang jarang tumbuh di negara ini." ucap Gavin menjelaskan semuanya pada Elia.
Seketika itu pula, Elia menatap Gavin dengan ekspresi wajah yang berbinar-binar." wuah pasti Kak Gavin adalah orang yang sukses ya," ucapnya Seraya tersenyum simpul.
Tangan Gavin terangkat, setelahnya laki-laki itu mengelus kepala Elia dengan sayang. Seandainya saja, aku bisa menggapaimu." ucapnya dalam hati.
Tak lama berselang, akhirnya Elia telah sampai di sebuah restoran yang tidak terlalu mewah di mata Gavin. karena restoran itu, terlihat biasa-biasa saja.
" aku turun ya Kak, Makasih atas tumpangannya. Selamat pagi" ucap Elia menoleh sesaat kemudian tersenyum tipis.
Gavin yang mendengarnya, hanya menganggukkan kepala. Namun, seketika laki-laki itu menahan tangan dari Elia. hingga membuat gadis itu seketika menoleh.
" Kenapa kak,?" tanya Elia dengan ekspresi wajah keheranan.
" tidak ada apa-apa, aku hanya berpesan, Jika kamu tidak betah berada di restoran ini, cepat beritahu aku. agar nanti, aku akan membawamu pergi dari sini." ucap Gavin Seraya menatap mata Elia dengan dalam.
Elia yang mendengar ucapan dari laki-laki yang telah banyak menolongnya itu, seketika hanya menganggukkan kepala." Iya Kak, aku akan mencari Kakak jika nanti aku tidak betah berada di sini." ucap Elia tersenyum kecil.
Gavin menganggukkan kepala. kemudian menahan Gadis itu agar tidak keluar dari dalam mobil. Elia yang mendengarnya, hanya menganggukkan kepala menurut permintaan laki-laki itu.
Tak berapa lama, Elia mendengar langkah kaki yang mengitari mobil itu hingga sampai di depan pintu mobil yang Tengah ia tumpangi. Setelahnya, Gadis itu keluar dari dalam mobil saat pintunya telah dibukakan oleh Gavin.
" Makasih ya Kak, kakak memang sangat baik pada saya." ucapnya Seraya mengusap bulir bening yang tiba-tiba saja jatuh dari mata indahnya itu.
Gavin seketika terkejut. dan dengan segera, laki-laki itu, mengusap air mata yang membasahi wajah cantik alami gadis yang entah Sejak kapan, telah memasuki relung hatinya itu.
" Hei kenapa menangis," ucap Gavin Seraya menangkup kedua pipi gadis itu. Elia seketika menggelengkan kepala.
" Tidak apa-apa Kak, aku hanya terharu saja. karena di dunia ini, hanya kakak sama Ibu pemilik restoran ini." ucapnya dengan isakan tangis yang masih terdengar di bibir mungilnya.
"stttt, kamu nggak boleh ngomong gitu. Percayailah di dunia ini, masih ada orang baik." ucapnya Seraya mengusap air mata dari gadis itu.
" Terima kasih ya kak, Kakak memang benar-benar malaikat penolong buat aku." ucap Elia tersenyum tipis.
Gavin yang mendengarnya, hanya menganggukkan kepala. dan dengan segera, laki-laki Tampan itu mengantarkan Elia hingga sampai di depan restoran milik ibu Nella.
Tanpa Disadari oleh Gavin dan juga Elia, ada sepasang mata yang menatap mereka dengan tatapan sangat tajam. lebih tepatnya, orang itu menatap ke arah Elia dengan wajah garangnya.
Semua karyawan menatap Elia dengan Tatapan yang penuh dengan kebencian. terutama Bu Laksmi dan Manohara. kedua wanita berbeda generasi itu menatap Elia seakan-akan ingin menelan gadis itu bulat-bulat.
" tolong jaga dia baik-baik." ucapnya Seraya menatap ke arah semua karyawan yang ada di sana. Bu Laksmi dan yang lainnya mendengarnya, hanya menganggukkan kepala.
Setelah berkata demikian, Gavin segera menatap kembali ke arah Elia dengan tatapan penuh domba." kamu di sini hati-hati ya, kalau ada yang macam-macam denganmu, Tolong beritahu aku." ucapnya Soraya tersenyum kecil.
Elia yang mendengarnya, hanya menganggukkan kepala. Kemudian, segera berjalan menuju ke dalam restoran dengan dituntun oleh Gavin di sampingnya.
hal itu tentu saja membuat Manohara dan Bu Laksmi yang melihatnya, seketika menatap Elia dengan tatapan nyalang." Hais pakai apa tuh perempuan? kok bisa-bisanya, Mas Gavin kepincut pada dia?" tanya Bu Laksmi dengan nada sinisnya.
Manohara yang mendengarnya, semakin menatap tajam ke arah Elia yang tubuhnya hampir menghilang dari pandangannya.
" mungkin juga pakai rayuan yang biasa dipakai oleh wanita-wanita penggoda." ucapnya Seraya mendengus kesal.
Mereka semua, tak henti-hentinya membicarakan dan mencibir Elia. Walaupun, saat ini yang menjadi perbincangan, tidak tahu menahu.
***
sementara itu, di dalam restoran, Elia tampak duduk manis di sebuah Bangku Kosong yang terdapat di sisi kanan dapur. Sementara Gavin, tangan laki-laki itu, sibuk untuk meracik sesuatu.
" nah ini sudah jadi, sekarang Coba deh kamu makan." ucap Gavin Seraya menuntun tangan Gadis itu untuk meraih sendok yang ada di sampingnya.
" Gimana, enak nggak?" tanya Gavin harap harap cemas. karena memang, laki-laki itu baru pertama kali terjun ke dapur seperti ini.
*****
Nb: mampir yuk, di karya temen Authors yang satu ini. ceritanya bagus banget loh. Nanti nyesel kalau nggak mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments