tepat setelah Elia menyelesaikan makanannya, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Hal itu membuat Mbok Wati yang sedang berada di belakang, seketika berlari tergopoh menghampiri pintu utama.
" lama banget sih," ucap Mona saat pintu itu dibuka oleh Mbok Wati dari arah dalam.
" maaf Nona, nyonya, saya tadi ada di belakang." ucap Mbok Wati Seraya menundukkan kepala.
Mona dan sang ibu yang mendengar jawaban dari asisten rumah tangganya itu, seketika mendengus kesal. dan setelahnya, mereka segera melingkar pergi menuju kamar masing-masing.
" Oh ya, apakah Elia sudah pulang?" tanya wanita paruh baya yang tak lain ibu tiri Elia.
" su-dah nyonya, Nona Elia sedang istirahat di kamar" ucap Mbok Wati cara yang menuduh ketakutan. karena wanita sepuh itu tahu apa yang akan mereka lakukan pada anak majikannya itu.
" Hah, Apa kau bilang, istirahat? enak saja!" ucap Monalisa dengan langkah tergesa-gesa menaiki anak tangga menuju ke kamar Elia. dan hal itu diikuti oleh sang ibu yang bernama. Sofia Melinda.
Mereka berdua dengan Segera menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar Elia dengan cara mendobrak kamar itu.
Brak
Seketika itu pula, pintu yang tadinya tertutup rapat, kini sudah terbuka lebar. dan Hal itu membuat Elia yang tengah tertidur pulas, seketika terjingkat kaget.
" enak banget ya lu tidurnya," ucap Mona Seraya menepuk keras punggung dari Elia. hal itu tentu saja membuat gadis Malang itu, seketika beringsut mundur. karena memang, tak pernah dibiarkan tenang oleh ibu dan kakak tirinya.
"ma- maaf Kak, Aku baru pulang kerja. jadi masih capek." ucap Elia dengan nada Lirih juga menundukkan kepala.
" hah! Apa lu bilang? Capek?" tanya Mona Saraya menjemput rambut Elia dengan sedikit kencang. hingga membuat gadis itu, seketika mendongak dengan raut wajah kesakitan.
Elia yang mendapat pertanyaan itu, hanya dapat menganggukkan kepala. Karena rasa sakit yang mendera kepalanya akibat tarikan rambut yang dilakukan oleh sang kakak tiri.
" sayangnya gue nggak peduli," ucapnya serah yang mendorong kepala Elia dengan sekuat tenaga. hingga gadis itu, sesaat memegangi kepalanya karena terasa berdenyut akibat dorongan yang terlalu kencang itu.
" segera turun dan setrika baju anak saya. jika tidak, Jangan harap kamu bisa mendapatkan jatah makan malam hari ini." ungkap Sofia Melinda dengan nada Lirih namun juga penuh penekanan kalimat.
Mendengar ucapan dari ibu tirinya, sontak saja membuat Elia, seketika menganggukkan kepala dengan cepat. dengan segera, gadis cantik itu meraba sekelilingnya untuk meraih tongkat yang biasa ia gunakan untuk membantunya berjalan.
Setelah mendapatkan tongkat itu, Elia segera berjalan dengan perlahan dengan cara memukul-mukul kan tongkat itu ke depan.
perlu diketahui, walaupun Elia mengalami kondisi yang tidak bisa melihat, namun gadis itu bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan baik. Walaupun, sesekali mendapat bentakan dan juga Makian dari Mona.
Entah mengapa, sikap Mona Pada Elia menjadi berubah seperti ini. Padahal, waktu awal mereka bertemu, sikap Mona begitu baik dan lemah lembut dan terlihat sangat penyayang.
Namun, hal itu tak bertahan lama. Karena semenjak Elia mengalami kecelakaan dan di vonis tidak bisa melihat dunia, di situlah sikap Mona berubah total.
Elia dengan segera melangkahkan kakinya menuju tempat yang di perintahkan oleh Mona. Elia masih saja menyangkal tuduhan, jika yang mencelakainya adalah Mona. Walaupun, bukti sudah jelas ada di depan mata.
*****
Sementara itu, di keluarga Harsono, terlihat seorang wanita paruh baya, seperti Tengah menghubungi seseorang. tampak raut wajahnya, sangat kesal.
" ish, ini anak ke mana sih?" gerutu wanita paruh baya itu dengan menatap ponselnya. dan setelah itu, menatap sang suami yang sedari tadi, hanya terdiam Seraya menatap koran yang ada di tangannya.
Lama wanita paruh baya itu menghubungi seseorang, hingga akhirnya menyerah. karena sedari tadi, orang yang ingin dihubungi, tidak merespon panggilannya. Hal itu membuat wanita paruh baya itu, semakin merasa kesal.
" ish, ini si Gavin ke mana sih Pah, kenapa telepon dari mama tidak pernah diangkat?" tanya wanita paruh baya yang bernama Bu Hesti itu.
" sudahlah, Mah, kita tunggu saja dia pulang. sebentar lagi dia akan pulang." ucap sang suami yang bernama Pak Ivan Harsono itu.
" tapi Pah,...." belum sempat sang istri melanjutkan perkataannya, terdengar mesin mobil dari arah depan. Dan tak berselang lama, terdengar suara seorang laki-laki memasuki rumah mewah itu.
" sore Pah, Mah," ucap Gavin Seraya duduk di samping sang ibu. kemudian, menyalami wanita paruh baya itu.
" Kenapa jam segini baru pulang? Hah!" ucap ibu dengan tatapan melotot tajam. hal itu tentu saja membuat Gavin yang mendengarnya, seketika menghela nafas panjang.
" mah aku itu kerja, bukan main-main." ucap Gavin Seraya menatap sang ibu dengan tatapan memelas.
Bu Hesti yang mendengarnya, hanya menepikan bibirnya Seraya memutar bola mata malas." kamu itu cukup umur Gavin, Kenapa kamu tidak mau menikah?" tanya Bu Hesti dengan menatap Jengah ke arah Sang putra.
Mendengar pertanyaan dari sang ibu, tentu saja membuat Gavin seketika memutar bola mata malas." mah, sudah berapa kali Gavin katakan. Gavin itu baru berusia 23 tahun, Gavin itu belum siap untuk menikah." ucapnya dengan nada sedikit meninggi.
Hal itu tentu saja membuat Bu Hesti yang mendengarnya, seketika menatap tajam ke arah Putra tunggalnya itu." kami berani membentak Mama Vin?" tanya wanita paruh baya itu.
" Maaf mah Gavin tidak sengaja." ucap laki-laki itu Seraya menundukkan kepala.
" nanti malam, kamu harus ikut mama untuk menemui calon istrimu." ucap Bu Hesti dengan tatapan serius menatap ke arah Gavin.
" Mah aku nggak mau." ucapnya Seraya beranjak dari duduknya. kemudian dengan segera, melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamarnya. Namun, ucapan dari ibunya membuat langkah Gavin seketika terhenti.
" Jangan pernah menolak perintah mamah, atau kamu, tidak akan pernah melihat Mama esok hari." ucap Bu Hesti dengan nada lantang.
hal itu seketika membuat Gavin seketika menetap ke arah ibunya dengan tatapan tak percaya." mah jangan main-main dengan kata-kata mamah" ucap Gavin dengan tatapan tajamnya.
Mendengar hal itu, Bu Hesti segera memandang wajah anaknya dengan Tatapan yang sulit diartikan." makanya, kalau kamu nggak mau terjadi apa-apa sama mama, lebih baik, Kamu turuti permintaan mama." ucapnya Soraya melangkah pergi dari sana.
Meninggalkan Gavin dan juga Pak Ivan Harsono yang tengah mematung dengan pikiran yang beragam itu.
" Pah, Tolonglah, tolong Bujuk mama. Gavin belum mau menikah. Lagi pula, usia Gavin itu baru 23 tahun." ucapnya seraya mengusap wajahnya dengan sedikit kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments