Justin dan juga Arman, sama-sama Saling pandang. Kemudian, mereka sama-sama melempar senyum geli pada sahabat sekaligus Atasannya itu.
Hal itu tentu saja membuat Kevin yang melihatnya, seketika menatap tajam ke arah dua sahabatnya itu." Kenapa kalian berdua lihatin gue kayak gitu?" tanya Gavin dengan nada ketusnya.
Bukannya merasa takut karena mendapat tatapan tajam dari atasannya, Arman dan juga Justin seketika malah tertawa terbahak-bahak.
" Hahaha lucu banget sih lu bro." ucap Justin yang sesekali memegangi perutnya yang terasa kram karena tertawa terlalu keras.
Gavin yang melihat itu, semakin merasa kesal terhadap kedua sahabatnya itu. laki-laki itu tahu apa yang ditertawakan oleh Arman dan juga Justin.
" kalian berdua ya, Kenapa nggak bantuin gue sih? malah diketawain!" ucapnya Seraya mendengus kesal.
Sejenak Arman dan Justin yang mendengar itu, kembali Saling pandang. dan sesaat setelahnya, mereka berdua kembali tertawa ngakak.
" kalau kalian nggak diam, saya akan langsung mengantarkan surat pemecatan pada kalian." ucap Gavin dengan nada tegasnya.
Hal itu tentu saja membuat Arman dan juga Justin yang mendengarnya, seketika menatap Kevin dengan ekspresi wajah tak percayanya.
" his, lu itu nggak asik tahu nggak," ucap Justin Seraya mendengus kesal dan sesekali menatap jenis ke arah sahabat sekaligus Bosnya itu.
" ya makanya, kalian nggak usah ngeledekin gue kayak gitu. lebih baik kalian bantuin gue buat bisa terlepas dari perlakuan super protektif mama." ucap Gavin Seraya menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.
" Lagian sih bro, lu itu anak laki-laki, lu itu harusnya bisa bersikap tegas pada seseorang." ucap Arman memberikan saran pada Gavin.
Gavin yang mendengarnya, seketika menghilang nafas panjang." Bagaimana bisa, kalau sekali gue menentang, ancamannya itu pasti" Jangan membantah! kalau kamu mau melihat Mama sudah tidak ada lagi di sini besok pagi" ucap Gavin Seraya menirukan suara mamanya jika sedang mengancam.
Hal itu semakin membuat Justin dan juga Arman yang mendengarnya, semakin tertawa keras. Untungnya, di apartemen milik Arman ini, sudah dipasangi peredam suara. jika tidak, bisa dibayangkan para Tetangga unit apartemen yang lain, pasti akan mengamuk. karena mendengar suara mereka yang sangat keras.
" Hahaha lucu banget sih lo Bro." ucap Arman dan Justin hampir bersamaan. hal itu tentu saja membuat Gavin yang mendengarnya, seketika menatap tajam.
Kemudian, dengan cepat tangannya merogoh ke arah saku bajunya. kemudian, mengeluarkan benda pipih kesayangannya. seketika itu pula, ketawa kedua sahabatnya itu tiba-tiba saja hilang.
Berganti dengan wajah Murung keduanya. Gavin yang melihat itu, tersenyum dengan sangat puas. Karena dapat menghentikan tawa menyebalkan dari kedua sahabatnya itu.
" gue pusing, kalian harus bantu gue supaya gue bisa menjalani hidup seperti anak muda pada umumnya." ucap Gavin dengan nada datarnya.
Arman dan Justin yang mendengarnya, seketika Saling pandang." Bagaimana caranya, lu sendiri yang mengalami saja, nggak bisa kan untuk ngelawan Mama lu?" tanya Justin dengan nada tegangnya.
Karena Justin dan Arman tahu, jika Gavin telah berkata seperti itu, dengan Aura dinginnya, itu tandanya mereka harus segera mendapatkan solusi. Atau, jika tidak, mereka akan kehilangan pekerjaan.
Karena Gavin pasti tidak akan pernah memandang bulu dalam memberikan sanksi pada seseorang. namun masalahnya, Justin dan juga Arman, tidak pernah melakukan kesalahan sedikitpun. masa iya, hanya karena tidak membantu masalah pribadi bosnya, mereka berdua harus dipecat? kan itu tidak etis.
" Iya deh kalau gitu, kita akan bantu sebisa kita." ucap Arman pada akhirnya dengan ekspresi wajah pasrahnya' hal itu tentu saja membuat Justin yang mendengar itu, seketika membulatkan mata menatap Arman dengan ekspresi wajah tak percayanya.
" lu serius mau bantu dia, yang ada kita nanti malah dimakan hidup-hidup sama tante Hesty." ucap Justin dengan sedikit berbisik pada temannya itu.
Mendengar penuturan dari sahabatnya itu, membuat Gavin seketika menatap tajam ke arah Justin." jaga bicara kalian ya, mama gue nggak seperti itu." ucapnya dengan nada tak suka.
Hal itu membuat Justin yang mendengarnya, seketika tersenyum kikuk. Kemudian, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
" Hehehe maaf lah Bro, gitu aja marah." ucap Arman nyengir tanpa dosa. Setelahnya, mereka bertiga berbincang-bincang seperti biasa.
" Eh iya, gimana, apa lu benar-benar tertarik dengan gadis itu?" tanya Justin saat mereka sama-sama terdiam dalam lamunan masing-masing.
Mendengar hal itu, Gavin seketika menoleh ke arah sahabatnya itu. Kemudian, menghela nafas panjang." entahlah, gue juga nggak tahu." ucapnya Seraya tertunduk Lesu.
Hal itu tentu saja membuat kedua sahabatnya, seketika Saling pandang." emangnya kenapa?" tanya Justin dengan raut wajah penasarannya.
Gavin yang mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu, seketika menghela nafas panjang." Kalian kan tahu sendiri, bagaimana reaksi yang akan ditunjukkan oleh nyokap gue, kalau gue, sama gadis itu." ucapnya Seraya tertunduk lesu.
Hal itu tentu saja membuat Arman yang mendengarnya, seketika menatap tajam ke arah sahabatnya itu." Hai Bro lo itu laki-laki. udah sepantasnya lu itu bersikap tegas." ucapnya merasa geram dengan sikap laki-laki yang ada di hadapannya itu.
" bener Apa kata Arman Bro, lo itu harus bersikap tegas pada tante Hesti. lu itu udah besar, jangan mau diatur-atur. apalagi soal jodoh, karena nantinya, lu sendiri yang akan merasakan pahit manisnya perjalanan kehidupan rumah tangga." ucap Justin dengan bijaknya.
Hal itu sempat membuat Arman dan Kevin yang mendengarnya, seketika Saling pandang. dengan ekspresi wajah tak percayanya.
" ini serius Justin Alberto teman kita Bro?" tanya Arman Seraya menatap ke arah Kevin dengan ekspresi wajah tak percaya.
" kenapa, kalian nggak percaya kalau gue bisa bersikap bijak seperti tadi?" tanya Justin menatap tajam ke arah kedua sahabatnya itu.
Arman dan juga Davin yang mendengarnya, seketika menggelengkan kepala. Hal itu membuat Justin yang melihatnya, seketika mendengus kesal." dasar menyebalkan!" ucapnya Seraya membuang pandangan ke arah lain.
****
Sementara itu di kediamannya, terlihat Elia Tengah berjalan mendekati sang ayah yang ada di ruang tamu bersama dengan kakak tiri dan ibu tirinya.
" Pah aku mau ngomong." ucap Elia yang melangkah Seraya memukul-mukul tongkatnya. hal itu tentu saja membuat Amar yang melihatnya, seketika mendongak menatap sang anak dengan ekspresi wajah yang sudah diartikan.
" mau bicara apa?" tanya laki-laki paruh baya itu dengan ekspresi wajah yang tak menentu.
Karena terkadang, ekspresi wajah Amar menunjukkan rasa jijik. namun setelahnya, memandangi dengan ekspresi wajah penuh dengan kebencian.
Entahlah, Namun yang pasti, Amar merasa belum Rela. jika saat ini, Tuhan mengujinya dengan memberikan seorang anak yang tidak normal seperti Elia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Jungannie🐿💜
kenapa nama pemeran utamata tak pernah konsisten...
sebentar2 gavin trus kevin trus berubah lagi Davin... sementara yg lainnya baik2 aja🤦♀️
outhornya typo melulu...
2023-01-13
0