Pergi

Di hari itu juga Ara menjemput Heni untuk di bawa menuju rumah Nura.

Ara cukup tergesa karna tak ingin Radit tau keberadaannya dan Heni di rumahnya.

Sebelum sore Hari keduanya sudah sampai di rumah Nura.

"Ini rumah siapa Ra..."

tanya Heni dengan wajah penasaran.

Ara tak menjawab, ketika Nura membukakan pintu untuk keduanya Ara langsung saja menarik Heni masuk dan duduk di ruang tamu.

"Hen...ini Nura...dia adalah istri Radit...Kekasih gilamu itu...."

kata Ara menatap serius Heni.

Seketika Heni terbelalak menatap Ara dan Nura bergantian.

Apa benar dia istrinya... Sebenarnya apa maksud Ara....dia membawaku pada istri Radit....apa istrinya sudah tau tentang hubunganku dengan Radit...

batin Heni sambil menelan ludahnya dengan kasar.

"D...d..dia istri Radit..."

kata Ara lirih membisik pada Ara.

"Iya dia istrinya Radit...kau tak usah berbisik seperti itu padaku...Nura sudah tau semua tantang kau dan Radit...."

kata Ara berusaha mendorong tubuh Heni yang condong ke arahnya.

"Hey apa kau sudah gila kenapa kau membawaku kesini..."

jawab Heni masih berbisik.

"Heni...lebih baik kau tinggalkan Radit...dia bukan pria baik..."

kata Nura tiba-tiba dengan suara lembutnya.

Heni pun seketika menatap Nura dengan perasaan tak karuan, malu, marah, kesal,cemas semua menjadi satu.

"Kalau saya boleh tau..berapa usia kandunganmu sekarang..."

imbuh Nura lagi dengan nada santai.

apa dia juga sudah tau kalau aku hamil anak Radit....

batin Heni dengan mata yang semakin membulat sempurna, tapi kini kepala nya tertunduk malu di hadapan Nura.

Melihat Heni yang tak kunjung memberi jawaban pada Nura, Ara pun dengan segera menggoyangkan bahu Heni.

"Hen...jawab tuh...Nura bertanya pada mu...berapa usia kandunganmu sekarang..."

"Emm...belum genap 2 bulan...."

jawab Heni lirih sambil menundukkan kepala.

"Tinggalkan dia Heni...dia bukan pria baik seperti yang kau kenal...dia tak akan menikahimu seperti janjinya...kalau pun dia menikahimu dia juga bukan suami yang baik untukmu..."

kata Nura menatap Heni serius.

"Dia berjanji untuk itu...aku yakin dia akan menepati janjinya padaku...kau menyuruhku untuk meninggalkannya karna kau takut kehilangannya kan...tapi aku sedang mengandung anaknya sekarang...ku harap kau bisa mengerti hal itu..."

jawab Heni yang tiba-tiba mempunyai keberanian menatap Nura.

"Kau memiliki calon anaknya sedangkan aku sudah mengasuh anaknya...lihatlah..dia adalah anak Radit..."

kata Nura menunjuk pada box bayi, dari luar terlihat seorang bayi mungil yang sedang tergeletak memainkan sebuah mainan.

"Dia bukan suami yang baik Heni...kau juga perlu melihat ini..."

Nura menyingkap rok panjang yang sedang dia kenakan, dan terlihat banyak luka memar bahkan bekas luka yang sudah menghitam di kulit putihnya.

"Radit adalah pria yang ringan tangan...ketika dia marah dia tak segan-segan untuk memukuli ku..."

imbuh Nura lagi, sambil menunjukkan lagi banyak luka pukulan yang di milikinya.

Seketika Heni menutup mulutnya terkaget dengan apa yang di alami Nura, sementara Ara juga terbelalak melihat berbagai luka lebam di sekujur tubuh Nura.

"Kau tak bisa tinggal diam lagi Nura....dia sudah sangat keterlaluan... bagaimana dia bisa melakukan itu semua padamu...padahal kau telah melahirkan keturunan untuknya...."

kata Ara sambil mengernyitkan dahinya bergidik ngeri dengan apa yang terjadi pada Nura.

Dengan berbagai percakapan yang terjadi antara ketiganya hari itu, Heni pun percaya dengan apa yang sudah dia lihat dan dengar dari Nura, Nura bahkan juga menceritakan awal pertemuannya dengan Radit dulu sampai Radit berubah menjadi seperti sekarang.

Heni pun mengucapkan berkali-kali kata maaf pada Nura, dia tak ingin semakin menyakiti Nura karna hubungannya dengan Radit.

Ara sendiri juga mengatakan akan membantu Nura untuk pergi dari kehidupan Radit. Dia membuat janji dengan Nura untuk menjemput nya besok dan membawa Nura juga anaknya pergi dari sana.

Sore itu sebelum Radit pulang, Ara dan Heni sudah pergi dari rumahnya.

Hari itu Heni meminta ijin pada Bu bos untuk pergi selama beberapa hari, dia ingin memenangkan diri setelah tau semua perbuatan Radit.

Hari itu Heni ikut bersama Ara di rumah pribadinya, Ara menyuruh Heni untuk tidur di kamar tamu, dia juga berkata pada Heni untuk istirahat dulu beberapa hari di rumahnya sampai Heni bisa tenang kembali.

Hari itu Heni menangis tak henti-henti, dia bahkan memukul-mukul perutnya melampiaskan rasa kesalnya pada Radit.

"Jangan lakukan itu pada anak mu hen... dia tak bersalah apapun.. Raditlah yang pantas menerima pukulan mu itu.."

kata Ara sambil menangkis tangan Heni yang ingin memukul perutnya lagi.

"Dia benar-benar pria brengsek Ra...dia pria brengsek...."

kata Heni dalam isaknya.

"Sudahlah...dia tak pantas untuk kau tangisi Hen...tenangkan dirimu..."

Kata Ara sambil mengelus-elus bahu Heni memenangkan nya.

"Lalu bagaimana denganku Ra...bagaimana dengan anak ini..."

kata Heni menatap Ara dengan wajah memelas.

"Tenangkan dirimu dulu....jangan berfikir tentang itu...biar aku yang memikirkannya...sekarang kau makan dulu ya...baru setelah itu kau tidur...istirahatkan tubuhmu...kau butuh banyak istirahat..."

"Atau kau ingin ikut aku..."

imbuh Ara lagi.

"Kau mau kemana Ra..."

"Aku mau ke panti asuhan seperti biasanya...kau mau ikut...siapa tau itu bisa menghiburmu..melupakan sejenak apa yang telah kau alami..."

jawab Ara dengan tersenyum tulus.

"Emm...Tidak Ra...aku sudah cukup malu karna pergi tanpa ijin mereka....jika aku kembali kesana apa yang akan mereka katakan nanti..."

Heni merasa malu karna semenjak dia kabur dari panti asuhan itu dia tak pernah lagi berkunjung kesana.

"Ya sudahlah aku tak akan memaksamu...kalau begitu istirahatlah ya di rumah...aku mau pergi dulu..."

Ara pun berkunjung ke panti asuhan seperti biasanya dengan membawa banyak oleh-oleh tentunya.

Hari pun berganti, sesuai janji pagi itu Ara mengendarai mobilnya menuju gang rumah Nura. Dia menunggu Radit pergi bekerja baru dia akan membawa Nura beserta anaknya pergi dari sana.

Radit telah pergi, Ara pun masuk ke dalam rumah dan membantu Nura membawa barang-barang yang harus dia bawa, termasuk perlengkapan untuk bayinya.

Tengah berkemas dengan sedikit tergesa Ara melihat Nura yang sedang berkemas dengan menitikkan air mata.

"Nura kenapa kau menangis...kau tak mau pergi dari sini..."

tanya Ara sambil menghampiri Nura.

"Tidak Ra...aku ingin pergi dari sini dari kehidupan ini...Tapi aku tak tega dengan bayi ini...bagaimana nanti dia bisa hidup tanpa sosok ayah di sampingnya..."

"Masih ada kau Nura...kau akan menjadi sosok ibu dan ayah yang baik untuknya...apa kau mau anakmu nanti tumbuh menjadi sosok pemarah seperti ayahnya...Radit sungguh bukan contoh orang yang baik untuknya Nura..."

"Ya kau benar Ara...terimakasih kau telah membantuku...terimakasih Ara..."

mereka pun saling memeluk, sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah tersebut dengan mengendarai mobil Ara.

Di tengah perjalanan, Ara menghentikan mobil di sebuah bangunan yang bisa jelas di baca itu adalah sebuah bangunan apa.

"Kantor polisi... kenapa kita berhenti di depan kantor polisi...."

tanya Nura dengan wajah penuh tanda tanya menatap Ara.

"Untuk apa lagi....kita harus melaporkan kejahatan Radit yang telah dia perbuat padamu... dia telah menyiksamu...itu bukan hal sepele bukan..."

jawab Ara ringan sambil tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.

.

.

.

.

.

Bersambung....

Episodes
1 Hotel
2 Susi
3 Tugas Minggu depan
4 Kucing penurut
5 Banyak Hadiah
6 Rumah Ara
7 Panti Asuhan
8 Kesepian
9 Haris
10 Pria misterius
11 Makanan asam
12 Kekasih Heni
13 Radit
14 Nura
15 Pergi
16 Rumah sakit
17 Tertangkap
18 Ingatan Nura
19 Pria muda
20 Keponakan
21 Dia lagi
22 Percaya diri
23 Keluar kota
24 Dress tipis
25 Ketahuan
26 Pertengkaran
27 Kekasih
28 Rahasia kita
29 Tebusan
30 Rencana perjalanan
31 Pondok pesantren
32 Saudara kembar
33 Pencarian
34 Masakan Ara
35 Semakin terbuka
36 Istana jodi
37 Orangtua Jodi
38 Wanita malam
39 Di usir
40 Hilang arah
41 Surat
42 Surat balasan
43 Chandra
44 Jaket
45 Rumah Chandra
46 Undangan
47 Kecewa
48 Ingin sendiri
49 Meminta maaf
50 Bungkusan
51 Menghindar
52 Terluka
53 kesaksian Ara
54 Lebih dari teman
55 Otak perampokan
56 Penjaga
57 Makan malam
58 Salah sangka
59 Restoran
60 Kekasih
61 Ijin menikah
62 Makan malam
63 Cincin perak
64 Desa
65 Kedatangan Lilia
66 Restu Lilia
67 Tetap menerima
68 Minggu depan
69 Pernikahan
70 Kecewa
71 Keluarga Alma
72 Tergganggu
73 Malam pertama
74 Penutup mata
75 Permintaan maaf
76 Amarah
77 Pengakuan Asisten Emir
78 Terbongkar
79 Sakit
80 Anakku
81 Kisah lalu
82 Tangis
83 Haris dan Heni
84 Kesempatan kedua
85 Tak rela
86 Tes kehamilan
87 Hasil lab
88 Rencana lamaran
89 Kedatangan Emir
90 Senasib
91 Kisah lalu Lilia
92 Tes DNA
93 Keburukan Emir
94 Bangkit
95 Rindu
96 Tinggal di desa
97 Darah
98 Keguguran
99 Penolakan
100 Adam
101 Ta'aruf
102 Lamaran
103 Keraguan
104 Pernikahan
105 Tidur
106 Kota
107 Panggilan Tuan
108 Adam Mustofa
109 Istana Adam
110 Mulai terbiasa
111 Taman
112 Peresmian gedung
113 Bertemu keluarga
114 End
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Hotel
2
Susi
3
Tugas Minggu depan
4
Kucing penurut
5
Banyak Hadiah
6
Rumah Ara
7
Panti Asuhan
8
Kesepian
9
Haris
10
Pria misterius
11
Makanan asam
12
Kekasih Heni
13
Radit
14
Nura
15
Pergi
16
Rumah sakit
17
Tertangkap
18
Ingatan Nura
19
Pria muda
20
Keponakan
21
Dia lagi
22
Percaya diri
23
Keluar kota
24
Dress tipis
25
Ketahuan
26
Pertengkaran
27
Kekasih
28
Rahasia kita
29
Tebusan
30
Rencana perjalanan
31
Pondok pesantren
32
Saudara kembar
33
Pencarian
34
Masakan Ara
35
Semakin terbuka
36
Istana jodi
37
Orangtua Jodi
38
Wanita malam
39
Di usir
40
Hilang arah
41
Surat
42
Surat balasan
43
Chandra
44
Jaket
45
Rumah Chandra
46
Undangan
47
Kecewa
48
Ingin sendiri
49
Meminta maaf
50
Bungkusan
51
Menghindar
52
Terluka
53
kesaksian Ara
54
Lebih dari teman
55
Otak perampokan
56
Penjaga
57
Makan malam
58
Salah sangka
59
Restoran
60
Kekasih
61
Ijin menikah
62
Makan malam
63
Cincin perak
64
Desa
65
Kedatangan Lilia
66
Restu Lilia
67
Tetap menerima
68
Minggu depan
69
Pernikahan
70
Kecewa
71
Keluarga Alma
72
Tergganggu
73
Malam pertama
74
Penutup mata
75
Permintaan maaf
76
Amarah
77
Pengakuan Asisten Emir
78
Terbongkar
79
Sakit
80
Anakku
81
Kisah lalu
82
Tangis
83
Haris dan Heni
84
Kesempatan kedua
85
Tak rela
86
Tes kehamilan
87
Hasil lab
88
Rencana lamaran
89
Kedatangan Emir
90
Senasib
91
Kisah lalu Lilia
92
Tes DNA
93
Keburukan Emir
94
Bangkit
95
Rindu
96
Tinggal di desa
97
Darah
98
Keguguran
99
Penolakan
100
Adam
101
Ta'aruf
102
Lamaran
103
Keraguan
104
Pernikahan
105
Tidur
106
Kota
107
Panggilan Tuan
108
Adam Mustofa
109
Istana Adam
110
Mulai terbiasa
111
Taman
112
Peresmian gedung
113
Bertemu keluarga
114
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!