Ingatan Nura

Pagi itu Ara, Nura, Heni dan juga mbak Sarti sarapan bersama di satu meja makan yang sama, mereka semua berbincang hangat. Membahas rasa masakan mbak Sarti dan Nura yang terasa lezat juga menggodai anak Nura yang berada di box bayi tepat di sebelah Nura terduduk.

Suara tangis dan tawa bayi membuat suasana semakin ramai pagi itu.

Telah selesai dengan sarapan nya kini Ara kembali memulai percakapan.

"Emm...Nura apa kau akan hadir di persidangan Radit nanti..."

"Kalau menurutku lebih baik tidak Nura...jangan pernah bertemu dengannya lagi...biarkan pengacara Ara yang menangani semuanya..."

jawab Heni cepat sebelum Nura menjawab.

"Dan ya aku juga sangat menyesal dan minta maaf padamu Nura...atas semua sikap ku dan Radit di belakangmu...jika saja aku tak memiliki hubungan dengannya di belakangmu....mungkin Radit tak akan menyiksamu seperti itu...aku benar-benar telah merusak kehidupanmu dan bayi mungil ini..."

imbuh Heni lagi dengan air mata yang mulai menetes di pipi nya, Heni kini memegang tangan Nura erat.

"Sudahlah Hen...semua ini bukan sepenuhnya salahmu...dan bukan hanya kau yang menjadi wanita simpanan Radit...aku yakin banyak wanita lain di luar sana yang juga menjadi wanitanya...mungkin salah satunya yang di lihat Ara waktu itu..."

jawab Nura sambil menepuk-nepuk punggung tangan Heni.

Nura sendiri sudah pasrah dengan kehidupan nya sekarang, kini dia hanya ingin fokus membesarkan bayinya meski tanpa sosok suami di sampingnya.

"Mungkin Heni benar Ra...aku lebih baik tak hadir disana..."

imbuh Nura sambil menatap Ara.

"Wanita lain.. maksudmu...dia memiliki wanita simpanan lain selain aku...dan Ara lihat...kau melihat apa Ra..."

jawab Heni cepat.

"Hmm..sudahlah...aku malas sekali membahas tentang pria itu lagi...yang jelas dia bukan pria baik untuk kalian...meninggalkannya adalah keputusan terbaik untuk kalian..."

kata Ara dengan wajah malasnya.

"Ya..Ara benar..lebih baik kita membahas hal lain saja..."

jawab Nura berwajah sama dengan Ara.

Sedangkan Heni yang masih penasaran dengan perkataan Nura hanya bisa terdiam dengan wajah seribu tanya.

"Setelah ini apa kau mempunyai rencana untuk tinggal di suatu tempat Nura...atau kau ingin pulang ke kampung halamanmu.."

Tanya Ara.

"Aku belum mempunyai rencana Ra...dan aku tak akan pulang ke kampungku...aku sudah tak memiliki siapa pun dan apapun disana...lalu untuk apa aku kembali kesana..."

jawab Nura dengan wajah sedihnya.

"Baiklah kalau begitu aku akan mencarikan kau rumah yang tak jauh dari sini...agar aku mudah bertemu jika aku merindukan bayi menggemaskanmu ini nanti..."

jawab Ara sambil mencubit pelan pipi bayi Nura.

"Terimakasih Ara..semoga Tuhan membalas kebaikanmu...aku akan mengembalikan semuanya jika aku sudah memiliki pekerjaan nanti..."

"Aku ihklas membantumu Nura....kau tak perlu berkata seperti itu..."

"Kau sungguh wanita baik...beruntung sekali orangtuamu mempunyai anak yang berhati baik seperti kau Ara..."

"Oh ya kau disini tinggal hanya bersama mbak Sarti...lalu dimana orangtuamu tinggal Ra...."

imbuh Nura lagi.

Seketika Heni menatap Nura dengan tatapan yang sulit di artikan, Heni sendiri tau kata orangtua adalah hal sensitif untuk sahabatnya Ara.

Seakan mengerti kebingungan yang tengah Nura rasakan karna Ara yang tak kunjung menjawab pertanyaannya, akhirnya Heni yang menjawabnya.

"Kami tak memiliki orangtua Nura...."

jawab Heni kalimatnya terasa getir di telinga.

"Maksudmu....Bagaimana mungkin seorang tak memiliki orangtua..."

jawab Nura dengan wajah penuh tanya.

"Ya...kami di besarkan di panti asuhan yang sama..kami adalah anak yang di tinggalkan oleh orangtuanya..."

Merasa telah salah berkata kini Nura menunjukkan wajah bersalahnya.

"Maaf...sungguh maaf aku tak tau jika kalian.."

Belum sempat kalimatnya selesai tapi Ara sudah menjawab nya.

"Tak apa Nura...itu bukan salahmu...sampai sekarang pun aku tak tau siapa orangtua ku yang sebenarnya... aku tak pernah bertemu dengan mereka. ."

jawab Ara dengan senyum yang di paksakan.

Dan pada akhirnya Ara dan Heni menceritakan kisah kelam mereka yang selalu di kisahkan oleh pengasuh di panti asuhan.

Para pengasuh ingin setiap anak tau tentang orangtua mereka meski informasi yang di berikan oleh sang pengasuh hanya sedikit, hanya tentang barang yang di tinggalkan atau bahkan wajah atau pun pesan yang mereka ucapkan pada sang pengasuh kala mereka menitipkan anak-anak mereka disana.

"Aku sendiri sudah lupa dengan wajah kedua orangtuaku... tapi ya sudahlah...mungkin mereka juga sudah melupakan aku yang pernah hadir di kehidupan mereka..."

kata Heni di akhir ceritanya.

"Ya...sementara aku tak pernah sama sekali tau wajah kedua orangtuaku...hanya sebuah batu yang mereka tinggalkan padaku...dan aku tak pernah tau siapa pemilik batu itu sebenarnya...."

Kata Ara juga di akhir ceritanya.

jadi batu itu milik orangtua Ara....

Batin Nura kembali mengingat-ingat dimana dia pernah melihat batu yang sama seperti milik Ara.

apa mungkin batu di pondok pesantren itu sama seperti milik Ara....ya sepertinya itu sama...tapi apa mungkin Ara adalah salah satu anak dari pemilik pondok itu.....jika iya kenapa Ara bisa sampai di panti asuhan pusat kota yang sangat jauh dari desa....

batin Nura lagi.

"Maaf Ara...jika aku tak salah dengan penglihatan ku....batu itu sama dengan batu pemilik pondok pesantren di desaku dulu...."

kata Nura dengan pelan, dia sendiri masih ragu dengan apa yang dia bicarakan.

Seketika Ara dan Heni menatap Nura dengan antusias, Heni ikut senang karna setidaknya pencarian Ara untuk orangtuanya menemukan sebuah petunjuk.

"Benarkah.... dimana Nura...katakan dimana letak pondok pesantren itu...."

jawab Ara dengan cepat.

"Tapi tunggu Ara...bolehkah aku melihat batu milikmu dengan jelas untuk memastikan apakah aku tak salah dalam penglihatanku..."

Ara dengan bersemangat mengangguk dan segera saja berjalan dengan cepat mengambil batu giok yang dia miliki.

"Ini Nura..."

kata Ara sambil menyodorkan batu gioknya pada Nura.

"Benar memang ini batunya....batu ini sama persis dengan yang aku lihat dulu di pondok pesantren..."

kata Nura sambil melihat dengan jeli setiap inchi batu yang di pegangnya.

Seketika Ara tersenyum cerah, merasa mendapat sebuah titik terang tentang orangtuanya, tapi baru saja ingin menjawab ponsel Ara tiba-tiba berdering dengan keras.

Dia pun mengangkat panggilan itu.

"Hallo...ada apa bos..."

hmm..mengganggu saja...

batin Ara

"Ara besok cepat kau kembali kesini ya..ada seorang pelanggan baru...aku mau hanya kau yang bertugas untuknya...."

Mendengar itu Ara pun berfikir besok memang sudah waktunya dia kembali bekerja, lagi pula uangnya juga sudah lumayan terkuras beberapa hari belakangan untuk keperluan Nura, Heni dan juga panti asuhan.

Melupakan sejenak tentang batu gioknya, Ara pun mengiyakan akan kembali esok hari dan bertugas untuk sang pelanggan baru itu.

"Baik bos saya akan kembali besok.."

kata Ara santai, lalu seperti biasa dia menutup panggilan begitu saja.

"Ada apa Ra...."

tanya Heni.

"Besok aku harus kembali...Bu bos menyuruhku untuk bertugas kembali..."

kata Ara masih menatap layar ponselnya.

"Nura..jika memang benar kau melihat batu yang sama....Minggu depan antar aku untuk menemui siapa pemilik batu itu..."

kata Ara dengan mantap menatap Nura.

.

.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

♡Ñùř♡

♡Ñùř♡

next thor,penasaran aku kelanjutannya bagaimana

2022-11-25

0

lihat semua
Episodes
1 Hotel
2 Susi
3 Tugas Minggu depan
4 Kucing penurut
5 Banyak Hadiah
6 Rumah Ara
7 Panti Asuhan
8 Kesepian
9 Haris
10 Pria misterius
11 Makanan asam
12 Kekasih Heni
13 Radit
14 Nura
15 Pergi
16 Rumah sakit
17 Tertangkap
18 Ingatan Nura
19 Pria muda
20 Keponakan
21 Dia lagi
22 Percaya diri
23 Keluar kota
24 Dress tipis
25 Ketahuan
26 Pertengkaran
27 Kekasih
28 Rahasia kita
29 Tebusan
30 Rencana perjalanan
31 Pondok pesantren
32 Saudara kembar
33 Pencarian
34 Masakan Ara
35 Semakin terbuka
36 Istana jodi
37 Orangtua Jodi
38 Wanita malam
39 Di usir
40 Hilang arah
41 Surat
42 Surat balasan
43 Chandra
44 Jaket
45 Rumah Chandra
46 Undangan
47 Kecewa
48 Ingin sendiri
49 Meminta maaf
50 Bungkusan
51 Menghindar
52 Terluka
53 kesaksian Ara
54 Lebih dari teman
55 Otak perampokan
56 Penjaga
57 Makan malam
58 Salah sangka
59 Restoran
60 Kekasih
61 Ijin menikah
62 Makan malam
63 Cincin perak
64 Desa
65 Kedatangan Lilia
66 Restu Lilia
67 Tetap menerima
68 Minggu depan
69 Pernikahan
70 Kecewa
71 Keluarga Alma
72 Tergganggu
73 Malam pertama
74 Penutup mata
75 Permintaan maaf
76 Amarah
77 Pengakuan Asisten Emir
78 Terbongkar
79 Sakit
80 Anakku
81 Kisah lalu
82 Tangis
83 Haris dan Heni
84 Kesempatan kedua
85 Tak rela
86 Tes kehamilan
87 Hasil lab
88 Rencana lamaran
89 Kedatangan Emir
90 Senasib
91 Kisah lalu Lilia
92 Tes DNA
93 Keburukan Emir
94 Bangkit
95 Rindu
96 Tinggal di desa
97 Darah
98 Keguguran
99 Penolakan
100 Adam
101 Ta'aruf
102 Lamaran
103 Keraguan
104 Pernikahan
105 Tidur
106 Kota
107 Panggilan Tuan
108 Adam Mustofa
109 Istana Adam
110 Mulai terbiasa
111 Taman
112 Peresmian gedung
113 Bertemu keluarga
114 End
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Hotel
2
Susi
3
Tugas Minggu depan
4
Kucing penurut
5
Banyak Hadiah
6
Rumah Ara
7
Panti Asuhan
8
Kesepian
9
Haris
10
Pria misterius
11
Makanan asam
12
Kekasih Heni
13
Radit
14
Nura
15
Pergi
16
Rumah sakit
17
Tertangkap
18
Ingatan Nura
19
Pria muda
20
Keponakan
21
Dia lagi
22
Percaya diri
23
Keluar kota
24
Dress tipis
25
Ketahuan
26
Pertengkaran
27
Kekasih
28
Rahasia kita
29
Tebusan
30
Rencana perjalanan
31
Pondok pesantren
32
Saudara kembar
33
Pencarian
34
Masakan Ara
35
Semakin terbuka
36
Istana jodi
37
Orangtua Jodi
38
Wanita malam
39
Di usir
40
Hilang arah
41
Surat
42
Surat balasan
43
Chandra
44
Jaket
45
Rumah Chandra
46
Undangan
47
Kecewa
48
Ingin sendiri
49
Meminta maaf
50
Bungkusan
51
Menghindar
52
Terluka
53
kesaksian Ara
54
Lebih dari teman
55
Otak perampokan
56
Penjaga
57
Makan malam
58
Salah sangka
59
Restoran
60
Kekasih
61
Ijin menikah
62
Makan malam
63
Cincin perak
64
Desa
65
Kedatangan Lilia
66
Restu Lilia
67
Tetap menerima
68
Minggu depan
69
Pernikahan
70
Kecewa
71
Keluarga Alma
72
Tergganggu
73
Malam pertama
74
Penutup mata
75
Permintaan maaf
76
Amarah
77
Pengakuan Asisten Emir
78
Terbongkar
79
Sakit
80
Anakku
81
Kisah lalu
82
Tangis
83
Haris dan Heni
84
Kesempatan kedua
85
Tak rela
86
Tes kehamilan
87
Hasil lab
88
Rencana lamaran
89
Kedatangan Emir
90
Senasib
91
Kisah lalu Lilia
92
Tes DNA
93
Keburukan Emir
94
Bangkit
95
Rindu
96
Tinggal di desa
97
Darah
98
Keguguran
99
Penolakan
100
Adam
101
Ta'aruf
102
Lamaran
103
Keraguan
104
Pernikahan
105
Tidur
106
Kota
107
Panggilan Tuan
108
Adam Mustofa
109
Istana Adam
110
Mulai terbiasa
111
Taman
112
Peresmian gedung
113
Bertemu keluarga
114
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!