Kesepian

"Rara juga baik Bu..."

jawab Rara sehangat pelukannya.

"Anak-anak bagaimana Bu apa baik-baik saja..."imbuh Ara lagi.

" Mereka baik Ra...cuma ada beberapa yang demam dan terserang flu tapi sudah sembuh dengan membeli obat di warung..."

"Ibu hubungi Rara saja ya kalau ada apa-apa...bilang sama Rara kalau di panti butuh bantuan...Rara akan bantu sebisa Rara.. ya.."

Pengasuh dengan usia yang sudah cukup tua itu pun tersenyum hangat pada Ara.

"Terimakasih Ra...kau sungguh anak baik...panti ini beruntung punya kau Ra....kau slalu membantu kami.."

"Huuush..ibu ini bilang apa sih....justru aku yang beruntung dulu ada di panti ini...beruntung juga ada ibu yang sudah mengasuh ku sampai sebesar ini....tanpa ibu dan doa ibu aku gak akan ada di posisiku sekarang Bu .."

jawab Ara memegang kedua tangan wanita tua itu erat-erat.

Mata sang pengasuh itu pun berkaca-kaca sambil memandang Ara.

"Kau benar-benar wanita baik nak...semoga keberuntungan selalu memihak padamu...."

kata sang pengasuh sambil mengelus bahu Ara lembut.

"oh ya bagaimana usahamu nak...apa semua lancar..."

imbuh pengasuh itu lagi.

"Alhamdulillah semua lancar kok Bu...doakan saja ya...biar Rara selalu bisa membantu di panti ini..."

jawab Ara sambil tersenyum santai, tak ada yang tau pekerjaan Ara sebenarnya, Ara mengaku pada sang pengasuh dan seluruh yang ada disana, dia memiliki usaha sebuah Restoran di luar kota juga berbagai usaha di bidang kuliner lainnya.

Ara mengaku darisanalah dia bisa mendapatkan kekayaannya sekarang, termasuk rumah dan mobil yang di milikinya.

Telah lama berbincang-bincang hangat, seorang anak tiba-tiba berteriak senang karna mendapati Ara berada disana.

"Kak Raraa....teman-teman kak Rara datang..."

seorang gadis kecil berteriak kegirangan pada teman-teman nya yang tak jauh dari sana, memberitahukan kedatangan Ara.

Tak mengherankan lagi, anak-anak di panti itu sangat menantikan kedatangan Ara setiap minggunya, mereka sudah sangat hafal Ara pasti membawakan mereka baju baru, mainan, makanan bahkan uang jajan untuk mereka.

Semua sangat senang dengan kedatangan Ara. Semua anak disana segera berlari ke ruangan dimana Ara berada, memeluk tubuh Ara yang berdiri di tengah-tengah mereka.

"Hey anak-anak jangan memeluk kak Rara begitu...nanti kak Rara bisa jatuh..."

kata sang pengasuh dengan khawatir.

"Sudah-sudah ayo semua ke aula bermain dulu ya...sebentar lagi kak Rara kesana...kak Rara membawa banyak mainan untuk kalian..."

kata Rara dengan tersenyum ramah dan sedikit membungkukkan badannya.

Anak-anak itu pun segera berlari ke aula bermain, menunggu Ara memberikan mainan yang dia janjikan.

"Rara...kau terus membelikan mainan untuk mereka...baju dan masih banyak lagi...lalu bagaimana dengan kebutuhanmu sendiri nak...apa semua sudah cukup..."

tanya sang pengasuh memandang Ara dengan khawatir.

"Tenang lah Bu...doakan saja biar usaha Rara lancar trus ya...mereka juga adik-adik Rara kan..."

jawab Ara ramah, Ara pun berlalu dan mengambil banyak kantong lagi dari bagasi mobilnya. Dia menuju ke aula bermain dan memberikan berbagai mainan anak laki-laki maupun perempuan untuk seluruh anak disana.

"Hey jangan berebut anak-anak..."

suara para pengasuh yang melerai anak-anak yang berusaha mengambil mainan yang mereka sukai.

Seketika di aula tersebut gaduh, ada yang tertawa senang ,berlarian ada pula yang menangis karna mainannya di rebut oleh anak lainnya.

Ara pun hanya memandang di sudut ruangan dengan tersenyum, kadang juga tertawa ringan. Dia tau betul rasanya jadi anak-anak yang ada di hadapannya sekarang.

Mereka selalu menunggu kehadiran para dermawan hanya untuk sebuah mainan, baju atau pun makanan lezat yang mereka inginkan. Tak pernah ada kasih sayang orangtua yang mereka rasakan, semua mendapat perhatian yang sama dari sang pengasuh, makanan yang sama kadang baju pun bergantian.

Tengah asyik memandang anak-anak disana,sekelebat Ara melihat seorang pemuda yang tengah berjalan melewati aula bermain, dia tersenyum menatap anak-anak yang ada di dalam.

Pria itu tampan, dengan perawakan tinggi besar yang sempurna.

"Siapa dia Bu..."

tanya Ara pada pengasuh tua yang setia ada di sebelahnya.

Pengasuh itu pun menoleh ke arah Ara melihat.

"Oh dia...dia dermawan baru Ra...baru dua kali ini dia datang kemari...."

"Oh..."

Jawa Ara, matanya masih menganggumi ketampanan pria yang tengah berjalan melaluinya.

"Dia seorang pengusaha muda...orangnya baik, ramah, sopan dan tampan lagi...cocok kalo sama kamu Ra...kalian sama-sama orang baik..."

kata sang pengasuh menatap Ara penuh harapan, dia ingin Ara segera mendapatkan kebahagiaan dengan orang yang dia cintai.

"Aah ibu ini...apa sih Bu ..Ara masih belum ingin menikah..."

jawab Ara menatap heran pada pengasuhnya.

jangankan untuk menikah...fikiran untuk menikah saja aku tak punya...

batin Ara.

Hari itu pun Ara berpamitan setelah memberikan sejumlah uang untuk membantu biaya anak-anak di panti tersebut.

Ara kembali pulang ke rumahnya, dia duduk di sofa ruang tamunya memandang ke segala arah, melihat berbagai furniture mewah yang dia miliki sekarang.

aku telah memiliki segalanya yang aku inginkan...rumah..mobil...perhiasan...banyak uang...tapi semua ini masih tak bisa membuat hidupku bahagia...semua terasa hampa...sepi....aku sendiri..tak ada orang yang menyayangiku...aku tak memiliki kehangatan keluarga...tak memiliki tempat untuk bercerita...saudara pun aku tak punya....

batin Ara, tak terasa ada yang mengalir di kedua pipinya.

Segala apa yang dia punya sekarang tak bisa menghilangkan rasa sepi di hati dan hidupnya.

Di luar dia tampak slalu tersenyum bahagia, tapi saat Ara sendiri dia slalu menangisi hidupnya yang hampa tanpa kasih sayang orang tua.

Seperti apa rasanya di peluk seorang ibu...atau pun ayah dengan kasih sayang yang slalu menjaga dan melindungi....aku punya segalanya...tapi apa artinya jika tak memiliki orangtua....siapa yang akan bahagia dengan apa yang aku punya selain diriku sendiri...hanya sendiri...

batin Ara lagi getir.

Ara pun berjalan ke kamarnya, membuka tatakan kaca dan mengambil batu giok yang ada di dalamnya.

Ara mencium batu itu, sebelum dia menggenggamnya dengan erat di depan dadanya. Menangis sejadi-jadinya merindukan sosok orangtua dalam hari-harinya.

Tak ingin terus berlarut-larut dalam kesedihan, Ara pun menaruh kembali batu itu dengan hati-hati ke tempatnya. Ara segera bersiap pergi ke sebuah club ingin sejenak bersenang-senang dan melupakan segala kesedihan yang tiba-tiba hinggap di hatinya.

Dengan mengenakan sebuah dress di atas lutut, Ara berangkat menggunakan mobilnya.

Rambut panjangnya dia biarkan tergerai begitu saja, dia juga membawa tas kecil dan memakai sepatu flat tipis berwarna hitam.

Telah sampai di club, Ara memesan bangku VIP dengan makanan dan minuman yang dia sukai. Bukan anggur atau minuman bersoda, Ara memesan semangkuk es cream dengan berbagai rasa.

Telah sampai di mejanya, Ara segera menyuapkan es cream itu sendok demi sendok ke mulutnya, fikirannya kini terbang entah kemana, bayangan tentang orangtuanya selalu datang saat dia tengah sendiri seperti sekarang. Ara memakan es creamnya dengan menitikkan Air mata, teringat kembali kesepian yang dia rasakan.

"Apa kau ingin berbagi kesedihanmu..."

kata seorang pria yang tiba-tiba berada di dekat Ara, duduk dengan santai di sebelah Ara.

.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

♡Ñùř♡

♡Ñùř♡

mungkin kah donatur yg tadih,ingin menemani ara🤭😅
ku kasih vote untuk mu thor agar semangat up lg

2022-11-15

0

lihat semua
Episodes
1 Hotel
2 Susi
3 Tugas Minggu depan
4 Kucing penurut
5 Banyak Hadiah
6 Rumah Ara
7 Panti Asuhan
8 Kesepian
9 Haris
10 Pria misterius
11 Makanan asam
12 Kekasih Heni
13 Radit
14 Nura
15 Pergi
16 Rumah sakit
17 Tertangkap
18 Ingatan Nura
19 Pria muda
20 Keponakan
21 Dia lagi
22 Percaya diri
23 Keluar kota
24 Dress tipis
25 Ketahuan
26 Pertengkaran
27 Kekasih
28 Rahasia kita
29 Tebusan
30 Rencana perjalanan
31 Pondok pesantren
32 Saudara kembar
33 Pencarian
34 Masakan Ara
35 Semakin terbuka
36 Istana jodi
37 Orangtua Jodi
38 Wanita malam
39 Di usir
40 Hilang arah
41 Surat
42 Surat balasan
43 Chandra
44 Jaket
45 Rumah Chandra
46 Undangan
47 Kecewa
48 Ingin sendiri
49 Meminta maaf
50 Bungkusan
51 Menghindar
52 Terluka
53 kesaksian Ara
54 Lebih dari teman
55 Otak perampokan
56 Penjaga
57 Makan malam
58 Salah sangka
59 Restoran
60 Kekasih
61 Ijin menikah
62 Makan malam
63 Cincin perak
64 Desa
65 Kedatangan Lilia
66 Restu Lilia
67 Tetap menerima
68 Minggu depan
69 Pernikahan
70 Kecewa
71 Keluarga Alma
72 Tergganggu
73 Malam pertama
74 Penutup mata
75 Permintaan maaf
76 Amarah
77 Pengakuan Asisten Emir
78 Terbongkar
79 Sakit
80 Anakku
81 Kisah lalu
82 Tangis
83 Haris dan Heni
84 Kesempatan kedua
85 Tak rela
86 Tes kehamilan
87 Hasil lab
88 Rencana lamaran
89 Kedatangan Emir
90 Senasib
91 Kisah lalu Lilia
92 Tes DNA
93 Keburukan Emir
94 Bangkit
95 Rindu
96 Tinggal di desa
97 Darah
98 Keguguran
99 Penolakan
100 Adam
101 Ta'aruf
102 Lamaran
103 Keraguan
104 Pernikahan
105 Tidur
106 Kota
107 Panggilan Tuan
108 Adam Mustofa
109 Istana Adam
110 Mulai terbiasa
111 Taman
112 Peresmian gedung
113 Bertemu keluarga
114 End
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Hotel
2
Susi
3
Tugas Minggu depan
4
Kucing penurut
5
Banyak Hadiah
6
Rumah Ara
7
Panti Asuhan
8
Kesepian
9
Haris
10
Pria misterius
11
Makanan asam
12
Kekasih Heni
13
Radit
14
Nura
15
Pergi
16
Rumah sakit
17
Tertangkap
18
Ingatan Nura
19
Pria muda
20
Keponakan
21
Dia lagi
22
Percaya diri
23
Keluar kota
24
Dress tipis
25
Ketahuan
26
Pertengkaran
27
Kekasih
28
Rahasia kita
29
Tebusan
30
Rencana perjalanan
31
Pondok pesantren
32
Saudara kembar
33
Pencarian
34
Masakan Ara
35
Semakin terbuka
36
Istana jodi
37
Orangtua Jodi
38
Wanita malam
39
Di usir
40
Hilang arah
41
Surat
42
Surat balasan
43
Chandra
44
Jaket
45
Rumah Chandra
46
Undangan
47
Kecewa
48
Ingin sendiri
49
Meminta maaf
50
Bungkusan
51
Menghindar
52
Terluka
53
kesaksian Ara
54
Lebih dari teman
55
Otak perampokan
56
Penjaga
57
Makan malam
58
Salah sangka
59
Restoran
60
Kekasih
61
Ijin menikah
62
Makan malam
63
Cincin perak
64
Desa
65
Kedatangan Lilia
66
Restu Lilia
67
Tetap menerima
68
Minggu depan
69
Pernikahan
70
Kecewa
71
Keluarga Alma
72
Tergganggu
73
Malam pertama
74
Penutup mata
75
Permintaan maaf
76
Amarah
77
Pengakuan Asisten Emir
78
Terbongkar
79
Sakit
80
Anakku
81
Kisah lalu
82
Tangis
83
Haris dan Heni
84
Kesempatan kedua
85
Tak rela
86
Tes kehamilan
87
Hasil lab
88
Rencana lamaran
89
Kedatangan Emir
90
Senasib
91
Kisah lalu Lilia
92
Tes DNA
93
Keburukan Emir
94
Bangkit
95
Rindu
96
Tinggal di desa
97
Darah
98
Keguguran
99
Penolakan
100
Adam
101
Ta'aruf
102
Lamaran
103
Keraguan
104
Pernikahan
105
Tidur
106
Kota
107
Panggilan Tuan
108
Adam Mustofa
109
Istana Adam
110
Mulai terbiasa
111
Taman
112
Peresmian gedung
113
Bertemu keluarga
114
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!